#0 Perkenalan

70 30 48
                                    

Sabtu siang di penghujung kegiatan belajar selesai.

Aku menatap mata seseorang yang belum aku kenal.

Mata nya terlihat sayu dan langkah kakinya yang kemudian melewati ku.

Aku tidak tau, mengapa. Mengapa aku bisa berpikir untuk tetap menatapnya. Seolah-olah dia menarik ku tanpa tali dan kemudian mengikat ku dengannya.

Setelah hati ku hancur berkeping keping sebelumnya karena bertepuk sebelah tangan. Kemudian seolah-olah dia meninggalkan langkahnya untuk ku dan memberi isyarat untuk harus mengejarnya. Begitu batinku.

Dia cukup tinggi, mata nya seperti yang kukatakan sayu dan berisi tatapan kosong. Kulitnya kuning langsat dengan bibir pink yang alami. Dia bukan seseorang yang kekar. Dia hanya pelajar biasa.

Aku tak tahu mengapa begitu cepat aku melupakan kenangan masa lalu. Tapi aku bersyukur saat itu, aku tidak tenggelam dan cepat bangkit. Dan kemudian aku menemukan dia.

Namanya ingin aku samarkan. Tapi aku ingin semua orang mengenalnya. Dia. Namanya Abi. Atau mungkin lebih tepatnya Iqhsan. Aku tak harus menyebutkan nama lengkapnya karena kupikir itu akan benar-benar mengganggunya.

Aku menyukainya dan mungkin lebih tepatnya penasaran dengannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Siang itu, aku makan bersama sahabatku. Kami menyebut diri kami HAWA. Mungkin terdengar angkuh, tapi sebenarnya setiap huruf nya mewakili setiap awalan nama kami.

H, untukku. Hastri
A yang pertama untuk Amaliyah
W, untuk Wira yang lebih sering kami memanggilnya Rara.
Dan A yang terakhir itu untuk Anggi.

Kami membentuk perkumpulan saat itu awalnya karena iseng dan bukan kehendak perseorangan. Bahkan kami pun belum terlalu saling mengenal. Terkecuali Wira dan aku adalah sepupu. Walaupun sepupu, kami juga jarang bertemu dan dia aslinya tinggal di luar propinsi yang berbeda denganku dan kemudian pindah sekolah ke daerah tempat tinggal ku saat itu. Anggi dan Amaliyah berteman juga masih baru saat itu.

Aku tidak ingat juga bagaimana kami bisa bersama-sama. Tapi yang pastinya karena sekolah kami saat itu, sangat sedikit pribumi yang muslim, sehingga kami yang pribumi muslim saat itu sangat dekat. Lebih tepatnya kami sekolah di Sekolah yang rata-rata anak muridnya Chinese.

Back to topic, so kami saat itu sedang istirahat siang. Tapi kami tidak memesan nasi. Kami biasanya hanya memesan gorengan atau terkadang bakso goreng yang dulunya populer saat jaman sekolah saat itu. Tapi Anggi yang lebih memilih bakwan untuk disantapnya. Dan aku lebih memilih tahu isi saat itu.

Dan kemudian ada dua orang lagi yang penting yang harus kukenalkan pada kalian semua. Ya, Dua cowok yang sangat dekat dengan kami saat itu. Mereka berdua adalah Bram dan Ian. Tapi Bram dan Ian tidak selalu ikutan bersama kami setiap istirahat namun mereka adalah tokoh yang juga penting untuk aku ceritakan.

Di saat istirahat siang itu lah, sambil membawa jajan bersama mereka ke arah kelas. Aku menatap sosok mata sayu itu. Jujur, aku selama ini tak pernah melihatnya. Dan sekarang aku baru menyadari nya.

"Eh, guys. Itu siapa? Anak baru ya?" Tanyaku kepada mereka.

"Siapa sih? Gatau tuh" Jawab Anggi cuek.

"Yang mana,yang mana?" Tanya Rara yang kepo saat itu.

Aku kemudian menunjuknya sambil tetap berjalan. Mereka memperhatikan sosok itu sambil menatap lama.

"Ah ga penting, ayo dong. Makan. Kenapa sih?" Ucap Amal sambil buru-buru jalan ke arah kelas diikuti oleh Anggi.

"Anak kelas sebelah tu keknya Has" Jawab Rara sambil mengikuti langkah Amal di depan.

HIM [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang