3- Dianara

27 2 0
                                    

Separah apapun kesakitan yang aku rasa, itu tidak akan mengubah semua perasaan yang kau rasa.

☆☆☆

HUJAN turun dengan deras mengiringi siang ini, membuat sang raja siang kini tertutup oleh awan gelap.

Sekolah sudah mulai sepi sejak lima belas menit yang lalu, dan kini Diana masih ada di bawah atap sekolah dan memperhatikan rintik hujan yang jatuh mengenai permukaan bumi.

"Diana"

Diana yang mendengar namanya di panggil menolehkan kepalanya, "Lo? Raka? Lo belum pulang?"

Sudah seminggu setelah pertemuannya di taman belakang sekolah dengan Raka yang memberikan cokelat kepadanya. Cokelat yang dengan mudahnya membuat suasana hatinya lebih membaik dari kejadian di lorong koridor lantai tiga.

"Gue habis dari ruang guru."

Kembali sepi, tidak ada yang membuka percakapan lagi sampai sepuluh menit lamanya mereka terdiam. Diana memandang ke arah langit yang masih terlihat mendung dan hujan belum juga berhenti. Diana harus berjalan sekitar seratus meter untuk bisa sampai di halte dan kalau memang dia nekat terobos hujan deras ini sudah sangat di pastikan ia akan kebasahan.

"Kenapa gak pulang?" Diana menolehkan kepalanya lalu menunjuk ke arah hujan yang masih saja deras.

"Tunggu hujan reda."

Raka menganggukkan kepalanya. "Gak bawa payung?" Tanyanya lagi untuk menghilangkan rasa sepi kembali mencekam mereka.

"Enggak"

"Kalau begitu itu takdir"

Diana mengernyitkan dahinya mendengar sahutan Raka. Raka terkekeh pelan melihat wajah Diana yang terkesan lucu saat memandangnya bingung seperti itu.

"Iya, takdir. Kalau ternyata lo harus hujan-hujanan hari ini." Diana membelalakkan matanya saat tiba-tiba saja tangannya di tarik oleh Raka menjauh dari atap sekolah yang sejak tadi sebagai pelindungnya dari hujan.

"Ayok! Gue antar pulang."

"Raka! Tapi baju gue jadi basah begini." Pekik Diana yang setelahnya dia merasakan ada jaket yang di taruh di atas bahunya.

"Tenang. Gue jamin lo pasti suka. Karena gue suka."

"Heh?"

"Iya.. hujan, gue suka hujan dan sekarang gue ajak lo biar lo bisa suka juga sama hujan."

Raka menggenggam tangannya dan membawanya ke area parkiran. Pria itu dengan cepat memakai helm berwarna hitamnya dan mengajak Diana untuk segera menaiki motornya.

"Gue gak bawa helm dua, jadi gak apa-apa kan kalau hari ini lo gak pakai helm?" Ujar Raka sambil menaikkan kaca helmnya.

"Gue kan gak minta lo buat pulang bareng terus." Sahut Diana yang memang tidak ia rasa.

Raka lagi-lagi tersenyum. "Tapi, gue sudah memutuskan untuk antar lo pulang setiap hari."

"Eh? Gak perlu, Ka. Gue biasanya naik angkutan umum kok."

DianaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang