4. gempa lokal

6.4K 361 17
                                    

Please vote n coment-nya ^_^

Disini. bener-bener,serius gelap-gelapan, lampu pembagian dari pln letaknya dua puluh meteran di luar tepi jalan so kesannya remang-remang sayu kayak jaman listrik belum masuk desa. Eits dah... kayak tau aja jaman segitu?! Wah salah tanya nih, lupa? Kanita idup di dunia udah 25 taun secara otomatis pernah ngalamin sewaktu pulkam rumah mbah. Kan keluarga perantau ibukota.

Srek. Sruk. Srek. Sruk. Sruk.

Sontak kerana suara itu cengkeraman jemari kanita makin kencang pada lengan satria, nggak peduli kuku-kuku nancap melukai kulit mulus si brondong.

"Bunyi apa tuh?" Lontar mulut kanita bergetar takut. Dipasangnya kuping lebih menajam, "itu di belakang kita sat" imbuhnya setelah memastikan.

Mengelus lagi rambut kanita kesekian kali. Coba lagi nggak darurat udah dipatahkan tuh tangan bocah.

"lo anggap nggak denger apa-apa, lo pasti aman selama gue disisi lo" ujar satria menenangkan seraya menutup kedua lubang telinga perempuan itu namun ditolak. Jelaslah!

Srek. Sruk. Srek. Sruk. Sruk.

"Kan tuh... lagi..." dari nada suaranya sih level takutnya naik. Meski begitu demi menyembuhkan rasa penasaran dengan sisa batre apel kroak tinggal 22 % ia nyalain aja lalu arahkan ke semak di belakangnya.

What... gerak-gerak kayak... jangan-jangan?! Ahkkk tidak! Selamatkan kanita ya Tuhan... kanita anak baik masih perawan belum goal baru nyicip juga batal.

Tangan kiri yang bebas menggerayangi asal kena tubuh si berbondong,kalo nggak salah sih itu dada. yap, dada brondong kerasa keras pasti bidang, waduh... kanita abaikan dulu otak umami mu.

"Sat, liat belakang kita"

Satria turut berbalik agar kanita diam, selanjutnya dia malah cengengesan.

Plukkk

Emosi kanita akhirnya tersalurkan, dia menimpuk kepala si brondong dengan benda kotak dalam tangan, lumayan keras dan itu lumayan sakit juga.

"Aduh!" Pekik si brondong sembari mengelus bagian kepalanya. Kan sakit...rasain lo. Siapa suruh cengengesan diatas ketakutan kanita.

Setelah menimpuk kepala si brondong, kanita pun memaki "goyang-goyang beneran sat, dikondisikan dong cengengesannya"

"Gue kasih tau,kita itu lagi di lokasi kayak gini" dengan berani-beraninya tangan satria memutar kepala kanita diarahkannya pada sisi lain sebuah semak gelap. "Tuh,gempa lokal juga kan?" Ucap satria enteng, dalam hati cowok itu bahagia bukan main yang sadar betul perempuannya ternyata sepolos itu.

Kening kanita mengeritik nggak ngerti omongan si brondong,"ngomong yang jelas"

Satria berdehem. "Wilayah lokali-"

Perkataan satria terpotong dengan munculnya dua manusia genre beda alias adam-hawa dari balik salah satu semak dengan penampilan acak-acakan. Dengan baju belum kepasang betul begitu, siapapun pasti ngerti mereka barusan ngapain.

Tampang kanita lebih parah dari orang idiot, jalan bareng brondong ngasih pengalaman baru dalam hidupnya.

"Gila, nggak ada motel apa? Emang kayak apa rasanya di alam bebas gitu?"ceplos kanita nggak sadar.

"Mau nyoba?" Alis satria naik turun menggoda, kontan kanita mendengus tajam serta merta buang muka.

"Yuk ah pulang, jalan dulu siapa tau di depan ada tumpangan" ajak kanita kesal mulai menggaruk sekitaran lengan digigiti nyamuk nakal.sekarang nyamuk, nanti si brondong. Ihhh ngeri.ogahhhhh...

Penggila Om-om (Very Selowww Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang