Aya pun berusaha menenggelamkan kepalanya dibantal miliknya dan mulai menangis tersedu-sedu, hingga tertidur dengan pakaian yang dipakainya. Dan malam ini menurut Aya adalah malam yang tidak paling Aya sukai padahal tanggal hari ini ialah angka favoritenya.
****
Keesokan harinya.
Aya terbangun dengan kondisi yang sangat buruk, selain karna matanya sembab kepala Aya juga kerasa pusing karna semalaman menangis. Ia pun bergegas untuk ke kamar mandi membersihkan dirinya dan berangkat ke sekolah.
"Ma Pa Aya langsung berangkat aja deh, nanti sarapan di sekolah aja" ujar Aya ketika setelah menyapa kedua orang tuanya,
"Loh, kok tumben gak sama Gibran? mama bawain bekal aja ya biar ga jajan terus di sekolah ntar?" tawar mama nya
"Lagi ga bisa jemput dia nya, gatau deh kemana. yauda bawain Aya bekal aja deh" ucap Aya
"Yauda nih bekalnya" ujar Mama Aya sambal mengelus rambut Aya
"Yauda Aya berangkat ya Ma Pa" pamit Aya kepada kedua orang tuanya
.
.
.
Di sekolah
LINE!
Suara notifikasi sosial media Aya berbunyi, Aya pun segera mengambil hp nya yang berada di saku jaketnya itu dan melihat notifikasi tersebut. Ternyata dari Gibran.
Aya, kenapa nggak bilang berangkat duluan?
Maaf gak sempet ngabarin lagi buru-buru
Lain kalo bilang ay, biar aku gak muter-muter gini
Iya.
Nanti pulang tunggu aku, mobil biar di bawa supir!
Merasa Gibran tak merasa bersalah tentang kejadian semalem pun Aya menjadi tambah murung. Meletakkan hp nya kembali dan segera mendengarkan penjelasan materi dikelasnya hari ini.
Pulang 14.30
Author Pov*
LINE!
Aku udah di depan
Aya pun segera ke depan sekolah untuk menghampiri Gibran,
"Masuk" ucap Gibran dingin. Aya tau Gibran sekarang sedang marah dengannya hanya karna tadi pagi dia berangkat sekolah duluan tanpa mau menunggunya.
Selama perjalanan suasana di mobil pun sunyi, diantara mereka pun tak ada yang mau memulai pembicaraan padahal kedua sejoli itu sangat tidak menyukai suasana seperti ini
Merasa ini bukan jalan menuju rumahnya pun Aya terpaksa membuka suara,
"Mau kemana?" Tanya Aya sambil tetap melihat kearah jendela, tetapi yang diberi pertanyaan tidak sama sekali menjawab pertanyaannya
"Gibran ini mau kemana, please jawab aku lagi capek banget ga pengen mampir-mampir" ucap Aya
"Kantor" ujar Gibran singkat padat jelas
"Yauda nanti aku naik taxi aja"
tak sadar ucapannya itu malah semakin membuat Gibran semakin marah sampai membuat tangan Gibran semakin memutih karna terlalu mencengkram setir terlalu erat
Gibran segera memarkirkan mobilnya di lobby dan menarik Aya keluar mobil membawanya ke ruangannya, sebenarnya Aya tau kalau Gibran sedang marah. Bahkan sangat marah. Toapi hatinya masih sakit sekali karna kejadian tadi malam, meskipun cengkraman tangan Gibran di lengannya sangat erat hingga membuatnya sedikit meringis
Ting!
"Kosongkan jadwal saya hari ini ren" perintah Gibran pada Lauren. Seketaris pribadinya.
"Siap pak" ujar
Setelah Lauran keluar dari ruang kerjanya. Dia pun kembali menghampiri Aya.
"Kenapa kamu tadi berangkat duluan?" Tanya Gibran dengan nada mengitimidasi.
"Gaapa lagi pengen aja" Ujar Aya malas, dia sudah sangat paham sekali dengan sikap Gibran yang seperti ini karna Aya tahu ini pasti dia yang akan mengalah padahal sebenarnya bukan dia yang salah.
"KENAPA.GAK.NGABARIN.AKU" Tanya Gibran dengan penuh penekanan di setiap katanya.
"Ga sempet udah hampir kesiangan" Jawab Aya
"Paling gak kabarin aku pas udah sampai sekolah Aya!" Bentak Gibran dengan membanting vas bunga yang ada di sudut meja ruang kerjanya.
Aya merasa kali ini tak ingin mengalah dengan Gibran pun ikut tersulut emosi.
"Suka suka gue dong, di sekolah juga gue pelajaran ga sempet pegang hp. Idup gue gak cuma sama lu doang ya!" Teriak Aya,
"Terserah mau kamu gimana, aku balik dulu. Capek" Ucap Aya sambil berjalan kearah pintu keluar ruangan Gibran.
"MASALAH KITA BELOM SELESAI AY!" Teriak Gibran yang membuat Aya berhenti,
"Aku capek gib, mau pulang! Toh ujungnya nanti aku yang ngalah kan di masalah ini. Padahal bukan aku yang salah" ucap Aya lirih sambil berusaha menahan air matanya.
"Aku aja nggak tahu hal apa yang buat kamu seperti ini Ay" Ucap Gibran yang mulai melunak karna.
"Bahkan kamu nggak merasa bersalah" lirih Aya yang mungkin saja hanya di dengar oleh nya, tapi tanpa dia ketahui Gibran mendengarnya
"Aku salah apa sama kamu Ay?" Tanya Gibran sambil menghampiri Aya di dekat pintu.
Bahkan kamu ga inget kemarin kamu janji apa ke Ku gib, batin Aya
"Gak ada udah biarin aja" elak Aya
"Kamu gabisa bohong ay" ujar Gibran, sambil memeluk Aya dari belakang.
"KAMU BAHKAN GATAU APA KESALAHAN KAMU GIBRAN! APA YANG KEMARIN KAMU UCAPIN KE AKU HAH!" Teriak Aya dengan penuh rasa sesak di dadanya.
"JAWAB! APA YANG KAMU JANJIIN KEMARIN SAMA AKU!" Berontak Aya di pelukan Gibran sambil memukul dada Gibran.
"Jawab Gib!" Ucapnya melemah. Dari sini dia tahu bahkan Gibran bahkan gak akan pernah mengingat kesalahannya sendiri. Aya lelah bahkan sangat lelah menghadapi sikap Gibran yang ini.
Gibran sedikit merenggangkan pelukkannya pada Aya dan membalik badan Aya agar menghadapnya, tetapi sebelum sempat Gibran membaliknya Aya sudah melepaskan pelukkan Gibran dan segera keluar dari ruangannya.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vomment yaa gaes hihi. Maaf kalo gak terlalu jelas yaa masih newbie hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Gibranaya.
Ficção AdolescenteGibran Edward. CEO, pengusaha muda di bidang teknologi, dan sangat manja jika bertemu dengan orang yang dia sayangi apalagi jika bertemu dengan Aya Aya Mauren. Mahasiswa di sebuah kampus ternama, cantik, tetapi sedikit tomboy. Tapi sebenarnya memili...