Hampir sejam lebih berkendara, mereka tiba di sebuah di kawasan elite. Danu memarkir motor maticnya di luar. Lalu mempersilahkan Yuki masuk, menaiki beberapa anak tangga yang cukup terjal, cukup jalan beberapa langkah tibalah mereka di depan kamar Danu.
Kamar yang tidak terlalu besar. Cukup untuk hidup seorang diri. Danu membiarkan pintunya terbuka sedikit agar terjadi pertukaran udara. Maklum saja kamarnya tidak ada ventilasi dan jendelanya. Pengap.
Lekas Yuki menyuruhnya mengganti pakaiannya yang lembab. Danu menuju kamar mandi, meninggalkan gadisnya sendiri di kamar. Yuki memandangi seluruh ruangan berukuran 2 x 3 meter itu.
Pandangannya terfokus pada sebuah meja kecil di samping lemari pakaian. Ia menebak meja kecil yang ditemani dengan lampu meja LED berwarna merah hitam itu pasti digunakan sebagai sarana lelaki itu bekerja atau sekadar meletakkan macbook pronya―menonton segudang film yang disimpan di dalamnya ketika dilanda rasa bosan di tengah kesibukan.
Yuki juga menillik tas selempang kulit berwarna cokelat gelap nyaris berwarna maroon bergaya klasik tergantung di tembok. Ia tenggelam dalam imajinasi membayangkan keseharian lelaki itu di kamar ini, sampai-sampai tak menyadari kalau Danu sudah kembali lagi.
"Kamu mau ngecharge? Ini chargernya. Aku tidur dulu.." kata Danu membuyarkan semua imajinasinya.
Gadis itu menarik tangan lelakinya dan mengecek suhu tubuhnya, menyentuh dahi dan lengannya. "Sakit. Badanmu hangat! Kamu sakit?" matanya membulat cemas.
"Cuma perlu tidur saja." Danu menjawab sambil mengambil posisi bersiap tidur. Dibiarkannya gadis itu sibuk dengan smartphonenya. Ia tidak peduli gadisnya itu melakukan aktivitas monoton lagi seperti yang dilakukannya tadi siang, yang diinginkan hanya tidur.
"Yaudah kamu tidur saja dulu, kak. Nanti aku bangunin."
Ya, benar dugaan lelaki itu. Gadisnya itu sibuk membuka-tutup aplikasi instagramnya lagi. Namun lama kelamaan matanya mulai sayup-sayup terkena angin dari luar dan kipas angin.
Yuki gampang sekali tertidur. Dengan kondisi masih menggenggam smartphone dan akun laman instagramnya masih terbuka ia tertidur di lantai.
Danu terbangun dan mendapati Yuki tertidur di atas lantai. "Hey, bangun! Jangan tidur di lantai." Danu mencoba membangunkannya. Yuki merasakan tubuhnya sedang dikoyakkan. Tapi ia tidak mempedulikan. Ia sadar dengan suara itu, namun kedua matanya tidak dapat diajak kompromi, kedua matanya berat untuk dibuka.
Danu tak tega melihat Yuki tertidur di atas ubin yang dingin. Ia mencoba menggendong dan membaringkannya di atas tempat tidur. "Kamu berat juga.." gumam lelaki itu pelan. Tak ingin membangunkan Yuki yang sedang tertidur lelap di hadapannya.
Danu menyusul, melanjutkan tidurnya. Setengah jam kemudian, ia terbangun karena mendengar bunyi alarm di smartphone Yuki. Gadis itu nampak kelelahan. Sampai ia tidak mendengar bunyi alarm yang telah disettingnya. Ia berbisik pelan di telinga Yuki. "Bangun, alarm kamu sudah bunyi.." Sambil memijit lengan dan kaki Yuki berharap ia segera bangun.
Yuki tak merespon. Ia masih belum tersadar dari mimpinya. Danu memperhatikan gadis yang sudah sangat lama ditunggunya. Kini berada bersamanya. Tertidur lelap dihadapannya.
"Mengapa kita baru bertemu sekarang?" Ia berbisik sambil mengelus pelan ubun-ubun gadis itu. Ia mengatakan kalimat yang sama seperti yang diucapkan Yuki tadi siang.
Dengan sekuat tenaga Yuki mencoba membuka kedua matanya. Dan yap, akhirnya!
"Gimana tidurnya? Kayaknya kamu kecapean."
Yuki tak merespon ia sedang mengumpulkan seluruh nyawanya. Sejujurnya Yuki masih ingin tidur.
"Aku masih ngantuk. Boleh ya tidur lima menit lagi?" pintanya manja. Danu tersenyum dan memeluknya. Yuki tak menghiraukan. Dibiarkannya tubuh mungilnya itu dalam dekapan hangat Danu.
Hidung Yuki yang tersumbat karena cairan membuatnya mendadak tak bisa bernapas. Danu panik melihat gadisnya yang sulit bernapas. Ia melepaskan dekapannya dan mencoba membangunkannya. Yuki terbangun dengan napas satu dua. Ah, ia benci keadaan ini. Tenang, ini hal yang biasa ia alami jika hidungnya tersumbat.
"Tolong ambilkan obatku di tas." pintanya terbata-bata.
Danu segera mengambilkannya. Yuki menghirup sebuah benda yang dianggapnya sebagai obat, lebih merajuk seperti alat bantu bantu bernapas. Dirinya merasa sedikit lega.
Kini mereka berbincang-bincang. Danu duduk, sedang Yuki tidur dipangkuannya.
Danu tak henti mencubit kedua pipinya. Ia menatap Yuki lembut, dengan tatapan penuh cinta. Senyum memikat mengembang di wajah Danu. "Pipi kamu empuk."
Yuki yakin, perkataan itu keluar begitu saja dari bibir lelaki itu, tanpa pretensi apa pun. Namun, wajahnya tetap saja menghangat. Sambil berdoa dalam hati agar Danu tidak menyadari rona yang muncul pada wajahnya.
Segera ia mengalihkan pembicaraan, "Aku mau ketemu adek bayi ituuu. Di mana dia?" Bayi yang dimaksud gadis itu ialah keponakan Danu yang baru berusia tiga bulan. Danu sempat menceritakan tentang hal ini sebelumnya. Bayi perempuan lucu itu bernama Elizabeth Kirana. Panggilannya Kira.
"Di rumahnyalah.."
"Ya tauuu, rumahnya di mana?" Yuki gemas, sebuah cubitan kecil mendarat di perut Danu.
"Yaudah cari ke Solo.."
Yuki tersenyum genit, "Masa sendiri? Sama kamu dong.."
"Yaudah nanti ke Solo bareng.." Danu menjawab dan dengan cepat bibirnya menyentuh bibir tipis gadisnya itu. Tanpa aba-aba ia melakukannya. Yuki tak bisa menolak. Oh, sial, kini tak hanya wajahnya yang memerah. Yuki yakin, seluruh tubuhnya pun memerah karena malu.
Mereka pun terlibat dalam ciuman yang intens, lembut dan lama. Ciuman pertama yang sudah sedari lama mereka nanti.
Entah siapa yang mengakhiri. Sadar sudah waktunya untuk bertemu client, Danu bergegas mengambil jaketnya yang tergantung sedang Yuki sibuk mengikat tali sepatunya.
"Nanti pas perkenalan, bilang saja kamu assisten aku ya." Danu memberi instruksi.
"Siap!! Asal aku dapat bagian juga nantinya."
Mereka berkendara menuju sebuah cafe dan co-working space di daerah Tebet Timur.
.
.
.
Satu bagian lagi akan menuju ending. Endingnya gimana ya? Bingunggggg 😣😣😣
YOU ARE READING
Pertemuan Acak
Short StoryTerlalu banyak korban dari pertemuan acak yang diciptakan semesta. Tak ada manusia yang tahu dengan siapa nantinya ia akan bertemu lewat pertemuan acak itu. Termasuk Danu dan Yuki, semesta mempertemukannya melalui suatu media sosial. Kala itu mereka...