Lima

127 17 4
                                    

Matahari sudah semakin naik tapi para warga tak kunjung mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan.

Para warga yang putus asa memilih mencari makanan lain di hutan. Seadanya. Tapi kekejaman Marriam sudah melampaui batas.


"Hai kau!" Teriak para prajurit yang sedang bertugas menyisir sekeliling istana.

"Apa yang sedang kalian lakukan di sana?" Tanya seorang prajurit sambil menarik bekal yang di bawa oleh dua orang pria itu.


"Tolong kasiani kami. Biarkan kami lewat. Kami tidak akan mengadukan hal ini pada siapapun." Ucap pria tua itu.

Para prajurit melihat isi buntalan kain itu dan mendapati beberapa ubi dan roti kering sebagai bekal perjalanan mereka.

"Tidak ada yang boleh meninggalkan kerajaan ini tanpa seijin Ratu." Ucap salah seorang prajurit yang merupakan pimpinan di sana.

Ia memerintahkan para anggotanya untuk menyeret mereka berdua ke hadapan Marriam.


"Yang Mulia..." Sembah dan hormat semua prajurit pada Marriam.

"Siapa mereka?" Tanya Marriam langsung ke permasalahan.

"Mereka tertangkap saat ingin melarikan diri, Yang Mulia." Ucap salah seorang prajurit.

"Bawa mereka kemari." Ucap Marriam dan mereka pun di seret menghadap ke Marriam.


"Hai! Jangan bersikap kasar pada ayahku!" Ucap pria yang lebih muda.

"Tenanglah anak muda. Aku akan mengampuni ayahmu dan juga dirimu jika kau mau menuruti perintahku. Sekarang maukah kau menjadi salah satu abdiku dan tinggal bersamaku di istana ini?" Tanya Marriam tapi pria itu hanya diam dan menatap Marriam dengan jengkel.


"Baiklah kalau itu jawabanmu." Ucap Marriam lalu ia menatap pria tua di sebelah anak muda itu.


"Akh!" Pekik pria itu saat jari telunjuk Marriam menyentuh dada kiri pria itu.

"Ayah! Ayah bangun ayah." Teriak pria muda itu saat mendapati ayahnya sudah kaku dengan wajah pucat.


"Aku tanya sekali lagi maukah kau menjadi salah satu abdiku dan tinggal di istana ini?" Tanya Marriam lagi. Dan pria itu diam lagi.


"Baiklah kalau itu maumu anak muda. Aku sudah bersikap baik padamu dengan tidak langsung membunuhmu. Tapi sikapmu ini membuatku muak." Ucap Marriam marah.


Dia berjalan kembali ke tahtanya duduk di singgasananya. Lalu ia mengulurkan tangan kanannya ke depan dan seolah meremas sesuatu.

"Akh!" Pekik anak muda itu sambil memegangi dada kirinya. Ia jatuh berlutut dan merintih kesakitan dan kemudian tewas karena sihir Marriam.


"Buang mayatnya ke laut." Perintahnya lalu kembali ke dalam.

_

Tara...
Maaf panjang...

Hmm... gimana jalan ceritanya...
Jangan aungkan untuk langsung koment ya.

Jangan lupa vote-nya juga...

Snow White & 7 Vampires  (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang