Tiga

14 10 4
                                    

"Aku akan mencoba tersenyum didepanmu walaupun senyumku hanya sekedar hiasan"

-Fidel ramma pradika-

Fidel pov

Aku mengirup udara segar dipagi hari ini, jalanan yang sepi hanya di lintasi beberapa kendaraan. Melihat burung-burung berterbangan bersamaan, Sangat indah.

"Fidellll, stoppp!!!! " Ica berteriak sambil mencengkram jaket maroon milik ku.

"Apaansi Ca? Ngagetin sumpah! "

"Itu lho ada kucing kecil kasian, tolongin yuk!"

"Lah kita kan mau sekolah, yakali dah Ca bawa kucing ke kelas! "

"Yahh, kasian tau dia laper"

"Iya, tapi tapi mau gimana ngumpetinya, gak usah ya Ca? "

"Yaudah deh" ucapnya.

Sungguh melihat raut wajahnya yang sangat sedih membuatku tak tega. Memang faktanya Ica sangat menyukai kucing.

"Ica jangan marah ya? kalau gua punya uang nanti gua beliin"

Dengan cepat raut wajah Ica berubah drastis, senyumnya terukir di wajahnya.

"Aaa..makasihh Fidelll, awas ya jangan bohong!" sambil memeluku.

"Jangan bilang makasih dulu, gua belom beliin!"

Leticya pov

Baru menginjakan kaki dikelas tiba-tiba Mauren berlari kearahku.

"Ca Ca Ca lo udah ngerjain pr puisi belom? Yang disuruh buat 3 "

"Astagadragonball, kenapa lo baru ngingetin Mauren! "

"Gua kira lo udah ngerjain, maaf deh! Yaudah ayo kerjain sekarang! "

Dengan keadaan panik aku dan Mauren membuat puisi. Karena pelajaran pertama. Apapun hasilnya yang penting ngerjain, itulah prinsip aku dan Mauren.

"Allhamdullilah, udah selesai" ucapku.

Sambil menunggu pak Husin datang , teman -teman dikelasku menyempatkan untuk mengerjakan tugas puisi itu.

"Woii dengerinn, hari ini pak Husin gak masuk anaknya nikah" kata ketua kelas yang baru datang dari ruang guru.

Semua anak bersorak kesal karena pagi-pagi sudah direpotkan oleh tugasnya yang susah itu.

"Cobaan apalagi iniii" ucap Mauren sambil mengelus dada.

"Belom aja belom" ucap Fidel dari kursi belakang.

Bel istirahat telah berbunyi aku dan Mauren berjalan kearah kantin.

"Ica bolo-bolo, Ica bolo-bolo" ucap Fidel yang datang tiba-tiba.

"Apasih? kangen ya? " ucapku sambil tersenyum.

"Dih mupeng banget dikangenin sama cowok ganteng kayak gua! "

Aku berjalan mengabaikan Fidel yang masih berbicara padaku. Bukanya aku sombong tapi hanya saja obrolanya sangat unfaedah.

Aku dan Mauren memesan bakso dan es jeruk, 5 menit kemudian dua pesenanku sudah datang.

"Eh hai, boleh gabung gak?"

"Eh kak Raki, boleh kak duduk aja! "

Karena aku telah mengizinkanya, ia duduk disampingku.

"Bagus deh lo udah tau nama gua, oiya nama lo siapa? "

"Leticya kak, panggil aja Ica " ucapku.

"Nama yang cantik, sama seperti orangnya! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not real!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang