Seperti kemauan Jimin, petang ini aku menuju ke tempat yang sudah ia sebutkan. Jimin memilih Restaurant Lion Augustine. Cukup familiar terdengar telingaku. Ya, karena apa? Restauran yang satu ini sangat terkenal dengan bintang limanya yang berjejer.
Hampir kuliner di wilayah Busan barat dikuasai oleh restauran itu. Kenapa aku sok tau serta kemintar. Because, Lion Augustine juga termasuk bisnis yang dikelola keluarga Jimin.
Apa aku belum bilang, apa saja posisi keluarga Park di sini?
Baiklah aku akan mendongeng, telaah lah dengan baik.
Bisa dikatakan nyaris pariwisata wilayah Busan barat dikuasai oleh keluarga Park, begitupun jaringan bisnis perhotelan yang hampir menjejaki semua wilayah Busan dan beberapa restauran sekaligus perusahaan properti milik seorang CEO Jimin itu. Tak tertinggal juga tentang mereka yang akan merambah dunia pendidikan. Bisa dibayangkan betapa kayanya mereka?
Tentu sangat kaya. Mereka adalah golongan manusia terpandang.
Nah, sekarang aku tampak berotak culun juga sudah mengajaknya menikah. Mungkin seisi Busan akan heboh mengetahui manusia yang mereka bangga-banggakan menjalin hubungan dengan mahkluk berstatus miskin sepertiku.
Berjuta spekulasi hina juga akan bermunculan. Aku yang notabene babu di perusahaan bisa menikah dengan atasannya. Aku yakin seratus persen mereka akan menyebutku wanita haus uang, murahan, rendahan, tidak tahu diri, punya niat lain dan sebagainya.
Kekejaman dunia yang hakiki untuk makhluk serba kekurangan sepertiku memang.
Ting!
Aku berani taruhan, pasti yang mengirimiku pesan saat ini adalah Jimin. Segera tanganku membentuk pola rumit di ponsel. Dan ya, dugaanku tak melenceng.
Park Jimin
Kau di mana?Ingin kubalas, tapi aku sudah hampir sampai. Jadi kuurungkan niat menghubunginya, toh beberapa menit lagi kami bertemu.
Ting!
Park Jimin
Hey Airyn-aa kau tidak datang ya?"Huffs," nafas pendekku terbuang sia-sia atas praduga Jimin yang menyebutku seakan menipunya. Dengan terpaksa aku membalas pesan Jimin yang posesif tersebut.
"Aku di jalan. Sebentar lagi sampai."
Ting!
Park Jimin
Okey sweetheart😘😘😘Masa bodohlah pria ini mau memanggilku dengan sebutan apa, stiker tetekbengek macam apa pula. Aku tak peduli. Yang aku mau hanya segera membayar hutang-hutangku.
Tak lama aku sampai, dengan memakai dress selutut bernuansa motif bunga-bunga aku masuk ke dalam restauran, seketika aku termangu.
Sepi?
Hanya ada dua pelayan yang membungkuk padaku di pintu pertama aku masuk. Apa aku tidak salah masuk restauran ya? Ah, tidak. Ini sungguh Lion Augustine. Tapi..
"Oh, kau sudah datang sweetheart," belum sempat otakku menerawang lebih jauh Jimin sudah menampakkan batang hidungnya. Dan sepertinya sebelum aku bertanya ia sudah menyeretku untuk duduk di meja yang kurasa memang terniat disiapkan sejak awal.
Ini menimbulkan tanda tanya besar. Benakku mulai menyimpulkan hal-hal naif yang akan terjadi.
Satu yang jelas, Jimin menutup restauran ini untuk umum. Ya, itu pasti.
Kedua, ia menutupnya karena akan bertemu denganku atau berkencan atau apalah maksud dirinya. Tentu ini berlebihan. Iya kan?
Terakhir, kegilaan yang aku bayangkan. Aku menuduh pria ini akan mengajakku ke hotel entah apartemen dan meminta yang ia ingin dari awal—tidur denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [Park Jimin]
FanfictionIa adalah takdirku.. alasan untukku menangis, tertawa, dan jatuh cinta. Airyn Lim.