3. double s(h)it

7.3K 335 15
                                    

Setelah menyadari apa yang dia pegang, kanita undur diri buru-buru ke kamar mandi. Demi olympus lagi gonjang-ganjing. Seumur-umur dia baru pegang junior kaum adam. Tapi kenapa harus punya brondong?

Ini semua gara-gara mama maksa kanita pergi, sesomplaknya kanita nggak mau jadi anak durhaka. Mama merintah ini dia nurut, mama merintah itu dia ikut. Ahkkk brondong kampret roman-romannya tau hal itu.

Mama oh mama. apa kau korban kkn? Berapa ato benda apa, satria menyuapmu? Harusnya tadi kanita nggak tidur jadi bisa OTT.

Kanita membasuh wajah dengan memercikan air beberapa kali lalu melap dengan tisu wastafel toilet ladies lantas menatap lelah pada wajah kusut seorang perempuan seperempat abad yang memantul dari cermin, merogoh tas kecil tangannya menangkap benda bulat lalu ia angkat dan buka, akhirnya ia memoleskan bedak tabur bertuliskan halal itu.

"Kanita, apa yang harus lo lakuin? Kembali ato melarikan diri?" Ocehnya frustasi, walaupun satria masih bocah tetep aja seorang genre adam lagi beranjak menjadi pria bukan bocah ingusan nggak ngerti mesum itu apa.

Ambil nafas. Hembuskan. Ambil nafas. Hembuskan.

Itu yang dilakuin kanita sembari menata hati, pikiran dan nentuin pilihan. Dan fix, kanita memilih apa yang harus dipilih. Menarik handle pintu kamar mandi kemudian ayunkan kaki menuju pangkalan taxi. Itu plan mateng.

"Ck. Lama banget sih" baru aja kanita buka pintu udah disambut makhluk yang ia hindari sedunia. "emang ada yang seru?" Tanya satria penasaran sambil leher sawan jerapah melongok dalemnya kamar mandi wanita.

Si brondong cengengesan, "lo nggak abis-"

Kanita melotot setajam ujung lancip potlot, bikin satria terpaksa membungkam mulut.

"Ngapain lo disini? Pengen ditimpuk cewe rame-rame?"

"Lo kelamaan tapa di toilet nyampe pilem kelar" tukas satria dengan muka kucel bukti lama nunggu. Tapi masih cakep sangat kok... yah, sampai akhir duniapun yang namanya menunggu itu me-nge-sal-kan. Setuju?

Stok kesabaran eh kelaparan satria udah kelap-kelip merah, dia berbalik akan melangkah dengan sebelumnya telapak tangan si brondong nggenggam kenceng jemari kanita seolah takut perempuan itu melarikan diri. Kenapa nggak sekalian diborgol aja bang... sat.

"Mau kemana?" Tanya kanita sembari mencoba terlepas dari genggaman satria.

Satria jawab enteng tanpa menoleh,"Makan" lalu mulai berjalan diikuti kanita yang seperti diserek ala adegan drama india.

Perempuan itu mendengus kesal. "Nggak pake beginian juga kali"

"Lo lelet, jalan kayak anakan siput" njir... belum juga jadian udah ngatain sekata-kata. What jadian? Tidak akan!

Si empunya mencoba terus mencoba dengan meronta-ronta yang justru memperparah keadaan. Berasa odypus complex banget tiap liat tatapan terkutuk orang-orang yang mereka lewati. Ini mall guedeeee.

Kanita berdecak kesal, pasalnya satria bilang 'makan' sampe nyeret dia kayak pacar ketauan selingkuh eh malah dibawa ke parkiran. Padahal di dalem mall banyak tempat makan.

"Katanya makan, kok kesini?" Baru sekali jalan sama ini brondong udah bikin darah tinggiya kumat.

Si brondong kampret sok-sok an baik hati romantis-romantisan ala abg labil masangin helm ke kepala cantik pujaan hati.

"Disini nggak ada tempat asyik, kita makan di langganan gue" kata satria sewaktu motor mau jalan ninggalin parkiran.

Yang kanita tau, mereka muter-muter nggak jelas, ini semacam modus satria aja biar bisa dempel-dempelan lama. Wajah si brondong tak luput dari senyuman yang terus mampir juga cengiran serta siulan.

"Nah, udah sampe" suara tuh bocah narik kanita dari lamunan atau penyesalan?. Kanita mendongak. Hah, warung tenda! Ini sih biasa, tiap hari juga kanita beli makan di warung tenda. Apa spesialnya?. Dasar bocah! kismin.

Kembali satria menggenggam tangan kanita lantas berjalan beriringan sebelum memesan yang dari kertas hvs dilaminating, mata kanita masih normal jadi bisa baca ukuran font 14 huruf times newroman berisi daftar menu, 1. nasi goreng magelangan. Apaan nih?

Dua orang yang sibuk menata pesanan pada piring rotan beralaskan daun pisang, menoleh samaan dan tersenyum ramah. "Eh, den satria. Lama nggak kesini. Apa kabar?" Sapa salah satunya si bapak usia 50an kemudian mengangguk pada kanita.

"Baik pak, kayak biasa 2. E..." satria menoleh pada perempuan disebelahnya lalu bertanya, "kanita suka pedes?" Dijawab sekadar anggukan, kanita lagi konsent nyari tempat kosong. Dalam hati tuh perempuan terheran-heran 'kok bisa bejubel begindang'.

"Pedes semua pak, minumnya jeruk anget 2" lanjut satria seraya tersenyum yang teramat manis. Kan muji lagi...

Mereka nemu space cilik pas pojokan, himpit-himpitan makin berasa... anget romantis lagi. Itu bagi satria. Kanita? Jangan ditanya deh, sebelnya naudzubillah.

"Kanita, lesehan ini kan nyaman, sante. Ibarat bus executive nih double sit. Ini langganan gue dari-"

Ucapan satria terpotong iklan dengan pemain sepasang abg labil, "Bos, kebeneran banget kita barengan" tanpa dosa nyelip nggeser sebelah kanita. Makin sempit tau!

"Double date bos" lanjut celoteh cowo sma an di sebelah mereka.

Yang ada double shit bagi kanita.

"Dip, ngel, kenalin ini kanita" kanita yang lagi nerima piring nasi cuma noleh kasih senyum dikit terpaksa lagi.

"Udah sah bos?"

"Bentar lagi halal" wah bener-bener kampret nih brondong. Lo kata sekonyong-konyong asal mangap.

Baru satria mengunyah sesendok nasi goreng yang ada mie-nya itu, dia dipaksa berdiri oleh kanita. Coba bukan kanita, behhhh berakhir babak belur tuh orang ganggu satria makan.

Setelah agak jauh dari tenda juga lumayan sepi, "sat, aku mau ngomong"

"Kanita ngerasain hal sama kayak gue kan?" Kepedean banget nih bocah, jatah percaya diri orang segang diembat dia semua. Sungguh terlalu.

Emosi kanita udah di ubun-ubun siap muntah meluber-luber. Tapi ngadepin bocah harus sabar percuma pake urat. Nggak mempan.

"Kamu tuh masih kencur, aku lebih pantes ja-"

Prit. Prit. Prit.

Sial! Kamtib, satpol pp.

Lari........

Ngelupain unek-unek, kanita menarik satria lari bersama malam sabtu bertabur bintang.

"Udah aman sat?" Tanya kanita sembari memegangi lutut dengan nafas terengah-engahnya.

"Kenapa kita harus ngacir?" Pertanyaan terbego eits kanita bego! Baru sadar. Untuk apa mereka lari?
Pkl? Bukan.
Banci kaleng? Bukan.
Pasangan mesum? Jelas Bukan.

Makin kesal aja si kanita.

"Kita balik yuk" ajak kanita acuh.

"Percuma, pasti motor gue udah dinaikin ke truk satpol pp"

" trus kita gimana? Ni daerah gelap, sepi lagi" bulu kuduk kanita berdiri sejak tadi.

Si brondong nyadar raut ketakutan dari perempuan yang ia kagumi setengah idup setahun belakangan ini. Sejak.....

"Kanita, disini ada satria" Dielusnya lembut pipi kanita meyakinkan gadis itu kalo dia nggak sendiri.

"Jangan pernah takut kalo kanita dideket satria karena satria nggak bakal biarin apapun, siapapun nyakitin kanita"
sambungnya ngengobral janji atau sungguhan karena hanya Tuhan dan bocah itu saja yang tau. Lantas ngambil apel kroak dan menelepon seseorang dengan nada tegas nggak seperti bocah lagi dengan tangan kiri, sebab tangan kanan ia pake buat ngusap-usap pucuk kepala kanita.

Tbc...



Penggila Om-om (Very Selowww Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang