2- Dianara

36 3 0
                                    

Merelakan hati itu bukan menyembuhkan perih. Melainkan menambah perih dan luka semakin besar di hati.

☆☆☆

BEL istirahat di sekolah SMA Nusantara membuat semua murid dengan otak mengepul keluar dari kelas mereka masing-masing. Sebagian besar murid langsung mengambil arah ke kantin, namun ada juga beberapa yang hanya duduk di depan kelas sambil mengobrol.

Seperti halnya sekarang yang dilakukan empat orang cowok yang  sedang duduk di depan kelas XI Ipa 4 dan mengomentari para murid yang melewati mereka. Di antaranya adalah Adit dan Arsen yang sejak tadi mengomentari cara jalan, pakaian, dan juga tubuh adik-adik kelas sepuluh.

"Lihat tuh si Laura. Makin lama, makin bagus juga ya badannya. Body goals gitu." Ucap Arsen yang langsung kena jitakan Adit di sampingnya.

"Jangan liatin aja, bego! Mantan gue tuh!" Pekik Adit sambil terus menjitaki kepala Arsen.

"Yee.. semprul! Jangan jitak gue juga kali! Cuma mantankan? Masa lalu itu mah!"

"Emang kenapa kalo dia masa lalu gue? Lo mau ambil? Ambil gih! Monggo, gue persilakan. Tapi jangan salahkan gue kalo lo cepet bosen sama dia."

Arsen mendelik mendengar perkataan Adit. "Lah? Lo udah ngapain aja emang sama si Laura?" Ucap Arsen dengan tatapan tajam. "Ka, coba lo ruqyah dah nih bocah satu."

Cowok yang di panggil 'Ka' atau bisa di sebut Raka tidak mengalihkan matanya dari layar ponselnya yang sedang menampilkan game online.

"Jangan masukin gue ke pembicaraan gak bermutu kalian!" Sahut Raka pelan namun tajam.

Arsen langsung menenggak air liurnya saat mendapatkan jawaban Raka.

Lalu Arsen dan Adit kembali ke pembicaraan mereka tentang mengomentari murid yang lewat hingga seorang perempuan yang berhasil menarik ekor mata mereka tak kuasa untuk mengomentari.

"Itu si Diana, kan? Kok makin manis aja sih setelah putus dari Sakti?"

"Putus? Lo dapet gosip dari mana, bangke! Mana mungkin si Sakti putusin Diana? Bukannya mereka keliatannya goals banget ya?"

"Lo remehin gue sebagai pencari gosip di SMA Nusantara? Gue tau semua yang ada disini. Bahkan boxer yang lo pake sekarang gue juga tau gambarnyaa apa. Hello kitty kan?"

Adit langsung menoyor kepala Arsen. "Anjir! Tau aja lo, Sen."

Raka menghela napasnya panjang mendengar celotehan dua sahabatnya sejak tadi lalu memasukkan ponselnya ke dalam kantung celananya.

Dicky yang menyadari Raka akan pergi dari sana memanggil namanya. "Lo mau kemana?"

"Jasuke!" Ucapnya pelan lalu pergi dari sana. (Jasuke = jangan suka kepo :v)

Raka menyusuri langkah kakinya mengikuti sosok dengan rambut cokelat berkuncir satu di depannya tanpa ingin di sadari oleh pemilik rambut itu.

Langkah kakinya ringan tidak berbunyi hingga perempuan yang dia ikuti itu tidak menyadari keberadaannya. Raka berhenti melangkah saat perempuan yang dia ikuti tiba-tiba berhenti di ujung anak tangga ke lantai tiga. Raut wajahnya dapat Raka lihat dari bawah anak tangga kalau itu adalah raut kesedihan. Raut wajah yang ia tahu sedang menahan apa yang sedang dia tahan sejak tadi hingga air mata perempuan itu jatuh juga.

Raka masih diam disana. Menatap pemilik mata itu yang menatap ke lorong lantai tiga dengan tatapan kesakitan. Tubuh Raka tidak juga menghampiri perempuan itu, dirinya masih diam disana memandangi perempuan itu yang sedang menahan isakannya.

DianaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang