Hello, Minnie Mouse?
Kedua alis milik gadis itu bertautan ketika mendapat pesan dari sebuah nomor yang tak dikenal. Detik selanjutnya ia mengetik sesuatu, membalas pesan itu.
Siapa?
Minnie Mouse.
Ah! Hanya pemuda menyebalkan itu yang selalu memanggilnya dengan sebutan seperti tadi.
Tak lama setelah pesan balasannya terkirim, ponselnya berdering. Menandakan ada sebuah panggilan masuk.
"Ngapain sih pake telpon," Gumamnya.
Lama terdiam, ia memutuskan untuk menolak panggilan.
Namun, hanya berselang beberapa menit, nomor itu kembali menghubunginya. Aluna terlihat menimbang-nimbang, apakah ia harus mengangkatnya atau kembali menolaknya saja.
Tetapi, kemudian kali ini ia memilih untuk mengangkatnya.
"Halo.."
Mengernyitkan dahi ketika ia mendengar suara seorang laki-laki dari sambungan ponsel tersebut. Aluna masih terdiam, menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut si penelpon, hanya untuk memastikan saja bahwa tebakannya itu tidak salah.
"Minnie Mouse?"
Bibirnya berkedut kesamping. Nggak salah lagi, fikir gadis itu.
"Mau apa kamu?" Tanyanya ketus. Ya, ia sudah menduga bahwa nomor yang mengirim pesan padanya itu adalah Ditto.
"Cieee... udah bisa nebak aja. Belum juga dikasih tahu." Terkekeh.
Bola matanya memutar saat mendengar ucapan Ditto.
"Minnie? Kenapa diem?"
"Aku bukan Minnie!" Selaknya.
"Masa? Terus ini siapa dong?" Tanya Ditto, dengan nada penasaran yang dibuat-buat.
"Mpok Atiek!" Jawab Aluna sekenanya.
Pemuda itu tertawa. "Waah, Mpok Atiek yang udah kawin lima kali, ya? Boleh dong jadi yang keenam?"
"Hih! Gundulin rambut kamu dulu, baru jadi yang ke-enam!"
"Kamu mau apa sih sebenernya?"
Ia bertanya malas, Aluna malas meladeni bocah tengil satu ini."Mau ngobrol-ngobrol aja, sama... teman sabangku."
"Kalo nggak ada yang penting, mending tutup a---"
"Eh, jangan jangan... jangan ditutup..." Ditto memotong ucapan Aluna. "Gini, soal berandalan itu... lo nggak pernah ketemu lagi sama mereka, kan?" lanjutnya mulai berbicara tujuan ia menghubungi gadis itu.
Aluna termenung. Ingatannya tertarik pada kejadian saat ia melihat para berandalan itu tengah berjalan di trotoar ketika di lampu merah yang tak jauh dari sekolahnya.
"Ah...emm, nggak," bibir bawahnya ia apit diantara giginya. Tidak yakin dengan jawabannya.
"Syukur deh kalo gitu."
Aluna menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, "Mereka nggak akan macem-macem, kan? Maksudnya, aku nggak pernah punya masalah sama mereka..." ucapnya pelan. Jari telunjuknya bermain-main di atas pahanya yang ditutupi celana tidur bermotif garis-garis vertikal. Memutar-mutarnya di sana.
Tetapi sebelum Ditto berbicara, gadis itu sudah memotongnya.
"Sebenernya, aku tadi liat mereka," ujarnya sambil meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA (REVISI)
Teen Fiction"I don't set my hopes to high, cause every hello ends with a goodbye.."