7. keep spirit

5.1K 318 31
                                    

Alis om bertaut, pria hampir paruh baya itu berusaha mengenyahkan pikiran buruk. Tapi sudut otaknya tidak bisa disumpal untuk tidak mengirim perintah.

"Apa maksudmu?!"

Satria menjawab enteng. Sengaja. "semua yang pasti dilakukan oleh lelaki dan perempuan bila seatap semalaman bareng "

Senyum smirk tercetak nyata pada wajah bocah setengah dewasa yang kali ini merasa menang 1-0 tanpa perlawanan.

Pletakkkkkk...

Satria meringis dengan tangan mengelus jidat tampannya, dia nggak nyangka kalau kanita bakal tega. Belum apa-apa udah kdrt. Apalagi kalau udah apa-apa? Sepertinya satria mesti siap nomor komnas laki-laki.

"Sakit" ringis satria manja yang sama sekali nggak digubris kanita. Perempuan itu memilih ambil langkah lemah tapi pasti sampai duduk manis di kursi sebelah sopir dan kemudian menutup pintu mobil dengan keras.

Kanita kesal sendiri, om lelet loading semacam pentium atu jaman bahela, nggak cepet-cepet nyusul ke posisinya sebagai sopir eh empunya mobil. Kaca jendela diturunkan pas nongol kepala lantas sedikit menaikkan intonasi nada suara meminta sang kekasih masuk mobil. Namun, itu kesalahan fatal sebab suara kanita penyadar satria yang tadi cuma melompong sewaktu perempuan itu kesal.

Sretttt. Prepetttt.

Kemeja bagian punggung om ditarik kuat oleh tangan bocah itu sehingga beberapa benang jahitan terlepas tapi tidak sampai sobek.

"Kita selesein ini secara jantan. Siapa yang menang itulah yang berhak atas kanita" mendengar penuturan bocah itu om membalikkan badan.

Om menjawab tenang tanpa emosi, "Jantan bukan berarti dengan adu jotos adu kekuatan fisik"

"Pulanglah" lanjutnya nada meminta.

Satu hal, ikatan darah, satria adalah keponakan satu-satunya dan om adalah paman satu-satunya. Dan mereka tidak memiliki keluarga lain lagi di dunia ini.

"Nggak akan" tolak satria sarkas. "sebelum gue tunjukin ke lo kalau gue bukan anak manja"

Menghela nafas demi meredam emosi yang sebenarnya udah nangkring diubun-ubun tiap menghadapi bocah itu.

"Tunjukkan. Rebut dia dariku dengan cara baik-baik" ucap om. Demi apapun, hatinya tercubit, sangat terpaksa mulutnya bicara begitu. Dia nggak nyangka jika perempuan yang dia tekadkan akan ia nikahi disukai keponakannya. Benarkah stok perempuan di dunia ini menipis?

Dasar kanita bodoh. Setelah panggilan toa tadi ia sesegera mungkin menutup kaca, jadi, ia sama sekali tidak mendengar percakapan antara paman dan keponakan. Dan kini, ia jadi kesal sendiri melihat kekasihnya bukannya menjalankan mobil malah diam termenung entah memikirkan apa menyandarkan jidat pada stir mobil serta mata terpejam.

"Sampai kapan kita disini?" Tanya kanita sedikit banyak kesal memecah keheningan dalam mobil. Kepala om beranjak dari stir, ia menoleh lalu memeluk kanita erat.

"Menikahlah denganku" lamaran dadakan ala om-om freezer di sela-sela rambut kusut kanita. Perempuan itu seperti mimpi di siang bolong.

Melepas pelukan, menatap lekat mata pria itu mencoba mencari kebenaran dan ia menemukan mata tersebut serius seperti biasa.

"Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku" ucap pria dewasa itu seolah tahu isi kepala cantik kanita.

Kanita memberengut, dia pasti jawab iya tapi...

"Kamu nolak aku?" Kanita menggeleng cepat, bukan tujuannya nolak hanya saja tanggung jawabnya besar.

Saat mulut kanita akan membuka, suara apel kroak menginterupsi. Dengan cepat ia membuka tas dan meraih benda kotak itu.

"....."

"Iya ma, kanita langsung kesitu"

Panggilan berakhir.

"Bisa anterin aku sekarang ke rs harapan?" Tanyanya panik, pria itu hanya mengangguk dia penasaran tapi saat ini bukan waktunya bertanya.

Mobil pun melaju cepat.

Satria sempat menoleh ke belakang ketika mendengar deru halus knalpot namun hanya sekilas ia memilih melanjutkan langkah ke kosannya.

Di dalam kamar, satria menatap rindu pada gambar sepasang suami istri tersenyum mesra dimana perut si istri membuncit, dalam perut buncit itu adalah calon bayi mereka yang tidak sempat mereka lihat akibat kecelakaan mobil 17 tahun lalu. Si bayi terlahir prematur setelah operasi caesar. Bayi itu adalah satria lanang wijaya. Sang kakeklah yang memberi nama dan mengasuh cucu pertama dan sang pewaris sampai usia satria menginjak 12 tahun karena serangan jantung kakek wijaya meninggal selanjutnya pengasuhan satria berpindah pada sang paman. Beda anak beda ayah. Kakek adalah perwujudan lelaki tegas penuh kasih sayang sedangkan om-nya , lelaki tegas, kaku dan anti becanda. Satria remaja menginginkan jalannya sesuai yang ia ingini tapi om-nya ingin satria selalu menurut pada rencana yang dia buat demi masa depannya sebagai pewaris dan puncaknya saat akan memasuki dimana satria memakai putih abu. Perbedaan pendapat mencetuskan pertengkaran sehingga satria pergi dari rumah.

"Ma, bantu putramu dari surga ya... Satria serius cinta kanita, mau nikah sama kanita, dia sangat cantik kayak mama"

Telunjuknya beralih pada potret lelaki tampan di sebelah perempuan hamil.

"Pa, adikmu adalah musuhku, dia tidak pernah menyukaiku. Jika papa masih ada pasti dia nggak akan berani memarahiku"

Kemudian dipeluknya pigura itu lama hingga tertidur.

Hawa panas akibat matahari terik siang membangunkan satria. Bocah itu akan ke kamar mandi hendak mencuci muka tapi baru beberapa langkah kakinya tersandung, ia melihat ke bawah lalu memungut barang itu dan itu adalah baju kanita ya. Baju yang semalam kanita kenakan. Ia hirup dalam-dalam sisa aroma kanita yang masih menempel.

"Ta, lo milik gue. Cuma milik gue"

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penggila Om-om (Very Selowww Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang