langsung aja deh,
HAPPY READING GUYS!!!
Setalah Sinta mengatakan bahwa Gibran ada di ruangannya, Aya langsung memasukki ruangan Gibran tanpa mengetuk terlebih dahulu, oh bahkan jangan lupakan kondisi kaki Aya yang terkilir tadi. Merasa ada yang memasukki ruangannya Gibran pun mengangkat kepalanya untuk melihat sapa yang sedang datang keruangannya. Merasa ada yang memperhatikan Aya pun berhenti dan mengalihkan perhatiannya pada kakinya yang terkilir,
"loh Ay, bukannya kamu tadi katanya ada konsultasi sama dosen ya ? kok udah balik aja" ujar Gibran sambil memperhatikan kekasihnya itu dengan pandangan heran, pasalnya kekasihnya itu sedari tadi berjalan dengan kaki yang pincang, dan seingatnya tadi pada saat dia mengantarkan kekasihnya itu ke kampus masih baik-baik saja mengapa sekarang menjadi pincang?
GIBRAN POV*
"Kamu kenapa kok jalannya gitu?" tanyaku sambil memhampiri Aya yang belum juga duduk di sofa, "perasaan kamu tadi jalannya masih gak kayak gini kenapa bisa sampai kayak gini sih?!" tanyaku lagi dan hanya dibalas oleh tatapan Aya.
"Hehehe, iya tadi pas mau ke ruang dosen ternyata ada yang nyenggol aku abis itu kaki aku terkilir deh" jawabnya sambil memasang muka polosnya, "Hah!! Kok bisa sih" teriakku secara sepontan dan segera ku hampiri dia ku tuntun ke sofa dan meluruskan kakinya, Ini nih yang gak kusuka dari Aya sifat cerobohnya tetep aja ga berubah.
"Mana yang sakit?"tanya ku sambil memperhatikan pergelangan kakinya, dan segera saja dia menunjukan dimana letak kakinya yang sedang terkilir, segera saja ku letakkan kaki Aya di pangkuanku
"Haduh gimana si ay, kok bisa sampai kayak gini kalo jalan itu yang hati-hati dong jangan ceroboh kayak gini. Bawa badan sendiri aja masih ceroboh gini gimana bawa yang lain?" Kesalku sambil melihat kondisi kakinya.
AUTHOR POV*
"Kok gitu siih Gib? Kalo aku masih ceroboh kenapa kamu ngajak aku tunangan. Mesti kamu itu bawa-bawa kekurangan aku, ilangin kek sifat-sifat kamu yang kayak gitu bikin sebel aja" kesal Aya sambil menyingkirkan tangan Gibran yang ada di kakinya "udahlah aku balik aja kalo kayak gini, bikin tambah capek aja deh" sambung Aya.
Gibran yang merasa bersalah pun hanya bisa diam saja karna memang kali ini dia bersalah, mungkin karna terlalu khawatir dengan Aya menyebabkan dia lupa menyaring perkataannya sendiri,
"Gausa disini aja, aku minta maaf deh udah ungkit-ungkit kekurangan kamu"sesal Gibran sambil mengangkat kaki Aya di pangkuannya lagi "kita ke dokter yang diklinik aja ya? Kalo ke rumah sakit ntar kelamaan kaki kamu malah tambah parah nanti" ajaknya pada Aya,tanpa menunggu jawaban dari Aya segera saja Gibran menggendong Aya ala bridal style dan segera memasuki lift yang berada di ruangannya. Lift ini sengaja dia bangun karna untuk jaga-jaga jika ada keadaan yang genting seperti sekarang ini dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses untuk menggunakan lift tersebut.
Setelah sampai di klinik kantor, segera saja Gibran meletakkan Aya di brankar yang kosong dan memanggil dokter untuk segera memeriksa Aya. "Gimana dok? Apa lukanya parah ? Atau harus di oprasi juga?" Tanya Gibran dengan beruntun, "ish aku gamau ya kalo sampek di oprasi enak aja kalo ngomong" kesal Aya,
Gibran pun hanya bisa melirik Aya tanpa menjawabnya, "Ini saya kasih resep obatnya, nanti bisa di tebus di apotek ya" ucap dokter,
"yauda dok, kalo gitu makasih ya" ucap Gibran, setelah dokter keluar dari ruang pemeriksaan Gibran pun segera memindahkan Aya di kursi roda yang telah tersedia di klinik dan menuju ke rumah Aya.
***
Setelah sampai di rumah Aya, Gibran pun segera mengambil kursi roda Aya yang berada di bagasi mobil, kemudian membuka pintu Aya dan memindahkan Aya di kursi roda.
"Assalamualaikum ma Aya pulang" salam Aya
"Waalaikumsalam, lho Ay? kamu kenapa kok bisa kayak gini?" tanya mama Aya heran
"Tadi kesrempet motor pas lagi di kampus ma," jawab Gibran sambil meletakkan Aya di atas sofa di ruang keluarga
"Makanya kalo mau ngapa - ngapain itu yang hati-hati dong" omel mama Aya
"Ya namanya juga kecelakaan ma, siapa juga yang mau" gerutu Aya
"Yauda kalo gitu kamu istirahat di kamar deh jangan disini ntar tambah sakit semua badan kamu" ucap Gibran
"Hm" jawab Aya sambil memejamkan matanya, tanpa menunggu lama - lama Gibran pun segera mengangkat tubuh Aya untuk di pindahkan ke kamar tamu yang berada di bawah meskipun ia tau Aya gak bakalan mau tidur di tempat itu. Sesampainya di kamar tamu Gibran segera meletakkan badan Aya di atas kasur.
"Ay, habis ini beneran tidur ya. jangan aneh - aneh ya nanti kaki kamu nggak sembuh-sembuh jangan lupa di kompres pake air anget inget ya RUTIN! awas kalo nggak rutin nanti aku bilangi ke mama kamu juga, abis itu jangan lupa kasih salep trus tidur. GAUSAH NGAPA-NGAPAIN lagi!" kata Gibran sambil memberikan beberapa penegasan di setiap ucapannya,
"Ishh, iya iya Gib, kumat deh bawelnya kalo kayak gini"
"Ya kan aku gamau kamu kenapa-napa sayangkuh, ntar kalo kamu gak sembuh-sembuh skripsi kamu ke teteran kemana-kemana ga nikah-nikah dong aku" gerutu Gibran lagi
"Ngebet banget nikahnya, makanya suka sama orang yang seumuran dong wlek" ledek Aya
"Ish yauda deh aku pamit ya, aku balik lagi ke kantor ntar kalo udah selesai aku kesini lagi oke?" ucap Gibran sambil mengusap rambut Aya dengan lembut, karna ia tau Aya sangat menyukai hal ini
"Janji ya, hari ini rasanya aku pengen banget manja-manja sama kamu" ucap Aya sambil merubah posisinya menjadi menyamping menghadap Gibran,
"Iya sayangku" ucap Gibran, setelahnya Gibran pun langsung mencium kening Aya dengan lembut
Huwa finally hehe, maaf lama guys karna sarana mengetik alias laptop saya sedang opname whahaha...
jangan lupa VOMMENT LOVE U!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibranaya.
Подростковая литератураGibran Edward. CEO, pengusaha muda di bidang teknologi, dan sangat manja jika bertemu dengan orang yang dia sayangi apalagi jika bertemu dengan Aya Aya Mauren. Mahasiswa di sebuah kampus ternama, cantik, tetapi sedikit tomboy. Tapi sebenarnya memili...