Ketiga: Babysitter. (1)

662 96 13
                                    

"Jja~ Eomma titip Junhoe ya, sayang?" Wanita cantik itu tersenyum riang. Walaupun sudah berkepala 5, Ibu beranak 2 itu tetap bertubuh segar dan bersemangat muda. Sang ibunda dengan riang menghampiri mobil hitam yang sudah menunggu tepat didepan pagar rumah.

Yang dititipi hanya tersenyum manis, namun beda dengan lelaki berhidung besar disampingnya.

Seseorang berbisik kecil tepat di telinga dirinya, "Ya, Hanbin-ah, anggap saja ini adalah ujian untuk menjadi menantu yang baik." Tawa setannya menggema dalam gendang telinga Hanbin.

"Jangan dekat-dekat, milikku." Sinis Jinhwan yang merasa miliknya diganggu oleh sesuatu berbau astral. Melihat kekasihnya seperti puppy yang menggeram karena sesuatu miliknya diambil, Hanbin tiba-tiba memiliki mood yang bagus. "Tidak apa, Jinanie. Mungkin kakak ipar sudah sayang padaku."

"Menjijikan."

Kompak sekali. Dari cara bicara mereka, akhirnya mereka benar-benar terlihat seperti adik kakak sungguhan.

"Dah~ aku akan membawakan kalian oleh-oleh." Seiyeon melambaikan tangannya sembari mengedipkan mata kanannya.

"Kumohon, pergi!!!"

Kali ini kompak bersama sang kekasih, mungkin mereka benar-benar jodoh dari sananya.

Keluarga kecil Kim itu (minus Jinhwan) pergi mengunjungi kampung halamannya, Jeju. Katanya 1 minggu yang akan datang adalah pernikahan dari tante muda Jinhwan. Tapi dengan sedihnya, si bungsu dan sepupu kecilnya itu tak bisa ikut karena itu adalah minggu ujian. Danㅡ dengan sangat super duper tripel mega senang hati, Hanbin menerima tawaran menginap untuk menemani Jinhwan yang memang penakut.

"Hanbin-ah, sebenarnya aku mau ikuuuut!" Jinhwan mulai manja, merengek saat mereka sedang berduaan saja. Hanbin malah keenakan kalau sang kekasih ngusel-ngusel di bahunya seperti anak kucing. Si bangir mulai mengelus pucuk kepala kekasih mungilnya itu, "Setelah ujian, mau ke Jeju? Sekalian denganku, bagaimana?"

Terbangun dengan gesa, Jinhwan metatap Hanbin dengan mata sipitnya yang lucu. "Benarkah? Kau mau? Kau mau? Kau mau? Kau mau pergi denganku?"

Ya Tuhan, Hanbin bisa-bisa diabetes. Walau terkadang memang galak, Jinhwan mempunyai seribu sisi manis yang sudah melekat pada dirinya dari lahir. "Benar, kau tidak percaya padaku, eh?"

Jinhwan mengeluarkan ujung lidahnya sedikit, "Huh. Tentu saja, tidak."

"Ya, kau mau ku hukum?"

Senyuman miring muncul di bibir lelaki mungil. Tiba-tiba, dirinya mendudukkan diri tepat di pangkuan sang kekasih. "Siapa takut?"

"Green light?" Tak sabar, Hanbin mulai menerjang Jinhwan dengan semangat tinggi. Mereka berdua terbaring di sofa panjang bernuansa maroon milik keluarnya Kim.

"Uhmㅡ Bin-ah,"

Decakan panas terdengar dari kedua bibir yang beradu itu, semakin jelas ketika tangan lebar Hanbin mulai menggerayangi perut datar lelakinya.

"Jinanie,"

Uh- oh. Biarlah kedua lelaki yang sedang lovey dovey itu menikmati waktunya. Toh, sebenarnya dirumah ini adaㅡ

"Boo!"

Bruk!

"Aw!"

"Tuhan- astaga! Koo Junhoe?! Kau membuatku jantungan!"

Dengan wajah polos baru bangun tidur, satu-satunya anak kecil disana menunjuk mulutnya. Ibarat berbicara, lapar. mau mam. Lelaki mungil yang semula hampir menyemburkan ocehannya itu, hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah manis si adik sepupu. Dirinya lalu pergi ke dapur tanpa melirik Hanbin sedikit pun.

Kids. - ON HOLD.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang