"Riyan, bangun!"
Sebuah suara di pagi hari memanggil nama Riyan sambil mengguncangkan tubuhnya pelan. Riyan bereaksi dan bangkit dari tidurnya, tapi ia hanya duduk dengan mata setengah terpejam. Ia melihat sekeliling dan mendapati seorang gadis cantik dengan rambut berwarna cokelat kehitaman dan mata biru cerah sedang berdiri di samping kasurnya. Ya, gadis tersebut adalah Remia.
Setelah memastikan siapa yang membangunkannya, ia kembali merebahkan dirinya di atas kasur dan menarik selimutnya menutupi tubuhnya.
"Sepuluh menit lagi..."
Dengan santainya, ia mengatakan itu.
Remia yang berdiri di samping kasurnya menunggu Riyan bangun, hanya bisa terdiam kebingungan. Melihat Riyan yang kembali berbaring di kasur dengan suara dengkuran yang lembut, ia sedikit bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Sesaat kemudian, ia menyadari bahwa Riyan kembali ke tidurnya yang sangat nikmat itu.
"Riyan, bangunlah! Kalau tidak aku yang akan dimarahi!"
Sambil sedikit mengguncangkan tubuh Riyan, Remia kembali berteriak-teriak dengan niat membangunkan Riyan yang kembali tertidur. Tidak berguna dengan cara ini, ia menghela nafas berat.
"Sepertinya tidak ada cara lain."
Ia mengangkat tangan kanannya, menutup mata dan berkonsentrasi pada mana yang berada di dalam tubuhnya.
"[Wasser]!"
Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan keluarlah air yang berasal dari telapak tangan kanannya. Air itu langsung meluncur tepat ke wajah Riyan yang sedang tidur. Ketika air tersebut mencapai tujuannya...
Pyaarr!
"Phaa!? Apa!? Apa yang terjadi!?"
Seketika itu juga Riyan bangkit duduk di kasurnya dengan mata yang terbuka lebar. Bagian kepala sampai dadanya basah kuyup akibat sihir air yang baru saja dikerahkan Remia untuk membangunkannya secara paksa, tentu saja kasur, selimut, serta bantalnya juga. Ia terdiam mendapati tubuhnya yang basah kuyup di atas kasur.
"Buftt!"
Melihat ekspresi lucu yang terpasang di wajah Riyan, Remia tidak bisa menahan tawanya dan akhirnya menutup mulut sekuat-kuatnya disertai membalikkan badan dari hadapan Riyan. Riyan baru saja menyadari Remia yang berusaha menahan tawanya, ia terlihat sedikit kesal.
Sesaat kemudian, Remia membalikkan tubuhnya menghadap Riyan setelah tawanya teratasi. Ia menundukkan kepalanya dan meminta maaf.
"Maaf, aku terlalu berlebihan. Aku hanya disuruh membangunkanmu oleh Faleon."
'Faleon? Apa yang ia inginkan dariku sepagi ini?'
Riyan bangun dari kasurnya dan berjalan mendekati Remia.
"Apa yang jenderal inginkan pagi-pagi begini?"
"Pagi? Matahari sudah tinggi loh."
Sambil menunjuk langit-langit, Remia mengatakan itu.
"Oi, matahari tidak dapat terlihat dari ruangan ini jika sudah setinggi itu."
Mendengar balasan yang masuk akal dari Riyan, Remia hanya tersenyum masam. Ia lupa bahwa saat ini ia berada di dalam ruangan. Memang dapat dilihat dari jendela kamar, tapi matahari sudah terlalu tinggi untuk dilihat dari dari jendela.
"Baiklah, aku akan bersiap-siap. Kau sampaikan saja pada jenderal untuk menunggu sebentar lagi."
"Dimengerti. Jenderal Faleon menunggumu di halaman belakang istana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Unknown : Hero From Zero [DROP]
FantasyRiyan Klaint, seorang pelajar biasa dengan hidup yang tak biasa. Suatu hari, ia beserta teman-teman kelasnya secara paksa dipanggil menuju dunia lain. Karena dipanggil secara paksa, mau tidak mau mereka terlempar ke dunia lain. Mereka dipanggil ke d...