resah

13 1 0
                                    

Waktu terus berlalu hari demi hari terus terlewati
Namun tak ada yang berubah di hati Dien. Sedikit pun hatinya tak pernah ada untuk Rey kian hari bukan rasa cinta yang hadir di hati Dien rasa bosan mulai menghantuinya. Pergolakan batin Dien pun semakin menjadi, kian hari makin terasa, selama apapun ia menyimpan kerisauan pada akhirnya ada titik dimana rasa letih itu akan menghampiri.
Hampir tiga bulan ia menyimpan semua resah dalam hatinya, Dien pun ingin menyudahi semua ini namun takdir berkata lain semakin ia berusaha lepas dari hubungan ini semakin kuat pula ia terbelenggu oleh cinta Rey.

                           ***
Malam itu Rey mengajak Dien untuk Dinner diluar namun Dien menolak ajakan Rey.
"Dien kita pergi makan malam diluar yuk " ajak rey
"Maaf Rey bukannya aku gak mau tapi aku ada acara bersama keluarga ku"
"Ok tidak apa-apa Dien aku ngerti kumpul bareng keluarga itu lebih penting ketimbang hanya makan malam berdua, aku bahagia punya pacar yang begitu mementingkan urusan keluarga dibandingkan urusan yang lain"
"Terimakasih ya Rey kamu udah ngertiin aku "
Dien berbohong untuk kesekian kalinya sebenarnya ia ingin bertemu teman-temannya untuk sekedar mencari kebahagiaan yang tak ia dapatkan dari kekasihnya. Rey selalu mencoba membuat Dien bahagia tapi Dien tak pernah bisa merasakan kebahagiaan dari sosok Rey.
Dien pun sampai ditempat teman-temannya berkumpul namun ada yang berbeda dari biasanya Dien melihat sosok laki-laki ditengah teman-temannya. Dien pun tak mengenal sosok pria itu, Dien tak biasanya menatap seseorang sampai ia tak menyadari fajar berteriak memanggilnya. 
"Dieeen dieeeen kemarilah " teriak fajar sambil melambaikan tangannya
Dien pun mencari sumber suara bola matanya beralih kepada sosok fajar. Dien pun menghampiri fajar
"Ya maaf fa aku telat "
"Nyantai aja kali Dien"
"Oh ya fa pria itu siapa aku belum pernah melihat dia sebelumnya???" Tangannya menunjuk ke arah pria yang tengah duduk sendiri
"Oh itu, dia Nizam teman kuliah kakak aku"
"Ngapain dia disini fa???"
"Aku yang ngajak dia kesini Dien"
"Ohhh"
"Oh ya Dien kamu gak ajak pacar kamu " ledek fajar
"Ih apaan sih asal kamu tau aku bisa kesini karena aku udah bohong sama dia, kalo gak aku gak mungkin disini" celotehnya
"Oh gitu pinter banget kamu Dien kenapa kamu gak putusin dia aja Dien, dia tuh cuma bikin ribet hidup kamu aja "
"Aku belum bisa fa , semakin aku berusaha aku malah makin sulit untuk menjauh aku juga gak ngerti"
"Aku punya saran Dien kamu cerita aja masalah kamu ini sama ka Nizam siapa tahu dia bisa bantu, karena setahu aku ka Nizam itu orangnya cerdas dalam segala hal"
"Kamu gila ya aku kenal aja enggak sama dia mana mungkin aku bisa cerita masalah aku "
"Kamu diem disini aku kesana bentar" fajar pun mendekati Nizam dan menceritakan masalah Dien padanya. Nizam pun mendekati Dien yang tengah melamun karena terlalu memikirkan masalahnya
"Hai Dien" sapa Nizam
Dien pun menoleh ke arah Nizam matanya saling bertatapan
"Mmmh ya "jawab Dien gugup
"Fajar udah cerita semua tentang masalah kamu, aku ngerti Dien kamu gak bakal mudah keluar dari zona ketidak nyamanan ini" Nizam tersenyum seolah dia tahu apa yang dirasakan Dien saat ini
"Aku malu ka, aku gak enak sampai ada orang lain yang tahu masalah ku ini"
Nizam pun kembali tersenyum
"Tidak apa-apa Dien siapa tahu aku bisa bantu masalah yang kamu alami sekarang "
Dien merasakan ada yang berbeda dari sosok Nizam. Sikap nya begitu dewasa dan karakternya begitu tenang. Dien yang baru pertama mengenal Nizam saja sudah begitu nyaman saat berada di dekat nya. Perasaan aneh mulai mengusik hatinya, detak jantungnya berdetak tak beraturan. Tatapan Nizam membuatnya gugup bahkan jika dia dekat dengan Rey pun tak pernah seperti ini. Sikap nya kepada rey acuh tak acuh bahkan hampir senyumannya pun hanya karena paksaan. Berbeda dengan Nizam pandangan pertamanya mampu mengubah segalanya.
"Dien kalo kamu butuh teman curhat hubungi saja aku " ucap Nizam sembari memberikan no handphone nya pada Dien
"I i iya ka" ucap nya gugup Dien pun tersenyum pada Nizam begitu pun Nizam tatapan mata Dien tak pelak ia balas.

                         ***
Fikiran Dien tak karuan sejak pertemuan pertamanya denagn Nizam. Bayangannya pun selalu tentang Nizam.
"Apa yang terjadi pada ku ini ya Tuhan" ucapnya dalam hati
Lamunannya tentang Nizam pun buyar karena suara ponselnya yang berdering begitu kencang. Dien pun segera mengangkat telephone yang masuk
"Assalamualaikum Dien kamu lagi ngapain " tanya rey
"Maaf Rey aku ngantuk banget lagi pula ini udah malem besok aja telephonenya " tuuuuut Dien mematikan hubungan telephone
"Ngapain sih pake telephone segala" celoteh Dien kesal.
Dien pun mencari nama Nizam di daftar kontak ia pun menghubungi Nizam.
"Assalamualaikum ka "
"Waalaikumsalam ini Dien ya ???"  Tanya Nizam lembut
"I iya ka "ucap Dien gugup
"Ada apa Dien nelphon malam-malam begini ???"
"Mmm maaf ya ka jika aku ganggu kakak "
"Aku gak merasa terganggu ko ceritalah jika ada yang membuat mu terusik"
"Jadi gini ka aku udah benar-benar bosan dengan kebohongan ini" Nizam memotong ucapan Dien
"Aku tahu Dien"
"Ko kakak bisa tahu padahal aku belum cerita "
"Ya kamu pelan-pelan jujur sama pacar kamu tenang semuanya"
"Tapi kak aku gak bisa "
"Apa yang membuat kamu gak bisa???"
"Pokoknya aku gak bisa "
"Kamu belum mencobanya Dien jangan katakan gak bisa jika kamu belum mencobanya, di dunia ini gak ada yang gak bisa selagi kamu berusaha pasti semuanya bisa"
"Iya kak makasih ya atas semuanya "
"Aku gak ngelakuin apa pun Dien jadi ucapan terimakasih nya kamu simpen aja " Dien tersenyum tersipu saat Nizam berbicara
"Kakak bisa aja "
"Kamu lucu Dien pantes Rey suka sama kamu " goda Nizam
"Kaa"
"Iya kenapa???" Nizam tak henti-hentinya menggoda Dien 
"Udah dulu ya ka udah malem juga gak enak ganggu istirahat kakak"
"Ya kamu tidur ya de jangan tidur larut malam ingat kamu masih pelajar, jangan bangun kesiangan ya"
"Ya kak makasih udah ngingetin kakak juga istirahat ya assalamualaikum "
"Waalaikumsalam "
Dien terus mengingat apa yang diucapkan Nizam padanya. Kedewasaan Nizam membuatnya semakin kagum pada sosoknya. Perkataannya terus terngiang dikepalanya, wajah Nizam yang tampan badannya yang sixpack membuatnya semakin mengagumi sosok Nizam.

salah kah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang