Happy Reading! ^^
"Seandainya bila Jungkook tidak datang, maukah kau menjaga anakku?"
"A-Apa yang kau bicarakan hah?!" Namjoon sedikit meninggikan nada suaranya. Ia sangat tidak menyukai topik ini.
Jimin meluruskan kepalanya, menatap langit-langit dengan tatapan kosongnya. "Aku hanya memikirkan kemungkinan yang ada. Aku yakin Jungkook akan datang, tapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi sebaliknya. Dan seandainya ia memang tidak datang, aku harap kau mau menjaga anakku,"
Namjoon berusaha memberikan senyumnya walau gagal. "Aku akan menjaga dirimu dan juga anakmu, Minnie," Jimin menoleh, memberikan senyum tulusnya. "Kau tahu kalau kau tidak perlu menjagaku. Tapi terima kasih banyak, hanya kau satu-satunya orang yang aku percaya selain Jungkook,"
"Jiminnie, aku yakin kau akan baik-baik saja setelah melahirkan. Kau....K-Kau tidak akan...."
"Aku akan mati, hyung. Dengan atau tidak adanya bayi ini, aku tetap akan mati,"
"Berhenti bicara!"
Jimin mengelus tangan Namjoon dengan pelan. Tangan dinginnya menyapa hangat suhu tubuh Namjoon. "Kanker darah, kau tahu aku tidak akan selamat dengan mudah 'kan?"
BRUKKK
Jimin dan Namjoon menoleh ke arah pintu. Keduanya melebarkan mata saat mendapati Taehyung yang memandang keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"T-Tae?"
Belum sempat Jimin berkata lebih banyak, Taehyung sudah pergi dari sana. "Taehyung!" Jimin mencabut paksa jarum infus di tangannya dan hendak bangkit untuk mengejar anaknya, tapi di tahan oleh Namjoon. "Biar aku saja," katanya.
Tanpa memberi kesempatan Jimin untuk protes, Namjoon mengejar Taehyung yang berlari ke taman belakang rumah sakit. Remaja itu hendak lari lagi tapi Namjoon berhasil menahan tangannya. Taehyung memberontak, tapi Namjoon lebih kuat. Ia mencekal kedua tangan Taehyung.
"Temui ibumu," kata Namjoon. Taehyung menatap tajam mata yang lebih tua. "Dengar, Jimin akan marah padaku jika aku menceritakannya padamu, tapi kau berhak tahu kebenarannya,"
Keduanya duduk di bangku taman. Taehyung duduk di ujung dan Namjoon di ujung lainnya. Remaja berumur hampir tujuh belas tahun itu enggan menatap wajah orang yang menurutnya telah menghancurkan keluarganya itu.
"Ini semua adalah salahku, Jimin sama sekali tidak berselingkuh. Kekasihku baru saja meninggal dan itu membuatku stress dan menjadi pemabuk. Di satu hari aku mabuk terlalu parah, dan entah kenapa langkahku malah menuju ke rumah kalian," Namjoon menoleh ke samping, ke arah Taehyung yang tidak menatapnya balik. Tapi ia dapat melihat rahang anak sahabatnya itu mengeras.
"Aku menyeret Jimin ke satu kamar, Jimin tentu memberontak. Tapi aku menahan pergerakannya hingga ia tidak bisa kabur dan...............yah seperti yang kalian lihat, aku menyetubuhi ibumu. Lebih tepatnya memperkosanya. Aku-"
"KAU MANUSIA TERBERENGSEK YANG PERNAH KUKENAL! APA KAU TAHU PENDERITAANKU DAN AYAH SELAMA INI KARENA PERBUATANMU?!"
Taehyung tidak bisa lagi menahan emosinya. Apalagi saat mengetahui kalau ibunya sama sekali tidak bersalah. Ibunya masih bak malaikat seperti yang ia kenal dulu.
Namjoon diam saja saat bogem Taehyung memukuli wajah dan tubuhnya. Ia membiarkan bocah itu meluapkan segala emosinya. Membiarkan banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. Hingga saat dirasanya pukulan Taehyung melemah, Namjoon dapat melihat air mata mulai membasahi wajah Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KookMin Story Collection - Hurt & Angst
FanfictionStory 1: Believe Me (Part 1-8 End) Hope you like it guys! ^^