1*

270 10 0
                                    

Sebuah Audi A6 putih mengilap berbelok anggun ke pelataran parkir SMA Pelita Kita dan berhenti tepat di samping pos satpam. Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun berbadan tegap dan berwajah tampan keluar dari pintu pengemudi. Ia bergegas membukakan pintu untuk anak perempuan cantik bermata hazel yang tadi duduk di sampingnya.

Lai Guanlin, laki-laki itu, baru menekan kunci remote mobil ketika (NamaKamu) Nicholas Azilan melambaikan tangan. "Tunggu, sweaterku."

Guanlin mengangguk, kembali menekan kunci supaya (namakamu) bisa mengambil sweater dari punggung jok.

"Udah?" tanyanya. (Namakamu) mengangguk sembari mengenakan sweater kashmir hangat berwarna pink lembut. Guanlin mengunci mobil, lalu mulai melangkah masuk ke halaman sekolah, diikuti (namakamu).

Beberapa anak yang berjalan di koridor menatap mereka dengan kagum. (Namakamu) dan Guanlin merupakan pasangan paling fenomenal di sekolah ini. (Namakamu) adalah anak seorang direktur perusahaan tekstil ternama yang memiliki beberapa cabang di luar negeri. Darah Prancis yang mengaliri tubuhnya membuat ia seperti boneka: matanya hazel, rambutnya cokelat, tubuhnya langsing, kulitnya pun putih mulus walaupun tampak pucat. Sementara itu, Lai Guanlin adalah anak pemilik perusahaan kelapa sawit, sahabat ayah (Namakamu). Ayahnya yang berkebangsaan Amerika membuatnya memiliki fitur mirip dengan (namakamu), hanya saja matanya hitam, mengikuti mata ibunya yang orang Jawa asli.

(Namakamu) dan Guanlin sudah dinobatkan menjadi pasangan sejak masuk sekolah ini. Mereka selalu datang bersama, pulang bersama, dan selalu ada di kelas yang sama selama dua tahun termasuk tahun ini, saat mereka naik ke kelas 12. Mereka adalah pasangan yang 'terlalu indah untuk menjadi kenyataan', tetapi mereka benar-benar nyata. Hanya dengan melihat mereka, orang-orang bisa terpukau, lalu bermimpi bisa memiliki pasangan sesempurna itu juga.

"Lin, ada yang aneh di mukaku?"

Guanlin hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan (namakamu). Seumur hidup, mereka mengenyam pendidikan dari guru-guru berkualitas yang dipanggil oleh para orangtua mereka ke rumah. Tak sekalipun mereka pernah menginjakkan kaki ke tempat bernama sekolah. Hingga 2 tahun lalu, setelah menonton High School Musical, (namakamu) mendadak minta untuk masuk sekolah formal. Guanlin— kurang lebih—sudah terbiasa dengan segala perhatian dari warga sekolah, tetapi (namakamu) tampaknya belum.

Kecuali kenyataan kalau mereka menjadi pusat perhatian, Guanlin cukup menyukai sekolah ini. Selain memiliki cukup banyak prestasi, bangunan sekolah ini sangat nyaman. Alih-alih bertingkat dan megah, gedung sekolah mereka terdiri dari beberapa bangunan utama yang tertata rapi dan dikelilingi pohon- pohon menghijau. Sangat nyaman dan tentunya, aman.

Guanlin berhenti untuk mengikat tali sepatunya yang lepas dan membiarkan (namakamu) berjalan duluan. Ia sedang memperhatikan langkah kecil-kecil (namakamu) saat melihat seorang anak laki-laki sedang berlari dengan kecepatan penuh ke arah mereka, tampak dikejar oleh temannya. Dalam waktu sepersekian detik, Guanlin bergerak pindah ke samping (namakamu), membiarkan dirinya sendiri tertabrak anak laki-laki tadi.

"Eh sori sori!" seru anak itu sekenanya, lalu segera menghilang ke koridor lain.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Guanlin kepada (namakamu) yang segera mengangguk. Sementara itu, semua anak perempuan yang menyaksikan adegan tadi memekik tertahan, terpesona pada perlakuan manis Guanlin dan kenyataan bahwa ia melakukannya dengan sangat natural hingga nyaris terasa wajar. Guanlin sendiri menganggapnya refleks: kakinya sudah bergerak, bahkan sebelum otaknya memerintahkan.

Tak berapa lama, (namakamu) dan Guanlin sampai di kelas baru mereka, XII IPA 2. Guanlin membuka pintu kelas dan membiarkan (namakamu) masuk terlebih dahulu. Tindakannya itu kembali membuat semua anak perempuan menahan pekikan. Menyadarinya, Guanlin tetap menahan pintu. Anak-anak perempuan itu pun segera masuk sambil bersemu-semu, beberapa murid kelas lain malah terhipnotis ikut masuk.

 untukmu || Bae jinyoung × YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang