- PART 1 -

85 27 44
                                    

Sahabat terbaik adalah sahabat yang rela bertingkah gila demi membuatmu tertawa.

°°°

"Jadi, lo beneran mau pindah ke New York?!" Suara itu menggelegar di kamar bernuansa hitam putih tersebut. Sang pemilik kamar hanya mendengus kesal kepada orang yang sedang berteriak tidak jelas itu. Seruan tadi berasal dari pita suara cowok bernama Lano. Lano Bastian.

"Iya, gue pengen ke New York. Bosen di Jakarta. Mau nyari suasana baru aja. Siapa tau, ketemu bule seksi," jawab si pemilik kamar dengan santai dan diikuti tatapan tajam dari empat teman-temannya. Dia adalah Gerrald, Gerrald William.

"Pengen apa pengen?" tanya seorang cowok yang sedang memegang sebuah novel. Cowok itu lebih kalem daripada sahabat-sahabatnya. Namanya Xaverio. Louis Xaverio.

"Pengen, sayang," balas Gerrald ringan, dia mendapat tatapan jijik dari teman-temannya.

"Demi Spongebob yang sekarang udah tinggal di darat! Lo pengen ke New York? Pengen? Pengen?" Lano bertanya sekaligus berteriak histeris, layaknya seorang anak perempuan.

"Alay banget lo, njir!" sindir Gerrald.

"Jawab pertanyaan adek, Bang! Jawab!"

"Iya, Nonok sayang."

"Kalian ini, loh. Berisik banget! Gue lagi chat-an sama pacar baru gue, nih. Jangan ganggu!" Cowok yang sedari tadi hanya diam menggulir layar handphone-nya, akhirnya bersuara juga. Namanya Dycta Agantara.

"What the hell? Lo punya pacar baru lagi? Demi apa? Gila! Ini bener-bener gila!" Seperti biasanya, Lano menanggapinya dengan teriakan. Benar-benar memekakkan telinga.

"Sejak kapan lo alay banget, Lano? Berisik, sumpah!" ujar Xaverio kesal. Aktivitasnya membaca buku menjadi terganggu, karena kerempongan Lano.

"Sejak lahir dia, mah. Udah, lah. Gue mau beres-beres koper gue dulu. Bye, teman-teman!" Gerrald meninggalkan sahabat-sahabatnya sambil membawa koper dan tasnya. Dia ingin pergi ke New York---lebih tepatnya, disuruh oleh kedua orang tuanya.

"Gue juga mau ke perpus pribadinya Gerot, mau liat-liat buku." Sekarang, Xaverio yang keluar dari kamar Gerrald menuju perpustakaan pribadi rumah sahabatnya itu.

"Kalo gue mau mirror selfie dulu. Biasa, di kamar mandinya Gerot." Dycta berjalan meninggalkan Lano sendirian. Sebenarnya, Dycta sengaja meninggalkan Lano sendirian. Kalau tidak, Dycta akan dihujani berbagai pertanyaan dari Lano. Apalagi, dia sudah mempunyai pacar baru.

"Gue sendirian lagi. Astaga, hidup gue ngenes banget. Tapi, gue percaya sama lagunya Shawn kembaran gue. You'll never be alone. Bijak juga gue, nih," oceh Lano panjang lebar kepada dirinya sendiri. Walaupun ganteng, Lano tetap jomblo. Setidaknya, dia bukan playboy seperti Dycta.

✈✈✈

Perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta sangat garing. Dycta hanya diam sambil fokus menyetir mobil. Sesekali, dia terkekeh karena tingkah konyol Lano dan Gerrald. Xaverio? Telinganya disumpal earphone dan matanya tertuju pada kendaraan yang berlalu-lalang. Xaverio duduk di kursi penumpang di samping Dycta.

"Eh, lo tau kenapa Xaverio suka ngelamun?" tanya Lano dan menatap sekilas ke arah Xaverio yang sedang mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti alunan musik. Lano duduk di kursi penumpang, tepat di belakang Dycta.

Lovely SkypeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang