TSW #2

1.2K 36 0
                                    

"Iya Tante, insyaallah lici akan usahain Dateng ya Tan. Yaudah lici pamit dulu ya Tan, assalamualaikum Tante." Pamit lici

---

Akhirnya lici sampai dirumah. Sesampainya dirumah ia langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjangnya. Ia tak bisa membedakan ini perasaan senang atau kesal. Senang karena di bilang pacar oleh Andra yaitu gurunya yang tampan dan kesalnya itu karena andra membawa lici pergi tanpa bilang mau kemana.

"Kenapa gue cengar-cengir Mulu sih? Astaga pak Andra udah buat gue gila." Teriak lici.

Rena mendengar teriakan lici langsung menghampiri kamar lici dan melihat anaknya itu sedang berguling-guling. Rena menghampiri lici yang sedang tersenyum sendiri.

"Lici, kamu kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi jatuh cinta ya???" Tanya Rena sambil menggoda lici. Pipi lici merona karna bundanya selalu saja menggoda dirinya.

"Apaan sih bun, siapa juga yang senyum-senyum." Kelak lici tapi seorang ibu tidak bisa dapat dibohongi oleh anaknya. Rena tau jika lici itu sedang berbohong.

"Lici sekarang udah berani bohongin bunda ya?" Ucap Rena dengan lembut sambil mengelus pucuk kepala lici. Lici merasa bersalah karena sudah berani membohongi mamahnya. Lalu memeluk Rena dan berkata jujur dengan Rena.

"Maafin lici ya Bun, lici udah bohongin bunda. Iya lici ngaku kalo lici itu lagi seneng banget. Bunda tau gak? Tadi lici abis dari mana?" Ucap lici yang tadinya sedih menjadi bahagia. Rena menggelengkan kepalanya.

"Tadi lici itu kerumah guru lici yang ganteng itu loh Bun. Duh kalo bunda liat pasti bunda bakalan naksir juga. Ayah aja kalah ganteng sama guru lici." Ucap lici tanpa lici sadari ternyata ayah ya sudah berada di ambang pintu kamarnya dan mendengar ucapan lici.

"Enak aja, bunda tetep cinta dan sayang sama ayah. Gantengan juga ayah dari pada guru kamu itu." Ucap Rifqi dengan pede dan menghampiri kedua malaikat tercintanya.

"Oiya yah, ana udah pulang belum?" Tanya Rena

"Kayanya sih udah, tadi ayah liat mobilnya di depan. Tapi kayanya dia ada dikamar. Lagi galau kali." Ucap Rifqi dan Rena hanya ber'oh' saja.

"Yaudah, bunda mau siapin makan malam untuk kalian ya. Lici kamu ke kamar ana gih, kali aja dia butuh teman curhat." Ucap Rena dan langsung keluar kamar di buntuti oleh Rifqi.

Lici keluar kamarnya dan berjalan ke arah kamar ana. Lici mengetuk pintu kamar ana tapi tak ada balasan apapun. Lici membuka pintu kamar ana dengan pelan dan melihat adiknya sedang tertidur. Lici bernafas lega kalau adiknya baik-baik saja. Tanpa lici ketahui ternyata ana tidak tidur melainkan menahan tangisannya agar tidak ada yang curiga apa yang sudah terjadi kepada ana.

Makan malam sudah siap, Rena memanggil Rifqi, lici dan ana. Rifqi yang mendengar Rena memanggil langsung menghampiri Rena ke ruang makan.

"Yah, lici sama ana mana?" Tanya Rena yang masih sibuk menata makanan.

"Ayah jagain dulu ya. Awas kalo udah dimakan duluan, nanti ayah tidur diluar." Ancam Rena dan pergi dari hadapan Rifqi.

Rena menaiki anak tangga dan menuju kamar ana terlebih dahulu. Rena mengetuk pintu kamar ana tapi tak ada sahutan apapun. Rena membuka pintu kamar ana dan menghampiri anaknya. Rena mengelus pucuk kepala ana dengan penuh kasih sayang.

"Ana, makan yuk sayang. Bunda udah buatin makan kesukaan ana loh." Ucap Rena sangat lembut dan ana membalikkan badannya. Rena terkejut melihat wajah dan mata ana seperti orang sehabis nangis.

"Loh sayang kamu kenapa? Mata kamu sembab begini? Cerita sama bunda sayang." Ucap Rena dengan nada panik. Ana langsung memeluk Rena dan tangisannya menjadi besar.

"Ardi jahat Bun sama ana. Ana salah apa? Sampe Ardi putusin ana. Padahal hubungan ana sama Ardi baik-baik aja tapi tadi di sekolah Ardi bilang ke ana kalo dia udah gak sayang lagi sama ana, Ardi juga bosan sama ana. Katanya ana terlalu manja jadi cewek. Emang salah ya Bun, kalo ana manja sama Ardi? Ardi jahat Bun sama ana." Ucap ana dengan sesegukan. Di luar kamar ana, lici mendengar percakapan Rena dan ana. Lici tak tega melihat adiknya menangis seperti itu.

"Yaudah bunda saranin sama ana. Sekarang ana fokus aja dulu buat belajar kan bentar lagi ana mau UKK. Cowok masih banyak di luaran sama yang mau sama ana. Ana kan cantik jadi jangan sedih lagi ya." Hibur Rena dan menghapus air mata ana. Lici langsung menyudahkan ngupingnya. Lici turun ke ruang makan dan menemui ayahnya.

"Hai ayahhhh." Teriak lici dengan sedikit berlari lalu memeluk Rifqi.

"Kebiasaan banget deh anak ayah." Ucap Rifqi sambil mengacak-acak rambut lici. Lici hanya menyengir kuda.

The Secret Wedding 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang