Duabelas

10.6K 1K 59
                                    

Boa menatap undangan yg ada di tangannya lama. Ia masih tidak mempercayai semua ini. Tangannya bergetar membuka undangan yg dikirim oleh orang suruhan Yunho.
Seketika airmatanya menggenang di pelupuk mata saat membaca nama Yunho tertera disana.

'Han Jaejoong? Siapa dia?' Batin Boa.
Ia kembali mengingat saat pertama kali ke kantor Yunho. Ia sangat jelas ingat jika saat itu Yunho memanggil nama Kim Jaejoong saat ia menelepon melalui telepon kantornya.

'Apa ini orang lain lagi? Bahkan aku belum memberikan pelajaran pada Kim Jaejoong itu.' Batinnya lagi.

Ia mengepalkan tangannya marah.
"Aku harus memastikan ini." Ucapnya.

***

Keadaan Boa tak jauh berbeda dengan para karyawan Yunho. Kantor Yunho malah seperti pasar sekarang. Mereka berbicara seperti pedagang dan pembeli, malah banyak yg menangis sedih. Namun tak sedikit orang yg mengernyit heran membaca nama calon tunangan Yunho.

'Han Jaejoong'

Nama itu mengingatkan mereka pada satu orang yaitu OB Kim yg mereka tau bernama 'Jaejoong' juga, hanya saja marganya yg berbeda.

Jaejoong yg sedang asik mengepel lantai hanya tersenyum puas menyaksikan karyawan Yunho saat ini.

"Kenapa nama Jaejoong selalu membuatku marah? Aarrrrgghh.. kenapa putra dari sahabat Nyonya Besar harus bernama Jaejoong? Hiksss...." tangis salah satu karyawati Yunho sambil berjalan melewati Jaejoong. Ia tidak menyadari OB yg sedang mengepel itu adalah Jaejoong.

Jaejoong hanya tertawa tanpa suara.
'Ini baru permulaan, bagaimana nanti jika mereka melihat aku yg bertukar cincin dengan Yunho?' Ia menyeringai senang membayangkan hal itu.
'Sepertinya nanti aku harus menyiapkan dokter juga disana.' Batinnya. Ia lalu mengambil alat pel dan pergi darisana.

Jaejoong memasuki ruang OB dengan hati yg berbunga. Ia disambut oleh jeritan heboh Junsu yg memperlihatkan kartu undangan yg diterimanya.

"Jae, aku tidak menyangka jika kau memiliki nama yg sama dengan calon tunangan CEO." Ucapnya antusias.

"Aku juga suie." Jaejoong menjawab dengan ekspresi biasa saja.

"Yg semakin membuatku tidak percaya adalah semua orang benar-benar diundang termasuk security. Ahh.. aku tidak percaya ini."

Jaejoong hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ahh.. bagaimana kalau kita kesana bersama Jae?" Ucapan Junsu membuat Jaejoong sedikit gelagapan. Ia tidak memperkirakan hal ini. Jaejoong berfikir cepat, mencari alasan yg tepat agar Junsu tidak mencurigainya.

"Sepertinya aku tidak bisa kesana Suie. Aku ditelepon Suster Kepala dan menyuruhku ke panti malam itu karena salah satu dari adik-adikku disana berulang tahun." Jaejoong berdoa dalam hati agar Junsu tidak curiga.

"Baiklah kalau begitu Jae." Ucap Junsu akhirnya.
Junsu memang sudah mengetahui jika Jaejoong yatim piatu.

***

Boa melangkah cepat memasuki kantor Yunho. Wajah tak bersahabat terpancar jelas. Ia menerobos masuk ke dalam ruangan Yunho. Tak dipedulikannya teriakan sekertaris Yunho yg menyuruhnya untuk tidak masuk. Namun seketika ia mematung di tempatnya saat melihat siapa yg duduk di sofa ruangan Yunho. Ny.Jung tengah membaca sebuah majalah sambil mendengarkan musik melalui headset. Sepertinya ia tidak menyadari kehadiran Boa karena matanya masih fokus memandang majalah itu. Boa melirik meja kerja Yunho.
Kosong. Yunho tidak ada di tempatnya. Boa meringis, berbalik pelan berusaha agar tidak ketahuan Ny.Jung jika ia masuk sembarangan.

"Mau kemana kau jalang?" Ucap Ny.Jung secara tiba-tiba membuat Boa menghentikan langkahnya. Ia menoleh memandang Ny.Jung. Matanya masih fokus pada majalah yg ada di pangkuannya.

Oh My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang