"Ya My Lord. Aku adalah mimpi indahmu," ucapan Tatiana terus terngiang di ingatan Daniel. Dirinya bahkan sadar bahwa setelahnya, ia langsung mengecup, melumat, menggigit, menggoda bibir ranum sewarna dengan kelopak mawar itu. Yang ternyata, rasanya bahkan lebih manis dari madu apapun. Lebih memabukkan dari jenis anggur manapun. Dan yang lebih parah, begitu membuat ketagihan bagi Daniel.
Kemudian, ketika Tatiana membuka mulutnya, Daniel semakin menggila. Merasakan ketika lidah mereka saling menyentuh. Malu-malu pada awalnya, dan menjadi akrab tidak lama kemudian.
Tangan Daniel mengembara. Dengan gaun malam yang Tatiana gunakan saat itu, tangan Daniel dengan mudah menjamah tiap bagian Tatiana yang lembut. Merasakan kehangatannya. Kehalusannya. Kelembutannya.
Lalu ketika Daniel merasa bahwa Tatiana memerlukan jeda, ia melepas pagutannya. Kedua lengannya lalu mengangkatnya hingga kaki jenjang Tatiana melingkari kedua pinggang Daniel. Dadanya yang terengah terlihat menggoda bagi Daniel dan dirinya sudah tidak sabar untuk mengecapi seluruh inci keindahan Tatiana.
Tatiana memekik ketika Daniel membawanya ke tempat tidur. Namun dirinya juga sudah menunggu-nunggu momen ini seumur hidupnya. Momen ketika Daniel tidak menatapnya dengan segala perasaan tidak suka, namun dengan gairah yang membara di kedua netranya.
"My Lord, miliki aku..." bisik Tatiana menggoda.
"Panggil namaku, My Angel," geram Daniel di leher Tatiana. Kedua tangan Tatiana dengan berani menyentuh dadanya. Naik hingga lehernya dan membawanya mendekat.
"Daniel..." desahnya ketika Daniel menggulum cuping telinganya.
"Daniel! Oh astaga!" Arabela memukul Daniel keras di kepalanya dengan tas berpergiannya. "Bisa-bisanya kau melamun ketika kakakmu sedang berbicara denganmu!" Pekiknya kesal. Arabela masih memukul-mukul Daniel sampai akhirnya dia mengaduh dan Arabela kehabisan tenaganya.
"Apa sih yang terjadi kepadamu?" Tanyanya lagi dengan berkacak pinggang sementara Daniel mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia sendiri pun tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya.
Sudah dua minggu lebih berlalu sejak ia tahu bahwa malam itu, bukanlah hanya sebuah mimpi. Ingatan-ingatannya bahkan kembali secara berkala namun pasti dan membuatnya semakin gelisah. Untuk mengalihkannya, dirinya semakin menyibukkan diri dengan pekerjaan di parlemen. Dari pagi hingga petang dan berharap, akan lebih mudah terlelap ketika tubuhnya sudah merasa lelah. Yang kenyataannya, hal tersebut tidak berjalan dengan apa yang dirinya harapkan. Bayangan apa yang terjadi di dalam kamarnya bahkan semakin jelas dan itu menyiksa Daniel dengan kejamnya.
Daniel merindukan tubuh hangat itu ketika mendekapnya. Merindukan aroma azalea yang menguar dari tubuh Tatiana. Merindukan suara merdunya ketika menyebutkan namanya. Dan membencinya di saat yang bersamaan.
"Lihat! Kau melamun lagi!" Pekik Arabela tidak percaya. Dia lalu berdiri. Berteriak memanggil kedua putrinya yang sedang bermain di sisi lain Hyde Park.
"Kau mau ke mana?"
Arabela mengangkat dagunya. "Lebih baik aku pulang daripada menyempatkan waktu untukmu dan mendapatimu melamum sepanjang sore ini!"
Daniel menggaruk tengkuknya. "Maafkan aku," ujarnya tulus.
Arabela menghela napas panjang. Kembali duduk dan tidak jadi membawa Daisy beserta Jasmine untuk pulang. "Jangan bermain terlalu jauh," pesannya kepada kedua gadis itu sebelum ia memfokuskan diri terhadap Daniel.
"Kau mau menceritakan apa yang terjadi?" Bisiknya lembut. Kedua tangannya menangkup milik Daniel. Mencoba membujuknya untuk bersedia berbagi dengannya. "Kau tahu aku menyayangimu dan peduli kepadamu, Daniel."