6. (b)untung

4.6K 310 28
                                    

"Mau kemana lo" langkah maling kanita spontan terhenti, niatnya mau ke kamar mandi buat rapi-rapi terus ngacir pulang mumpung si kampret masih molor.Malu, yap, kanita malu meski semalam mabok tapi dia ingat betul kalo si brondong kampret nyosor ama grapa-grepe berkat tuntunan tangan kanita sendiri. Sumpah kanita bingung kok bisa semalam nepsongnya membubung tinggi? untung pingsan coba nggak, pasti terjadilah yang namanya hal iya-iya.

Belum sempat jawab, kanita lari ke kamar mandi dalam kamar yang nggak ia kenal. Dia nginep sama satria tapi nggak seranjang kan ranjang yang ia tiduri single pasti nggak muat berdua. Untung lagi!

Efek alkohol sisa semalam menguras perut lagi, "Hoeeekkk. Hoeeekkk"

Menjijikan bin jauh dari kata anggun, itu penampakan kanita saat ini, rambut awut-awutan, badan bau semacam merk permen alias nano-nano, baju kusut, make up berantakan apalagi eyeliner luntur jadi kayak gadis penunggu pohon rambutan alias miss kunti.Untung yah, untunglah satria cinta setengah hidup so cowok itu setia telaten mengurut tengkuk kanita di dalam kamar mandi kosannya. Coba cuma cinta monyet udah dikutuk jadi monyet beneran dah tu cewek, udah ditolongin malah ngrepotin.kan untung lagi!

Setelah dipastikan kanita udahan muntahnya, perempuan itu ia tuntun kembali berbaring di ranjang dalam kamar kosan ukuran 5 x 5 meter persegi.

"Ta, ini teh anget biar perutmu enakan" kata satria nyodorin satu cangkir teh depan bibir pucat perempuannya.

Kanita menyeruput teh pemberian satria.

Prottttt... semburan jatuh pas muka si brondong.

"Lo mau mulut gue melepuh?" Tuduh kanita kayak naga ngamuk dan satria kelabakan takut udah nyakitin kanita, daripada penasaran dia ikut nyeruput teh buatannya. Busettt nih namanya panas. Oh iya dia lupa nyampur dikit air dingin tadi.

"Maaf" ucap satria menunduk yang entah kenapa bikin rasa bersalah dalam diri kanita. Nih bocah kan semalam udah nolong dia.

"Ta, tiduran aja dulu. Gue tinggal-"

Nada manja nggak rela kanita memotong kalimat si brondong yang belum kelar, "mau kemana?" Halah tadi aja mau kabur sekarang ditinggal nggak mau.

'Labil amat sih tulang rusuk gue' keluh batin satria.

Satria yang lagi pake jaket denim ambil langkah lamban ke ranjang dimana kanita tercinta terbaring lemah, diusapnya lembut pipi kanita nggak ketinggalan senyuman sejuta volt si brondong yang bikin kadar gula kanita naik melonjak tinggi.

"Gue beli bubur dulu di depan, kosan gue nggak da dapur. Kalo ada pasti gue buatin sendiri" terang satria pelan teramat manis. Diabetes. Diabetes dah.

"Cuma bentar kok" lanjut satria lantas mengecup kening kanita dalam. "I love you" ucap satria bikin jantung kanita kelojotan.

Sadar kanita. Sadarlah! Satria bener-bener nggak baik buat kesehatan lo. Ayo... back to mode waras.

"Sono, awas! Sampe pake lama, gue laper" ketus kanita yang udah berbaring miring ngadepin tembok buat nutupin muka blushing. Satria sendiri natap punggung kanita sambil geleng-geleng kepala kemudian berbalik buka pintu keluar kosan.

Baru aja tenang seperginya brondong, apel kroak teriak garang minta dibelai. Maksudnya yang memanggil di line seberang sana.

Buru-buru meraih tas kerja yang nongkrong di meja belajar.

"Halo"

"Kok lemes gitu yang" dari suara kedengarannya om dewa khawatir tingkat langit tujuh.

"Sakkkittt"

Pengennya manja tapi yang ada kayak lagi minta... ehm. Jatah.

"Aku tengokin ya, mau minta bawain apa?"

"What????"

"Sebagai pria aku harus ke rumahmu, nggak cuma ketemu di depan gang. Berasa pecundang abg labil"

"Pas momentumnya kamu lagi sakit"

Kanita seneng pake banget malah kalo lagi nggak lemes tuh perempuan jingkrak-jingkrak tapi masalahnya dia lagi nggak di rumah. Haduhhh bagaimana ini. Tuhan...tolonglah hamba-Mu yang cantik ini.

Jujur apa bohong???

"Aku lagi di rumah temen, semalam abis lembur nongki dulu eh kemaleman jadi nebeng sekalian nginep"

"Kirim alamatnya, aku jemput"

Klik. Tut. Tut. Tut.

Belum sempat jawab tuh panggilan udah main tutup aja. Om dewa bukan tipe mudah disanggah kalau bilang A pasti dilakukan A. Gimana caranya tau alamat sini?

Aha... google maps.

Segera dia kirim alamat sesuai hasil google maps.

Plak. Menepuk jidatnya.

Kanita baru inget soal brondong. Halah bodo amat. Nanti kirim pesan aja kalo dia kudu pulang.

Setelah mandi kilat, oles make up tipis dan nyolong kaos satria minus celana soalnya kebesaran sih. Kanita berjalan pelan menuju jalan besar dimana om erwin nunggu. Akhirnya, hari yang kanita impikan terjadi juga. Om dewa kenalan sama nyokap. Huaduh gimana reaksi mama kalau calon mantu seumuran sama calon mertua?

Ya Allah... moga nggak kayak sinetron berjudul "suamiku direbut mamaku"

Tidak......!

Ya ampun kanita refresh dong otak kinclongmu.

Tutup mata. Ambil nafas. Hembuskan. Buka mata.

Taraaaaa

Calon suami udah jalan tegap tapi keliatan elegan, dewasa lagi menuju posisi kanita berdiri.

"Harusnya kamu bilang aja tempat temanmu itu jadi nggak perlu cape jalan" ucap om dewa memeluk lengan kanita lalu menuntun jalan beriringan. Sampai di pintu samping pria itu membuka pintu dan kanit bergerak akan duduk.

Tapi nyatanya dia nggak bisa gerak gegara pundaknya dipegang kenceng oleh sepasang tangan kokoh.

"Ta, nggak seharusnya lo pergi.lo masih sakit" suara itu adalah suara si brondong. Kanita cuma meringis liat sorot mata permusuhan dari om erwin yang pastinya buat tuh bocah.

"Lepaskan tanganmu" perintah om dewa dengan suara bariton yang seharusnya siapapun yang denger pasti nurut tapi sayangnya pengecualian khusus satria nggak mempan.

Gendang telinga kanita bisa mendengar dengusan nada mengejek dari satria di belakangnya yang ia tahu jarak makin menipis seolah memeluk dari belakang.

Satria berbisik di balik daun telinga kanita kayak setan lagi membisiki manusia untuk berbuat dosa, "ta, inget semalam yang kita lakukan" ini bisikan pake toa apa ya, lah noh mata om dewa melotot.

Kamprettttttttttt

Tbc.

Penggila Om-om (Very Selowww Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang