Bab 6

4.5K 314 6
                                    

"Aku bukanlah ayah yang baik, Sasuke. Sebelum ini aku tak pernah menceritakan kegundahan hatiku pada siapapun, tapi kali ini aku menceritakan hal ini padamu karena aku ingin melihat putriku bahagia."

Hari ini Hinata mengajakku untuk datang ke Mension Hyuuga, dia ingin memberitahukan kabar kehamilannya kepada keluarganya tanpa Hinata tahu jika Otou-sama telah mengetahuinya terlebih dahulu tapi di depan Hinata Otou-sama memang berpura-pura tidak tahu. Dan di sinilah aku sekarang, di ruang kerja Otou-sama hanya berdua sedangkan Hinata kini telah bersama Hanabi.

"Mungkin ini salahku karena tak memikirkan kondisi fisik Hinata, Hinata memang lemah sejak lahir sama seperti mendiang Ibunya. Bahkan Ibunya meninggal saat melahirkan Hanabi. Seharusnya aku berfikir ulang saat akan memilih Hinata sebagai pasanganmu apa lagi membangkitkan suatu klan tidak hanya membutuhkan satu anak," jelas Otou-sama. Jujur saja ini pertama kalinya aku mendengar Otou-sama berbicara panjang lebar.

"Jika bukan dengan Hinata, saya mungkin tak akan mau membangkitkan klan saya kembali, Otou-sama."

"Dari dulu Hinata tak pernah mendapatkan kasih sayang dariku dan aku percaya kamu bisa membahagiakan Hinata, tapi dengan kondisi fisik Hinata sekarang apa bisa?"

Saat di kantor Hokage memang telah di jelaskan jika anakku dan Hinata bukanlah bayi biasa sejak di dalam rahim dia telah memiliki kekuatan, mungkin jika keadaan Hinata normal itu tidak dipermasalahkan tapi kondisi fisik Hinata lemah. Tujuan utama dari pernikahan kami memang untuk membangkitkan klan Uchiha -walaupun aku sudah tak perduli dengan klanku karena yang terpenting untukku adalah aku bisa bersama dengan Hinata- jika aku menikah dengan seorang Hyuuga sama saja dengan awal mula terciptanya klan Uchiha dalam artian 100% Uchiha, sedangkan jika aku -yang entah generasi keberapa dari klan Uchiha- menikah dengan non-Hyuuga kemungkinan hanya 50% anak itu mengikuti gen ku karena teorinya jika aku dan Hinata menikah maka anak kami masih murni Uchiha tapi generasi kedua atau anak dari anakku a.k.a cucuku jika dia menikah dengan Hyuuga dia akan menghasilkan Uchiha murni dan jika dia menikah dengan non-Hyuuga maka dia akan menghasilkan 75% Uchiha, kemudian untuk generasi ketiga atau anak dari cucuku a.k.a cicitku jika cicit masih murni atau 75% menikah dengan Hyuuga maka keturunannya akan tetap murni, jika keturunan 75% menikah dengan non-Hyuuga maka keturunan itu 50% Uchiha dan untuk generasi keempat dan seterusnya mereka bisa menikah dengan sesama Uchiha atau dengan Hyuuga jika mereka menikah dengan selain Hyuuga dan Uchiha maka kemungkinan hanya 50% Uchiha, sama seperti jika aku menikah dengan non-Hyuuga. Tapi untuk awal pembangkitan klan Uchiha aku harus memiliki 10 putra dan bagaimana aku bisa memiliki 10 anak laki-laki jika satu anak saja nyawa Hinata dalam bahaya? Menikah lagi? Tidak! Lebih baik klanku punah daripada aku harus mengkhianati Hinata, tapi bagaimana dengan orang-orang yang ingin klan Uchiha bangkit?

"Jika saja aku tak memperdulikan keinginan tetua klan yang menginginkan penerus yang kuat mungkin sampai saat ini istriku masih hidup, bukan berarti aku menyalahkan Hanabi, aku menyayanginya seperti aku menyayangi Hinata hanya saja keegoisanku telah membuat mereka kehilangan kasih sayang seorang ibu sedangkan aku tak dapat memberikan kasih sayangku sebagai ayah kepada mereka."

.

.

.

.

.

"Kenapa belum tidur?" tanyaku pada Hinata saat tiba di kamar. Hari ini kami memutuskan untuk menginap di Mension Hyuuga.

"Aku menunggu Anata," ujar Hinata sambil tersenyum, aku melihat Hinata sedang membaca sebuah buku.

"Sedang membaca apa?" tanyaku sambil mendekat ke arah Hinata yang saat ini sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil selonjoran.

"Ini buku Menjaga Kesehatan Selama Kehamilan, Sakura meminjamiku buku ini," ujar Hinata sambil bersandar pada dada bidangku saat aku telah tiduran di sampingnya.

"Sebaiknya sekarang kamu tidur, Hime," ujarku mengambil buku yang ada di tangan Hinata dan meletakan buku itu di atas nakas di samping tempat tidur tidak lupa aku mencium kening Hinata.

"Kamu juga harus tidur, jagoan," ujarku lagi saat membelai perut Hinata.

"Jagoan? Bagaimana jika dia perempuan?" tanya Hinata sambil tertawa kecil.

"Tak masalah, asal kamu Ibunya," jawabku setelah memberikan ciuman singkat dibibir Hinata.

"Apa yang Anata bicarakan dengan Otou-sama?" tanya Hinata sambil memiringkan tubuhnya kemudian memelukku.

"Otou-sama bercerita tentang mendiang Okaa-sama, ayo sekarang tidur."

.

.

.

.

.

Kediaman Uzumaki

"Sakura-chan kenapa lama sekali?" rengekku pada Sakura yang baru saja kembali dari kamar mandi.

"Ah... sayang ko bangun?" tanya Sakura pada putri kami, Uzumaki Rura yang saat ini sedang menangis padahal aku sudah menimangnya.

"Biar aku saja Naruto, mungkin dia haus," ujar Sakura sambil mengambil Rura dari gendonganku.

Kemudian Sakura membaringkannya di tempat tidur kami dan mulai menyusui Rura, aku mengikuti Sakura yang berbaring di tempat tidur lalu aku memperhatikan Rura yang menyusu dengan lahapnya sementara kelopak matanya mulai menutup kembali kemudian pandanganku beralih pada Sakura, ah... jadi 'pingin' hehe.

"Tak ada jatah malah ini," apa Sakura dapat membaca pikiranku?

"Naruto, bagaimana nasib Hinata dan Sasuke setelah ini? Padahal Hinata sudah lama menginginkan kehadiran seorang anak," aku bisa melihat raut kesedihan dalam nada bicara dan raut wajah Sakura.

"Kami-sama pasti akan memberikan jalan terbaik bagi mereka."

.

.

TBC

My Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang