Part 3

114 5 0
                                    

Babak 2 berakhir. Christian lolos ke babak selanjutnya. Sayang nya grez tidak lolos di babak ini dan gugur.

Babak 2 adalah babak yang sangat menegangkan. Karna salah satu peserta terbaik yaitu Monic telah meninggal dunia. Polisi yang menyelidiki kasus ini mengatakan bahwa ini adalah pembunuhan, melihat CCTV lorong tidak ada orang yang masuk ke dalam toilet selain mereka berdua.

" Pasti lo yang bunuh monic kan san!" Telak menusuk hati terdalam sandri. Sandri tertunduk lesu.
" Sayang kamu gak boleh ngomong begitu ketemen kamu " Salah satu polisi menenangkan Qhila yang terus terusan menangis tak keruan.
"Ya masa ini perbuatan hantu? Tidak ada hantu di dunia ini yang menggunakan senar gitar untuk membunuh orang pak" Qhila, 10 tahun. Berfikir layaknya orang dewasa. Sangat logis. Memang.
"Qhila... Aku gak mungkin membunuh dia, dia temen aku juga, kamu temen aku juga, aku juga sangat bersedih melihat keadaan Monic" Sandri menangis, ia di rawat oleh seorang psikolog. Trauma amat sangat dirasakan oleh perempuan berumur 11 tahun seperti sandri.

****

Babak 3 dimulai. Semua peserta berlatih dengan amat sungguh sungguh kali ini. Dan sangat berhati hati. Babak dimana mereka yang menyayi akan di rekam secara live dan langsung di siarkan di salah satu stasiun TV ternama indonesia. Grez akan datang ke studio untuk mendukung sandri dan christian.

"Giliran ku minggu pertama grez, bersama Gibran, Sila, Anit, Morren, dan Farrel. Aku pesimis grez, aku takut. Kamu tau Morren? Suara dia berakter dan sangat bagus grez. Aku takut saingan dengannya." Keluh sandri pada temannya Grez didalam
telfon tengah malam.
" Tenang aja sandri. Kamu harus berlatih dengan giat. Kerahkan suara terbaikmu!!!!" Teriakan grez di akhir kalimat membuat sandri menjauhkan telefon genggamnya.
"Gausah teriak juga kali grezzz" Decak kesal sandri pada grez.
"Hehe maaf, kan biar kamu semangat. Sudah sana tidur. Aku juga udah ngantuk ni. Bye."

Tuttuttuttt. Telfon pun mati.

"Oh siapapun tolong loloskan aku dibabak ini. Aku sangat memohon, cara apapun akan aku lakukan untuk lolos." Doa sandri sebelum tidur. Sandri pun tertidur.

Sandri pov

Pagi telah tiba. Semoga doa ku semalam dikabulkan. Aku yang kedua tampil. Peserta yang aku takutkan akan tampil terakhir. Dia adalah Morren ferdiansyah. Suaranya sangat luar biasa pada saat babak 2 pun dia mendapat apresiasi yang sangat bagus. Apapun cara nya aku akan lolos dibabak ini. Pasti!

Anit yang tampil pertama, luar biasa bagus. Ya, sangat bagus. Akupun meminta saran kepada Morren agar tidak gugup.
"Morren... Aku gugup, kau tau caranya agar aku releks?" Omong ku terbata bata. Aku tidak begitu mengenal Morren sehingga segan untuk berbicara dengannya.
"Idih gampang kali san. Tarik nafas.... Buang.... Abis itu kamu akan releks. Anggap aja di studio kosong, dan kamu seperti berlatih menyanyi di ruang latihan. So simple" Sarannya padaku, dengan sedikit nada angkuh. Aku heran mengapa peserta dengan suara terbaik tidak pernah mau merendah. Meninggi terus meninggi terus.
"Oalah, baiklah. Terimakasih kalo gitu aku masuk dulu ya, sekarang giliran ku. Bye." Aku meninggalkan Morren.
"Semoga bernasib sebaik aku san!" Sedikit bisikan kudengar di belakang punggungku. Ku jawab dalam hatiku "Ya aku akan bernasib baik Morren, dan nasib mu tidak akan sebaik aku yang kata mu semoga sebaik kamu."

"Grez!!!" Aku panggil sahabatku Grez. Dia menoleh dan langsung menghampiriku.
"Semangat ya san" Tentu saja aku semangat hehe.

Aku sudah mengerahkan suara terbaikku untuk para mentor. Puji tuhan aku mendapat apresiasi yang tidak kalah keren dengan anit. Selanjut nya aku akan menunggu sampai akhir. Sampai pada saat pemilihan.

"Doain aku ya grezzzzzz" Aku benar benar berharap untuk semuanya. Akupun sudah berjanji pada diriku sendiri untuk melakukan apa saja untuk lolos. Aku menggenggam tangan sahabatku seerat mungkin.

Giliran Morren datang. Ia tidak ada dimanapun. Para kru telah mencari anak emas ini sejak penampilan ke tiga yaitu penampilan Farrel. Aku membantu para kru untuk mencari Morren bersama grez. Sedang sibuk mencari aku mendengar teriakan dari ruang latihan, ruang latihan akan senantiasa kosong saat jam sibuk seperti ini.
Grez menganga dan terbengong. Aku berlari menuju tempat grez berdiri yang sudah ramai oleh para kru.

"Astaga apa lagi ini san" Grez menangis, christian menghampiri kami dan sama terkejut nya dengan grez christian.
"Sudah 2 yang menjadi korban, sekarang apa lagi? Aku yakin dengan sangat minggu depan akan ada kejadian yang sama" Christian membuka keheningan.
"Chris. Omongan itu adalah doa. Aku mohon kamu jangan berbicara seperti itu" Aku nolak pendapat christian dengan mentah mentah. Aku tidak terima teman teman ku akan menghilang satu persatu dari sini. Aku tidak terima.

Keadaan Morren sama mengenaskannya dengan Monic. Mulut nya di sumpal dengan mic diruang latihan. Tangan terikat kaki terikat. Baju nya basah oleh air liur nya sendiri. Bau gas beracun ada di seluruh ruangan. Jasad Morren dibawa kerumah sakit. Dan secara otomatis Morren menjadi salah satu peserta yang tereliminasi. Aku lolos. Puji tuhan.

Dua, dua peserta pergi.

****
Kelar juga janji aku kekalian. Jangan lupa Follow+vote+dan comment yaa netijen hehe.

Authorvea

Psikopat CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang