5

1.1K 44 16
                                    

Mentari merambat perlahan seiring semilir angin pantai yang memenuhi rongga pernafasanku saat kepala desa menyambangi posko kami pagi itu. Teman-teman yang lain sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sementara aku masih saja bergelut dibalik selimut.

"Bangun lah kau Yaaaa, mau nyapu aku..." ujar Cimut kesal sambil menusuk-nusukkan tangkai sapunya ke punggungku yang masih dibalut selimut Jack.

"Eh, bentar lagi lah Mut. Dingin kali...."

Aku yang masih betah dengan selimut tak lagi mau menggubris Cimut yang sudah bosan menggangguku. Kembali kutarik selimut makin rapat membungkus tubuhku saat tiba-tiba satu tangan yang luar biasa dingin menarik kaki telanjangku

"Panteeeeeek...." Umpatku sambil terjingkat dari tidurku

Siempunya tangan dingin malah terkekeh geli melihat tingkahku.

"Mandi lah kau Ya, dah datang tu Pak Kades..." kata sipemilik tangan jahil yang tak lain Jack adanya

"Ck..." decak ku kesal lalu mulai kembali merebahkan diri

"Kalau kau tidur lagi, kusiram pakai air sumur nanti kau Ya..."

Aku yang sedikit banyak sudah mengenal sifat Jack mengurungkan niatanku semula. Kulipat selimut yang tadi kupakai, kemudian memasuki kamar penyimpanan barang untuk menyimpan selimut hasil jarahanku. Sementara itu, diruang tamu Pak Kades ditemani beberapa orang tua sudah duduk rapi.

"Ada yang bermimpi??"

Itu kalimat pertama yang diucapkan Bapak Kepala Desa begitu kami semua berkumpul. Semua saling menatap heran mendengar ucapan kades barusan. Demson yang kami tunjuk sebagai ketua kelompok akhirnya menjawab bahwa tak ada satupun diantara kami yang bermimpi. Hanya saja ada satu orang yang merasa dipindahkan disaat tidur sambil menunjuk padaku

Orang paling tua dirombongan kepala desa itu langsung mendekatiku sambil mengucapkan kata-kata (bisa saja ini yang disebut mantera) yang sama sekali tak kumengerti.

"Kasih dulu air minum sama bapak itu..." kata pak kades pada kumpulan mahasiswi di dekatnya. Kebetulan yang paling dekat dengan cerek (teko) air adalah Eva roma. Karena itu dialah yang memberikan air minum pada tetua kampung itu

Orang tua yang kuasumsikan sebagai tetua desa mulai merapal mantera-mantera nya lagi lalu mencelupkan daun sirih kedalam air minum didalam gelas, seraya mengansurkannya padaku

"Minum..."

Setelah "obat" yang diangsurkan si tetua desa habis kuminum, kepala desa dan rombongan segera meninggalkan posko kami. Sementara itu teman-teman yang lainpun mulai melakukan kegiatannya masing-masing. Ada yang memasak, ada yang mandi dan ada pula yang melanjutkan kembali acara tidurnya.

Nah kalau yang melanjutkan acara tidur pagi ya tentunya aku.

"Mandilah kau Ya..." kata Demson si ketua kelompok yang sudah terlihat lebih rapi karena sudah tidak memakai baju kendor-kendor andalannya.

"Iya lah... " sahutku masih malas-malasan untuk berangkat ke kamar mandi setelah mengambi pakaian untuk kupakai nantinya selesai mandi.

Tak lama sesudahnya, diiringi siulan bernada acak kadut aku memasuki rumah tetangga kami Ama Viktor untuk menumpang mandi.

"Eeeeee (ini wajib pengucapannya panjang-panjang).... Sibaya!!! Numpang mandi aku ya..." teriakku sebelum memasuki dapur Ama Viktor.

Oia, rumah Ama Viktor merupakan rumah dengan tipe L. Jadi lekukan L nya merupakan dapur yang langsung terhubung dengan kamar mandi. Saking lamanya cerita ini malas kuketik membuat author sendiri lupa sudah pernah membahas hal ini atau belum

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEMORI KUKERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang