prolog

37 30 41
                                    

21 September 2001

Keindahan langit yang dipenuhi bintang rupanya tak bisa menghibur seorang bayi yang sedang menangis di depan sebuah bangunan sederhana, di depan halaman bangunan tersebut terdapat papan kayu bertuliskan Panti Asuhan Lentera.

Tangisan sang bayi sungguh dapat menyayat hati siapa pun yang mendengarnya, bayi malang itu sudah berada di sana sejak seorang wanita muda dengan tega meninggalkannya seorang diri.

Sepuluh menit yang lalu,

Seorang wanita muda tengah berdiri di depan halaman sebuah panti asuhan yang terletak di bilangan Jakarta Selatan, wajahnya terlihat sangat lelah, sedih, menderita dan entahlah yang pasti wajahnya terlihat sangat menyedihkan walau paras cantiknya tetap terlihat.

"Maafin mama ya, tapi mama harus lakuin ini demi kebaikan kamu. Sekali lagi maafin mama, kamu boleh benci sama mama. Tapi mama mohon, kamu harus terus hidup bahagia walau tanpa mama! Mama janji bakal jemput kamu suatu hari nanti, kamu tunggu mama ya!" Wanita itu mengecup kening seorang bayi yang berada dalam gendongannya dengan lama, tetesan air menetes ke pipi sang bayi yang berasal dari air mata sang ibu. Wanita itu lalu mengusap air matanya dan mencoba untuk tersenyum pada sang bayi.

Setelah mencoba mengkuatkan hatinya, wanita itu menurunkan bayi yang ada dalam gendongannya dan meletakkannya di depan panti asuhan, untunglah sang bayi terbalut selimut yang cukup tebal sehingga tak membuatnya terlalu kedinginan di malam yang dingin ini.

Wanita itu juga meletakan tas yang berisi perlengkapan bayi dan sepucuk surat yang telah ditulisnya di samping bayinya. Kemudian wanita itu melepaskan kalung berbandul bintang yang dipakainya dan dipakaikannya ke leher sang bayi.

 Kemudian wanita itu melepaskan kalung berbandul bintang yang dipakainya dan dipakaikannya ke leher sang bayi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu jaga kalung ini ya sayang, itu kalung pemberian papa kamu yang udah tega nyakitin kita. Walau begitu, kamu jangan benci sama papa ya! Mama yakin sebenernya papa sayang sama kita."

"Maaf, karena kamu harus menjadi korban dari kesalahan mama dan papa," wanita itu mencoba untuk tidak menangis kembali.

"Mama pergi ya. Semoga kamu tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar dan juga berguna untuk orang-orang disekitar kamu. Mama sayang kamu." Dikecupnya sekali lagi kening sang bayi, lalu wanita itu melangkahkan kakinya dengan berat menjauhi panti asuhan.

Seolah mengerti telah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya, sang bayi pun menangis dengan kencang memecahkan keheningan di malam yang sepi.

Seorang wanita paruh baya keluar dari balik pintu, lalu terkejut setelah mendapati seorang bayi berlapis selimut berwarna biru tergeletak di atas lantai panti yang dingin. Wanita itu menghampiri sang bayi dengan sedikit berlari, digendongnya sang bayi agar berhenti menangis.

Lalu matanya menangkap secarik kertas yang terlipat di samping tas yang lumayan besar. Tangannya terulur untuk mengambil kertas yang membuatnya penasaran, dibukanya surat itu lalu wanita itu membaca isi surat itu.

Tolong rawat anak saya dengan baik, saya menitipkan anak saya di sini untuk sementara waktu. Saya percaya orang-orang disini dapat merawat anak saya dengan baik.

Saya berjanji akan menjemputnya suatu hari nanti. Dan tolong berikan surat dari saya yang berada di tas yang sudah saya siapkan disetiap hari ulang tahunnya. Dia lahir 11 September lalu.

Tolong berikan dia kasih sayang yang tidak bisa saya berikan secara langsung. Sampaikan juga Bahwa saya akan menyayanginya sampai kapan pun.

Setelah selesai membaca surat yang sepertinya dari ibu sang bayi, wanita paruh baya itu memeriksa tas yang tinggalkan oleh ibu sang bayi, di dalam tas yang lumayan besar itu terdapat perlengkapan bayi pada umumnya seperti dot susu, pakaian bayi, dan kebutuhan bayi lainnya. Namun yang menjadi perhatiannya kali ini adalah sebuah kotak yang berisikan banyak surat di dalamnya.

"Apa ini surat yang harus aku berikan pada bayi ini di setiap ulang tahunnya? Baiklah kalau begitu. Bayi yang malang," Tangan wanita itu mengusap pipi gembil sang bayi yang sepertinya sudah kedinginan, lalu tangannya memegang kalung yang berada di leher bayi itu.

"Apa ini pemberian ibumu? Kalung yang cantik. Bintang..." Ucap wanita itu, lalu senyumnya mengembang seolah telah mendapatkan ide.

"Bintang... Ya, aku akan memberimu nama Bintang. Nama yang cantik untuk bayi yang juga cantik. Sekarang kau menjadi bagian dari panti ini." wanita itu pun membawa bayi yang berada di gendongannya beserta tas dan surat dari ibu sang bayi.

***

Vomment seiklahnya;)
Jangan dipaksakan, karena sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik. Apalagi perasaan:')


Published in February 26th 2018
Purwakarta | 12:55 WIB

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang