08. Keceplosan

23 7 0
                                    

Oleh Schyler_, ArlenLangit, Jenirenita, redlotus11, kth_nisa, titizkyla, @b4p3rgirl

Azkiya serta Narendra sekarang berada di ruang tunggu dengan kekesalan masing-masing. Entah karena kesialan siapa, pesawat yang akan mereka tumpangi terkena delay. Mau tidak mau, jadwal meeting lelaki itu harus diundur.

Meskipun duduk bersebelahan di kursi yang sama, tapi tak ada satu pun suara mereka ciptakan hingga akhirnya keheningan tersebut dipecahkan oleh suara ponsel Azkiya. Narendra yang tak hentinya bergumam lantas memicingkan mata ke arah gadis itu karena merasa terganggu.

Richard
Hai

Azkiya menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa sangat bodoh karena berharap pesan yang masuk berasal dari Tuan Brokoli. Jangan salahkan dirinya. Gadis itu hanya menginginkan sosok penghibur ketika suasana hatinya berantakan sejak suara wanita yang menggema beberapa saat lalu tercipta.

CutiePie
Hai juga

Richard
Kamu orang mana?

CutiePie
Aku orang Bandung
Kamu blasteran?

Richard
Emang kayak bule ya?
Padahal aku asli Indonesia, loh

CutiePie
Wah, kirain blasteran. Kalo nggak gitu ya bule yang pindah ke Indonesia

Sebenarnya Azkiya hanya menebak karena nama lelaki tersebut menunjukkan unsur kebaratan, tapi ternyata salah total. Omong-omong, ia merasa Richard sedikit lebih waras daripada semua lelaki yang pernah berkirim pesan dengannya, termasuk Shin-Chan Gagal.

Tanpa disadari, sedari tadi Narendra memerhatikan gadis itu hingga ia merasa kesal. Tidak, lebih tepatnya cemburu. Terlebih lagi ketika yang diperhatikan terus tersenyum karena membalas pesan dari-siapa-pun-itu. Entah sejak kapan ia ia tidak senang jika perhatian Azkiya tertuju pada orang lain, apalagi sampai tersenyum tidak jelas seperti sekarang.

“Ekhm, jangan asyik sama handphone kamu!”

Azkiya menoleh ketika mendengar kalimat tidak mengenakkan itu keluar dari mulut Narendra, ia kemudian bertanya, “Emangnya kenapa, Bos?”

Narendra tidak senang jika perkataannya dibantah, terlebih jika Azkiya yang melakukannya. Oleh karena itu, ia melemparkan tatapan tajam pada gadis di sebelahnya kemudian memerintahkan berbagai hal. Perintah itu keluar begitu saja karena didorong oleh kecemburuan.

Disuruh menyiapkan berkas sekarang juga. Apa-apaan itu? Rasanya Azkiya sangat kesal dengan Narendra yang senang memerintah tanpa tahu tempat dan waktu. Ia takkan masalah jika lelaki itu bersikap sekehendak ketika berada di kantor atau wilayah yang berkaitan dengan pekerjaan, tapi ini? Posisi mereka sekarang berada di bandara jika bos besar itu melupakannya.

Dasar bos jahanam, pikirnya dalam batin. Gadis itu terus merutuk tanpa mengerjakan yang diperintah hingga Narendra berpikir bahwa ia kembali dibantah oleh pegawai barunya.

“Kenapa masih diam? Ayo sana, siapin!”

“Iya, Pak Bos,” ucap Azkiya tanpa menyembunyikan kekesalan di setiap katanya. Persetan jika bosnya itu marah.

Dengan sangat terpaksa, Azkiya memasukkan ponsel ke dalam sakunya kemudian mulai memeriksa berkas yang akan digunakan. Ketika merasa ada sebuah getaran yang menandakan pesan masuk, ia menyempatkan diri untuk melirik Narendra. Ingin sekali rasanya ia mengambil ponsel secara diam-diam, tapi lelaki yang sedang dihadapinya sekarang pasti tahu.

We Could Go BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang