Sesampainya di tempat makan junkfood, segera mereka memesan makanan dan mencari tempat. Kurang dari lima menit pesanan mereka sudah siap. Mereka membagi tugas, gadis itu bertugas membawa makanan, sedang lelaki itu membawa minuman.
Yuki memilih tempat duduk sofa yang letaknya di sudut ruangan. Ia meletakkan tasnya di atas meja. Danu memilih duduk di sampingnya. Ia nampak risih, seluruh tubuhnya lembab karena kehujanan. Yuki ikut merasakan ketidak nyamanan yang dirasakan lelakinya. Ia menyentuh kemeja dan celana lelaki itu.
"Kemeja kamu basah banget! Celananya juga. Nanti bisa masuk angin nih." Yuki mulai mencemaskan kondisi Danu.
Danu tidak merespon, ia sibuk memeras kemejanya yang basah. Yuki memperhatikan geraknya. "Lepas saja sepatu kamu, itu juga basah banget, nanti ke wash room pakai sandal aku saja.." katanya sembarang.
Akhirnya Yuki mendahului untuk mencuci tangan. Selang setelahnya giliran Danu. Sambil menunggu Danu kembali, ia menyantap duluan makanannya. Cacing di perutnya sudah protes sedari tadi.
Tidak terasa makanannya sudah habis setengah bagian, namun Danu belum juga kembali. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan lelaki itu. Yang benar saja, hanya mencuci tangah menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit lebih.
Danu kembali dengan muka sumbringah. Merperlihatkan sebuah tanda kelegaan. Ia kembali mengambil posisi duduk di sampingnya. Hanya saja belum sempat mengambil posisi, Yuki sudah menghujaninya banyak pertanyaan tanpa jeda.
"Kok lama banget cuci tangan doang? Ngapain sih kamu? Boker?" Yuki mulai menunjukkan jati dirinya. Mulai banyak cakap. Mungkin ia sudah mulai merasa nyaman berada di samping lelaki itu?
"Habis ngeringin baju dan celana tadi pakai hand dryer. Lembab banget.." jawab Danu santai sambil melahap ayam krispinya. Yuki tak merespon, ia sibuk menghabiskan sisa makanannya.
Seusai menghabiskan makanan, mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Danu dengan game digimon kesayangannya. Sedang Yuki sibuk membuka-tutup aplikasi instagramnya sambil menikmati eskrim greentea cappucino yang akhir-akhir menjadi kesukaannya. Sesekali ia memandang lelaki di sampingnya itu penuh tanya. "Kenapa kita bisa sampai bertemu, ya? Masih engga nyangka saja," gumamnya dalam hati.
Ternyata Danu juga memperhatikan tingkah laku gadis di sampingnya itu yang sedari tadi hanya sibuk membuka-tutup aplikasi intagram tanpa melakukan aktivitas apapun di sana.
Danu risih melihat aktivitas monoton yang dilakukan Yuki. "Kamu ngga bosan buka-tutup instagram mulu? Download game gih."
"Ngga suka ngegame. Kamu sendiri main mulu," Yuki menimpali.
Kini mereka mulai terlibat dalam sebuah percakapan. Danu mulai mendekat dan merangkul bahu Yuki. Yuki meletakkan smartphonenya di atas meja dan memperhatikan permainan yang sedang dimainkan Danu.
"Memangnya sudah berapa lama kamu memainkan game itu?"
Lelaki itu nyengir sambil mengingat. "Hmm.. Sekitar 5 tahunan.."
"Ngga bosan?"
"Ngga.."
Yuki menyandarkan kepalanya di bahu Danu. Danu mulai menjelaskan cara bermain permainannya. Yuki mendengar dengan saksama.
"Jadi itu nyerangnya otomatis? Banyakan diem dong?" gadis itu bertanya dengan nada yang terdengar sedikit meremehkan. Ia tidak suka bermain permainan yang tidak ada tantangannya. Ia memilih tidak mengutarakannya, untuk menghargai perasaan lelaki itu.
"Iya.. Gampang kaaan? Tapi aku bahagia. Sederhana ya bahagia aku.." Danu menjawab dengan nada datar dan diakhiri dengan tawa kecil yang terkesan memaksa. Yuki tidak merespon takut salah berucap.
YOU ARE READING
Pertemuan Acak
Short StoryTerlalu banyak korban dari pertemuan acak yang diciptakan semesta. Tak ada manusia yang tahu dengan siapa nantinya ia akan bertemu lewat pertemuan acak itu. Termasuk Danu dan Yuki, semesta mempertemukannya melalui suatu media sosial. Kala itu mereka...