Entah bagaimana ini terjadi. Namun aku menyukai namanya di setiap matanya menatapku dalam. Aku juga menyukainya saat ia tertawa lepas saat aku menatapnya bergantian. Itu menyenangkan rasanya. Ya, wajahnya sangat menggemaskan hingga sulit bagiku untuk mengatakan bahwa ia sudah berumur 17 tahun sekarang. Padahal wajahnya masih seperti bayi nan putih yang baru saja lahir. Aku tak bisa menyatakan bahwa ia benar-benar pada masa remaja sekarang. Ha ha ha ini lucu.
Kadang aku bingung saat ia selalu menyapaku setiap hari di depan kelas. Memberikanku lukisan senyuman dari wajahnya yang putih berbalut seragam sekolah yang selalu rapi. Pagi selalu disambutnya dengan senyuman khas walau aku tak memintanya dari mulutku sendiri. Namun, saat aku tiba di depan kelas, ia sudah menungguku sembari bersandar di depan lokerku dengan badan tegap. Ia tak pernah terlambat menyapaku dan melemparkan senyuman manis padaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman sembari menjawab pertanyaannya. Pertanyaan yang selalu ia tanyakan setiap kali bertemu denganku, “Sudah bersyukur hari ini?” Dan aku menjawab “sudah.” Pertanyaan yang simple namun selalu mengingatkanku pada Pelukis Kehidupan Ini. Ya, Tuhan. Kadang tanpa pernah aku pikirkan, aku selalu tersenyum mendengar pertanyaan itu dari mulutnya sepanjang hari.
••• TBC •••
Written by Ten
ten-mistakes[2018.02.04]
YOU ARE READING
PIECE
RandomShort story berjuta genre Berisi serpihan cerita dari dunia yang berbeda Mencerminkan kepribadian-kepribadian dari orang-orang Membuka dan menguggah perasaan