Bagaimana bisa aku berhenti merindu, jika bayangmu dengan mudah menerobos masuk ke dalam benteng pertahananku.
Bayangmu yang masih menjadi candu, dan menjadi kepulangan yang ku tuju.
Akulah yang begitu menikmati proses waktu, untuk sekadar membaca halaman-halaman cerita hidupmu di ilusiku.
Indah siluet sosokmu yang terkadang menjadi sarang ambiguitas ku,
Merayu Tuhan perihal kamu adalah rutinitasku.
Teruntuk kamu orang yang telah memenuhi segala ruang rindu,
Rahasia rindu yang dibalut lara dan perkara perihnya luka, biar aku saja yang merasa.