1

129 11 21
                                    

Ia memainkan jari-jari tangannya. Kali ini ia benar-benar sangat gugup. Apa ini kenyataan atau hanya mimpi. Hari ini, sebentar lagi ia akan bertemu kembali dengan orang yang ia nanti. Perasaannya tak karuan hingga seseorang terdengar memanggil nama asingnya. Sesegera mungkin ia menoleh ke belakang dan tersenyum melihat....

Bruk

Baru saja cowok itu akan mendapatkan bagian bahagia selama-lamanya, gadis di depannya ini malah menabraknya dengan wajah polos tanpa dosa. Maksudnya apa?

Gadis itu menatapnya. Ia menatap balik, menunggu gadis itu meminta maaf dan mengambil bukunya kembali. Tapi beberapa detik berlalu gadis itu tetap menatapnya angkuh, memperlihatkan kalau ia memiliki mata cokelat yang indah.

"Lo bisa ambilin buku gue ga?" Cowok itu mulai bersuara.

Gadis itu menatap ke bawah, sepatu hitam bergaris putih terlihat sekilas sebelum ia melihat buku tebal yang tergeletak di lantai.

"Bisa ambilin ga?" Tanya cowok itu tidak sabaran.

Gadis itu hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Bentar lagi bagian happily ever after."

Gadis itu hanya menatap sekilas sebelum ia berlalu pergi.

"Dia bisu atau ga ngerti bahasa indonesia sih, aneh."

Dengan malas cowok itu langsung menunduk mengambil bukunya. Ia menatap punggung gadis itu sebelum ia juga berbalik pergi.

"Tapi dia cantik." Ucapnya sambil tersenyum.

ŽŽŽ

Angin berhembus menerpa rambut tebalnya, dia Zildan Syakiel Elano menarik perhatian semua cewek-cewek disekitarnya. Tingkahnya yang konyol membuat nilai plus tersendiri di mata para kaum hawa.

Zildan tidak menyia-nyiakan pesonanya, tatapan kagum itu dibalas dengan senyuman manis. Sesekali ia melambaikan tangan bak aktor ditengah red karpet.

Bruk

"Aaww!" Zildan meringis
Pesona zildan terhenti akibat ia menabrak pintu kelas di hadapannya. Ia mendapat banyak reaksi lebih tepatnya sebagian besar menahan tawa.

Tapi tidak dengan tiga cowok yang saat ini berada di depan pintu, mereka malah tidak berhenti tertawa hingga mengeluarkan air mata.

"Gila, gue kira ada yang nabrak pintu" Bryan pura-pura terkejut.

"Emang ada bego" kesel Alan.

"Lah siapa?" Cio pura-pura bego.

"Zildan!" Ucap mereka serempak dan kembali tertawa.

"Kampret!" Umpat Zildan.

Semua orang masih sibuk memperhatikan mereka berempat hingga tiba-tiba

"Bodoh" ucap seorang gadis

Semua orang melongo, termasuk Zildan. Beberapa detik suasana hening. Hingga Zildan tersadar
"Nah itu! Itu!" Zildan histeris

"Apa sih?"

"Efek nabrak pintu"

"Cewek itu!"

"Ya iyalah cewek kami juga tau"

"Siapa namanya?"

Krik krik

Alan diam, Bryan diam, Cio diam, kucing yang mengejar tikus pun diam, semua orang diam.

"Kenapa sih lo semua diam? Lo juga kucing! Kenapa diam? Kejar tuh tikus!"
"Males ah, Bye"

ŽŽŽ

"Aurel gue males masuk, gue cabut ya!"

"Lo udah keseringan cabut, mik"

"Tapi gue ga suka sama gurunya"

"Ga boleh"

Mika berdecis ia tidak akan bisa bolos hari ini, menyebalkan.

Suara keributan terdengar di ujung lorong, mika sudah bersiap untuk berlari melihat apa yang terjadi tapi tiba-tiba tangan mika ditahan Aurel.

"Ayo rel"

"Males"

Mika tidak menghiraukan Aurel, ia malah menarik aurel ikut dengannya.

Kelas XI IPS 2 sudah ramai dikelilingi para siswa. Disana terlihat 3 orang cowok yang tertawa dan satu orang menunduk malu. Aurel dapat melihat mereka. Terutama cowok yang menunduk itu. Tiba- tiba aurel mengeluarkan suara yang membuat suasana seketika hening.

"Bodoh"

Semua melongo menatap Aurel. Aurel tidak peduli, ia berbalik arah dan berjalan menuju kelasnya. Tidak menghiraukan dua orang histeris dibelakang. Zildan yang kaget melihatnya dan mika yang terus mengejarnya.

ŽŽŽ

Alan sudah sedari tadi melotot ke arah Zildan. Ia saat ini sangat ingin marah. Zildan terus saja mengganggunya. Menyikut lengannya hingga membuat beberapa coretan di catatannya yang tipis itu.

"Zildan!" ucap alan memperingati

Alan tidak suka bertele-tele ia akan menjawab jika itu harus dijawab. Jika tidak tentu saja ia tidak peduli. Alan sangat berbeda dari Bryan dan cio. Karena sifatnya itu Zildan sangat suka mengganggunya. Zildan bilang itu akan membuat Alan berbicara lebih panjang.

"Jawab pertanyaan gue tadi!!"

"Yang?"

"Ihh kok lo najis, manggil pake yang?"

"Yang mana bego!"

"Oh, itu yang tadi... Cewek itu"

"Cewek mana?"

"Cewek bodoh"

"Hah?" Alan bertanya heran

"Eh, maksudnya cewek yang manggil gue bodoh"

Alan berfikir sejenak mengingat kejadian tadi, lebih tepatnya mengingat cewek itu.

"Rambut dia sebahu?" Tanya Alan memastikan.

"Hooh"

"Ga tinggi?"

"Bukan, dia sedikit pendek"

Alan berdecak sebal itu sama aja.

"Aurel, Navya Aurellia Argon"

Zildan terdiam, ia tidak lagi menghadap ke arah Alan, ia lebih memilih melihat pemandangan diluar jendela. Tapi yang terpenting pikirannya dipenuhi gadis itu.

"Aurel" ucap Zildan setengah berbisik dengan senyum manisnya.

°°°

Vote and comment guys

ZEICHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang