"Bukankah gadis itu sungguh cantik?"
"Benar. Kecantikannya bahkan seperti seorang dewi."
"Wajahnya meneduhkan. Seperti bulan purnama yang bersinar."
"Kudengar dia bisa memainkan sepuluh alat musik."
"Gurunya bahkan memuji permainan violinnya ketika dia berusia sepuluh tahun!"
"Namun apakah kau tahu bahwa dia memiliki seorang anak haram?"
"Bukankah ada kabar yang mengatakan bahwa dia sendiri juga anak haram? Buah jatuh pasti tidak jauh dari pohonnya."
"Kudengar dia akan membuat pertunjukkan di Paris."
"Bukankah dia sudah menerima lamaran dari seorang Laird di Irlandia?"
"Wanita penggoda sepertinya tidak pantas berada di sini. Dia beruntung karena Duchess of Wales mengundangnya."
"Aku penasaran bagaimana sang duchess dan putrinya bisa mengenalnya. Apakah mungkin dia menggunakan mantra penjerat dari bangsa Rom?"
"Kupikir begitu. Bukankah dia memang terlihat seperti orang Gypsi?" Mereka terkikik.
"Semoga Tuhan melindungi pria-pria terhormat dari pengaruh sihirnya."
Daniel mengeratkan rahangnya. Menahan untuk tidak mencampuri apa yang sedang tamu-tamunya gosipkan di rumahnya. Daniel jelas tahu untuk siapa pujian, hinaan, bahkan cercaan yang mereka tujukan.
Langkah-langkah panjangnya lalu mengantarkan dirinya hingga bisa melihat di mana ibunya sedang berada. Orang itu, atau lebih tepatnya wanita yang banyak dibicarakan itu terlihat sedang bercakap-cakap dengan ibunya sehingga sang duchess bahkan tertawa di tengah-tengah obrolannya.
"Kau kucari dari tadi! Dan apa yang kau lakukan?" Pekik Arabela mengagetkannya. Ia menepuk pundak Daniel keras. Membuat tubuhnya tersentak sebelum memberikan delikan kepada sang kakak yang terkikik geli di dekapan suaminya.
Suaminya, Viscount of Dellingham hanya bisa tersenyum geli. Menatap sang istri dengan binar pemujaan yang nyata. Sama halnya dengan tatapan ayahnya kepada sang ibu maupun Phineas --kakak lelakinya-- kepada istrinya.
"Jangan mengangguku Bela," ujar Daniel bahkan tanpa banyak menggerakkan bibirnya.
"Dansa sudah hampir dimulai dan kau bahkan masih berputar-putar dan belum menemukan pasangan dansamu!" Keluh Bela.
Tatapan Bela lalu menyapu sekeliling dan matanya berbinar begitu ia melihat Miss Tatiana Sherrington sedang bersama dengan ibunya.
Bela lalu menyeret Daniel menemui mereka. Membuat tawa sang ibu sedikit mereda dan dahinya berkerut bingung melihat kedua anaknya yang mendatanginya.
"Mama!" Pekik Bela berlebihan sebelum memeluknya dan bergelayut manja di sisinya. "Dan Miss Tatiana! Ya Tuhan! Aku senang sekali kau bisa datang ke pesta ini! Ternyata kabar bahwa kau secantik para dewi benar-benar nyata!"
Bibir Tatiana mengulas senyum tipis sementara Daniel mendengkus seolah menahan tawa mengejeknya.
Tatiana lalu bangkit. Memberikan salam kepada Arabela dan suaminya serta Daniel yang masih berdiri di antara mereka.
"Kau benar-benar sangat manis dan sopan. Benarkan, Mama?" tanya Bela lagi.
Lady Wilona mengangguk. "Dan juga sangat baik. Apa kau tahu Bela? Gosip bahwa Tatiana bisa memainkan sepuluh alat musik ternyata salah!"
Mata Arabela membelalak. Menatap kepada Tatiana yang wajahnya terlihat bersemu merah.
"Karena nyatanya dia bisa memainkan duabelas alat musik!"