PROLOG

175 16 10
                                    

Langkah kaki tergesa-gesa bergema di sekeliling lorong bangunan yang di dominasi warna putih. Satu dua orang terpaksa menghindar daripada rela di tabrak gadis berambut panjang yang sedang kalut itu, ia berjalan secepat yang ia bisa tidak peduli apapun yang berada di sekitarnya.

Kepalanya menoleh kekiri dan kekanan berharap secepatnya menemukan ruangan itu. Ia tidak tau harus bagaimana, bagaimana mungkin orang yang ia sayangi harus berada di tempat itu, di tempat yang sangat ia benci.

                                  ŽŽŽ

Ia duduk termenung sambil menompang dagu, karena kejadian tadi ia teringat hal itu kembali. Andai saja dulu ia juga bisa bertindak seperti apa yang dilakukannya saat ini. Kemungkinan besar orang itu pasti akan selamat. Dan semua ini tidak akan terjadi.

Lamunannya buyar ketika mendengar langkah kaki semakin mendekatinya. Cowok itu langsung menoleh kekiri. Ia tertegun melihat mata cokelat itu. Mata yang amat ia kenal, mata yang menyenangkan tapi kali ini bercampur dengan kegelisahan.

"Dia" cowok itu membantin.

ZEICHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang