Happy Reading! ^^
Hari itu begitu terik, dan seorang namja manis masih harus berdiri di halaman rumahnya. Hukuman bagi orang yang tak patuh sepertinya kata majikannya. Ah, majikan? Ya, Park Jimin, namja manis itu lebih suka menganggap orang itu sebagai majikannya ketimbang suaminya sendiri. Kenapa?
Kalian akan tahu cepat lambat. Cukup ikuti cerita ini....itupun kalau kalian kuat untuk melihat segala usaha seorang Park Jimin yang selalu saja di sia-siakan oleh sang 'suami'. Terlebih anak mereka, anaknya.
Jimin menghapus butir-butir keringatnya dengan lengan bajunya. Jika ia tidak salah, sudah sekitar empat jam dirinya berdiri di bawah terik matahari. Saat itu pukul sepuluh pagi, atau siang? Jimin sedang mengepel lantai rumah, masih cukup basah, jadi saat melihat anaknya berjalan ke arahnya, ia memperingatinya. Tapi bukannya menghindari seperti katanya, anak tampannya itu malah menginjak bagian yang baru ia pel dan berakhir terpeleset. Yah, kalian sudah dapat menebaknya bukan? Suami dari Jimin itu murka saat melihat anaknya terjatuh di lantai dan menangis. Dan disinilah ia sekarang.
Oh, apakah aku belum memperkenalkan keluarga kecil dari tokoh utama kita disini?
Pertama, Jeon Jungkook namanya, suami tampan dari Jimin itu pemilik perusahaan dari Jeon's Corp, yang menduduki perusahaan terbesar di Korea beberapa tahun terakhir. Parasnya begitu tampan, dengan kaki panjang dan abs yang tercetak sempurna, rahang tegas dan mata yang setajam elang. Kurang sempurna apa lagi suaminya itu?
Kedua, Jeon Taehyung, anak kandung Jimin dan Jungkook, anak pertama mereka itu tidak berbeda jauh dari orangtuanya. Di umur enam belas tahunnya kini, ia tumbuh tinggi dibanding teman-temannya yang lain. Kulitnya sedikit cokelat, senyumnya kotak seperti neneknya, ia tumbuh menjadi anak yang sangat pintar. Tak terhitung berapa banyak piala dan medali yang sudah di raihnya.
Jimin menunduk dalam. Dadanya terasa sesak secara tiba-tiba. Ah, tidak, tidak secara tiba-tiba, tapi memang inilah yang ia rasakan beberapa tahun terakhir. Sejak kejadian 'itu', Jungkook dan Taehyung menganggapnya hina, kotor. Bahkan Jimin ingat bagaimana dirinya saat itu harus bersimpuh dengan kedua lututnya, mencium sepatu suaminya, hanya untuk memohon belas kasih dari namja tampan itu agar tidak di tendang keluar dari rumah dan juga diceraikan.
Harus pada siapa Jimin meluapkan rasa sakit hatinya? Ia korban disini, tapi harus diperlakukan layaknya tersangka hina yang dirajam dengan beribu batu.
Ia seorang istri yang harusnya mendapat perlindungan dan juga kebahagiaan dari suaminya.
Ia seorang ibu yang harusnya dihormati.
Tapi lagi dan lagi, Jimin hanya dapat menangis, pasrah dengan keadaan. Karena pada kenyataannya ia tidak berhak mendapat itu semua lagi, sejak kejadian yang menimpanya beberapa tahun lalu. Melempar Jimin dari posisi ratu menjadi upik abu yang menyedihkan.
CKLEKK
Jimin menoleh ke arah pintu yang dibuka. Sosok tampan anaknya tertangkap oleh netra Jimin. Bibir pucatnya menyunggingkan senyuman manis. Tapi Taehyung tidak menggubrisnya dan malah memberikan tatapan kebencian seperti biasa.
"Ayah berbaik hati memperbolehkanmu masuk," katanya. Jimin meringis dalam hati. Ia rindu putra kecilnya memanggilnya dengan sebutan ibu, atau 'ibu malaikat' seperti saat namja itu kecil. Tapi Jimin cukup tahu diri untuk tidak mengharapkan hal itu lagi. Dirinya sudah kotor ingat?
"Ucapkan rasa terima kasih ibu pada ayahmu, sayang," mengabaikan rasa sakit hatinya, Jimin memberikan senyuman yang lebih. Membuat sang anak berdecih tidak suka. Tanpa menghiraukan ibunya, Taehyung masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KookMin Story Collection - Hurt & Angst
FanfictionStory 1: Believe Me (Part 1-8 End) Hope you like it guys! ^^