Chapter 2

678 79 37
                                    

"Pelajaran-nya cukup sampai disini anak-anak," seru Bu Muti, melangkah keluar meninggalkan kelas, lalu terdengar helaan nafas berat dari salah seorang murid.

"Hhh! Akhirnya tuh orang keluar juga!" Dean berceloteh keras. Setelah hampir setengah dari jam pelajaran, pemuda itu bisa bernafas lega karena selama pelajaran itu berlangsung, Dean terus saja terkena omelan dari Bu Muti.

Melihat itu, Regi, teman sebangkunya malah terkekeh. "Kenyang nggak, Bro?" Katanya mengejek. "Udah pasti kenyang itu! Hahaha." Lanjutnya. Benar-benar teman yang baik!

Dean mendengus sebal. "Diem lo, ah! Ini gara-gara lo gue kena semprot singa lapar!" Rutuknya menyalahkam Regi.

Ya. Akibat ulah pemuda itulah Dean mendapat ceramahan panjang kali lebar dari Bu Muti. 

"Dih, kok gua?" Ujarnya menampakkan wajah tidak terima. Walau dalam hati, pemuda itu tertawa puas. "Lagian baru jam pelajaran kedua elu udah molor."

Dean berdecak lidah, "Udahlah, males gua! Lagian pelajaran apaan sih yang dia maksud? Orang dari tadi dia ceramahin gue mulu perasaan!" Tangan kanannya mengusap-usap telinga kairi yang memerah akibat jeweran dari guru itu.

"Lo sih pake acara gak merhatiin segala! Udah tahu tuh guru kalo udah ngeluarin wejangan gak hapal waktu, tempat, dan situasi." Serobot Ayu, kesal. Iyalah jelas kesal, waktu istirahatnya jadi berkurang banyak karena guru itu terus saja memberi ceramah.

Aluna yang diam memperhatikan mereka hanya tersenyum samar, ternyata sekolah formal tidak seburuk yang ia duga. Ia senang melihat berbagai ekspresi murid-murid itu. Menurutnya itu sangat lucu.

Berbeda dengan Aluna. Mia, gadis itu malah memutar mata. Bosan mendengar teman-temannya yang saling menyalahkan. Teringat akan sesuatu, Mia lantas menolehkan kepalanya ke belakang, melihat murid baru yang tengah duduk sendirian di barisan bangku paling akhir.

Ia pun beranjak dari bangku yang didudukinya untuk menghampiri Aluna. "Hai. Pindahan dari mana?" Sapa Mia, duduk di sebelah Aluna. Tanganya terulur kearah gadis itu. "Gue, Mia." Lanjutnya tersenyum ramah.

Aluna membalas senyuman itu dengan tak kalah ramah.

"Aluna," gumamnya. Menerima uluran tangan dari Mia.

Dan seketika, bangku Aluna dipenuhi oleh segerombolan murid laki-laki yang ingin berkenalan dengan sesosok gadis cantik itu. Membuat Aluna sedikit kewalahan dengan tingkah mereka.

"Eh, eh, minggir-minggir! Lo semua apaansih, malu-maluin tahu nggak!" Seru seorang gadis membelah kerumunan dengan tampang songongnya. Ayu.

"Nih cewek apaan sih. Sirik ya lo nggak dapet perhatian? udah mandi kembang tujuh rupa padahal." Celetuk Dean yang langsung dapat toyoran dari tangan Ayu.

"Kembang-nya kurang banyak kali, Yu. makanya kagak mempan," Timpal Regi dan itu berhasil membuat mereka yang ada disekitarnya tertawa.

Sialan!

Hidungnya melebar, "Eh! Sorry sorry to say ya. Gue nggak doyan sama cowok alay kayak lu pada!" Menunjuk satu persatu murid laki-laki yang ada di sekitarnya.

"Lah, dikira kita doyan gitu sama remahan biskuit khong guan." Cetus salah satu dari mereka yang tak terima dibilang alay.

Dean menunjuk Ayu sembari tertawa, "Hahahaha, remahan khong guan!" Katanya, sikut tangannya menyenggol pemuda yang ada tengah tertawa di sebelahnya. Regi.

"Aaaa... remahan khong guan, Yan. Hahaha!"

Ayu menarik nafas tajam, wajahnya memasang tampang menyeramkan. Ia sudah siap memuntahkan segala makian untuk mereka. Tetapi belum sempat ia memaki, para murid itu sudah berlarian, berhamburan keluar kelas berusaha menghnidari amukan si gadis yang katanya turunan cenayang itu.

ALUNA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang