Satu: Akhirnya Bertemu

28 1 1
                                    

Sedari pukul 08.00 WIB alarm di smartphonenya sudah bernyanyi merdu. Namun ia terus menunda jam bangun tidurnya. Daerah Kemang Barat, Jakarta Selatan―sedang dilanda hujan lebat sejak subuh tadi.

Cuaca pagi hari ini mendung, sangat cocok untuk bermalas-malasan, terlebih lagi ini hari Minggu. Seketika ia teringat janji dengan seorang lelaki yang akan ditemuinya hari ini. Seorang lelaki yang sudah sejak lama dikenalnya lewat dunia maya.

Bergegas ia bangun dan menuju kamar mandi dengan terseok-seok. Sekuat tenaga melawan rasa kantuk yang masih menyelimutinya.

Ia menghabiskan waktu sejam lebih untuk mandi dan mempersiapkan diri. Rambut panjangnya dikuncir dengan ikat rambut bermotif beruang kesukaannya, gincu berwarna pink natural juga tampak segar di bibirnya. Ia mengenakan atasan blouse berwarna cream, dibalut dengan cardigan berwarna senada, celana panjang legging berwarna hitam tak lupa dengan sneakers merah hati kesukaannya.

Segera ia menghubungi lelaki yang hendak ditemuinya itu.

"Sepertinya belum bangun," ia membatin.

Gadis itu mencoba menguhubungi lelaki itu. Tak butuh waktu lama, dijawabnya telepon dari gadis itu. Yap, benar lelaki itu baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya. Suara setengah serak ala baru bangun dan jawabannya yang masih diawang-awang sebagai penandanya. Singkat cerita, lelaki itu memberi tahu bahwa sejam lagi akan tiba.

Sejam telah berlalu, gadis itu cemas lelaki yang ditunggunya tak kunjung menunjukan batang hidungnya. Ia takut hal buruk terjadi dengan lelaki itu. Mengingat cuaca sangat ekstrem saat ini. Angin kencang dan hujan lebat yang tak kunjung berhenti.

"Hujanan ga, kak?" tanyanya cemas.

Namun tak ada balasan apapun dari lelaki itu.

Setengah jam kemudian pria itu baru membalas, "Udah di titik peta. Basah. Di titik peta yang kamu kasih."

Senyum kecil nampak di wajahnya. Ia merasa lega bahwa lelaki itu baik-baik saja. Setelah mendapatkan pesan itu, segera gadis itu mengenakan jaket parkanya untuk melindungi dirinya dari rintik hujan dan berlari kencang menyusuri jalan-jalan gang kecil yang licin.

Sepuluh menit kemudian, ia sampai di jalan utama dengan kondisi rambutnya yang sudah berantakan dan napasnya tak beraturan. Ia beristirahat dan mengatur ulang hembusan napasnya. Sembari beristirahat, ia menoleh sekitar. Jalanan sepi. Tak ada seorang pun selain dirinya. Ia mengabari lelaki itu.

"Ga ada. Ga nemu. Coba foto sekitar."

Lelaki itu mengirimkan foto sekitar beserta titik lokasi tempatnya saat ini. "Itu di peta yang kamu kasih."

Gadis itu tidak bisa membuka peta yang diterimanya. Paket datanya hanya bisa menerima dan mengirim pesan, menerima panggilan masuk dan membuat panggilan keluar, lalu menerima dan mengirim foto. Sialnya lagi ia tidak punya pulsa untuk menelpon langsung lelaki itu.

Gadis itu memutuskan untuk terus berjalan―jauh menyusuri jalanan Kemang Barat yang panjangnya bukan main. Sesekali ia kembali di titik utamanya. Ia benar-benar buta arah. Ia kesal tak kunjung dapat menemukan lelaki itu. Sepanjang jalan ia hanya menggerutu.

Ia menyerah. "Kok ku ga nemu ya. Aku udah di depan."

"Lah di mana. Depan mana?"

"Aku ga ada kuota buka map."

"Aku di peta yang kamu kasih." Lelaki itu nampaknya mulai kesal juga karena tak kunjung menemukan gadisnya.

Gadis itu mengirimkan foto di sekitarnya. Sebuah rumah besar berwarna putih. " Tadi lewatin ini ga? Depan Kemang Barat III."

"Gatau hujan. Send location aja. Yang akurat."

Ia terkejut melihat balasannya dan berpikir lelaki itu marah. Tapi gadis itu juga kesal. Ia baru saja tiba semalam di Kemang. Wajar saja kalau ia buta arah dan tak tahu tentang sekitarnya. Melihat jawaban itu, ia sudah pasrah sepertinya semesta sedang tidak merestui mereka untuk bertemu hari ini.

Ia sudah sangat lelah berjalan. Ini yang terakhir kalinya, mengirim titik lokasinya saat ini. Ia sudah pasrah. "Jika memang harus batal, yasudah toh masih ada hari esok.." katanya dalam hati.

Ini yang terakhir. "Aku di pos nunggu." jawabnya ketus.

Tapi di satu sisi ia gerimutan dan penasaran. Terlihat sangat labil, bukan? Ia pun memutuskan untuk terus berjalan menyusuri sepanjang jalanan Kemang Barat ditemani rintik hujan.

Tak ada arah dan tujuan. Tak tahu harus berjalan kemana, langkah kakinya tak pasti. Sebegitunya ia ingin menemukan lelaki itu. Dalam langkahnya, sesekali ia mengecek smartphonenya menunggu kabar selanjutnya dari lelaki itu.

Lalu terdengar suara motor dari arah belakang. Ia tak menghiraukan. Ia terus berjalan maju.

"Woiiii..." terdengar suara yang memanggil dari balik buff yang dipakai. Rupanya ada seorang lelaki mengendarai motor berplat AD menghampirinya.

Ia berbalik arah, sedikit takut dan VOILA! Tak salah lagi itu Danu―lelaki yang sedari lama ditunggunya. Lelaki yang basah kuyup terkena hujan.

"Danu?" tatapnya penuh tanya.

"Yuki kan?" lelaki itu mencoba meyakinkan.

Yuki mengangguk dan tersenyum kecil.

Akhirnya mereka bertemu juga di bawah langit yang sama.

Danu bergegas memberinya helm dan lekas menyuruhnya duduk di belakang. Yuki menuruti perkataan lelaki itu. Mereka memulai perjalanan, keluar dari jalanan Kemang Barat yang nampak seperti sebuah labirin.

Selama perjalanan mereka membisu. Yuki tak enak hati telah membuat lelaki yang sedang memboncengnya itu basah kuyup. Dipikirnya lelaki itu sedang marah akibat kehujanan karena dirinya. Jadi ia memutuskan untuk tidak banyak tingkah dan banyak cakap seperti biasanya.

Namun tak bertahan lama. Ia mecoba memecahkan kesunyian.

"Maaf.." Yuki memulai percakapan di tengah kemacetan jalanan Kemang Raya.

"Tadi engga hujan, pas masuk Kemang tetibanya hujan lebat. Jadi kamu belum makan, kan? Mau makan apa?" buru-buru Danu menimpali dan memberi penjelasan. Mungkin ia juga tidak enak hati sudah membuat gadis itu menunggu lama sampai ia kelaparan.

"Iya.."

"Mau makan apa?"

"Bebas. Aku kan baru tadi malam sampai disini, mana aku tahu tempat makan sekitar sini."

"Hmm makan apa ya? Oh itu ada M*D di depan. Apa makan di sana saja kita?"

"Ya, boleh." Yuki menyetujui.

.

.

.

HAIIII!
SALAM KENAL YAAAA :)
Ini adalah tulisan pertama aku. Tulisan ini lahir dari sebuah 'pertemuan acak' yang pernah aku alami di tahun 2016 kemarin. Pastinya, tulisan ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu aku sangat memerlukan kritik dan saran dari kalian semua yaa.

Selamat membaca!

With love,
Santia

Pertemuan AcakWhere stories live. Discover now