Happy Reading! ^^
Jungkook bangun dari tidurnya dengan mata setengah tertutup. Ia melirik baju yang ia pakai saat ini dengan tatapan bingung. Sejak kapan dirinya memakai piyama?
Dari arah luar ia mendengar suara yang cukup berisik, juga suara canda tawa terdengar dari luar. Bukankah itu suara Jimin? "Tidak mungkin....."
Dengan cepat ia turun dari kasurnya dan berjalan ke arah pintu. Dan saat membukanya, mata Jungkook dapat melihat ruang tengah yang menjadi ruang keluarga dalam keadaan rapi, tapi TV nya menyala.
"Oh, Kookkie, kau sudah bangun?" ia menoleh ke samping, ke arah dapur yang menjadi sumber kegaduhan paginya. Di sana terdapat Jimin yang sedang memakai apron warna biru lautnya. Di tangannya terdapat satu mangkuk besar sup rumput laut dengan asap yang masih mengepul. Di meja makan juga sudah terdapat beberapa macam makanan dan juga anaknya yang tersenyum ke arahnya dengan senyum kotak khas nya.
Apakah ini mimpi? Ia menoleh ke dalam kamarnya lagi. Pigura foto Jimin berada di atas nakas, tidak hancur sama sekali.
Mata Jungkook melihat Jimin kembali yang masih tersenyum ke arahnya. Perut namja manis itu datar, tidak ada tanda-tanda bahwa ia hamil.
"Hey, Mr. Jeon, mau sampai kapan kau berdiri disana? Apakah kau tidak mau ikut merayakan ulang tahun Taehyung yang ke tujuh belas?" suara lembut Jimin memecah lamunannya.
Walau ragu, tapi Jungkook tetap melangkah maju. Mendekati keluarga kecilnya. "J-Jimin?"
"Oh, Kookkie, aku akan membiarkanmu kali ini karena saat ini ulangtahun Taehyung, tapi lain kali jangan harap aku akan membiarkanmu bergabung dengan kami jika kau belum sikat gigi dan pergi mandi," ocehan itu....Jungkook sangat merindukannya. Benarkah ini bukan mimpi?
Jungkook mengambil tempat di samping anaknya. Taehyung tersenyum ke arahnya. "Ayah, ibu masak sangat banyak, ia berusaha merusak abs kita katanya," ujarnya sambil tertawa. Dan itu membuat Jungkook ikut tertawa. Istrinya itu tidak berubah dari dulu. Ia selalu saja memasak banyak, memaksanya dan juga Taehyung menghabiskan semua makanan dengan alasan akan membuat abs mereka menghilang. Tapi usaha Jimin tidak pernah berhasil.
"Yakk, jangan tertawa kalian berdua! Lihat saja, kali ini aku akan berhasil," bibir merah muda itu mengerucut sebal. Membuat pasangan ayah dan anak itu tertawa lebih kencang.
Jimin melepas apronnya dan menggantung di samping kulkas. Lalu ia bergabung dengan duduk di depan Jungkook dan Taehyung. Ia menaruh seloyang kue tart berperisa tiramisu kesukaan Taehyung di hadapan anaknya itu. Lilin yang membentuk angka tujuh belas tertancap di tengah-tengah kue dengan api yang menyala di sumbu nya.
Jimin dan Taehyung mulai bernyanyi lagu ulangtahun. Membuat Jungkook tersenyum lebar. Yah, apa yang ia alami kemarin pasti adalah mimpi. Tidak mungkin Jimin mengkhianatinya.
Suara Jungkook melengkapi lagu ulangtahun. Suara ketiganya terdengar begitu indah, perpaduan melodi yang menghangatkan hati. Moment yang sangat dirindukan Jungkook. Karena memang ia dan keluarganya sangat suka bernyanyi bersama jika di akhir pekan, dimana keluarganya dapat berkumpul bersama.
Tepat saat lagu habis di nyanyikan, Taehyung menutup matanya untuk berdoa. Serta meniup lilin itu hingga apinya padam. Lalu ia tersenyum ke arah kedua orangtuanya.
"Aigooo, uri Taehyungie sudah besar ya? Rasanya baru kemarin ibu melahirkanmu, kau masih berupa bayi kecil yang merah. Masih dapat ibu gendong, dan sekarang kau sudah sebesar ini," sambil berujar begitu, air mata Jimin mengalir. Membuat Taehyung langsung menghampiri ibunya dan duduk di sampingnya.
"Uh, ibu, jangan menangis. Aku tidak keberatan jika ibu masih menganggap aku masih kecil, bahkan jika ibu masih mau menggendongku pun aku rela," ujarnya sambil memeluk sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KookMin Story Collection - Hurt & Angst
ФанфикStory 1: Believe Me (Part 1-8 End) Hope you like it guys! ^^