2.Bertengkar dan bertengkar

29 6 0
                                    

Hari ini seperti hari biasanya,Arsa berjalan santai dikoridor sekolahnya dengan gaya biasanya.angkuh.

Tiba-tiba Ariel berlari dari belakang Arsa dan menahan pundaknya dari belakang.
Arsa kaget,dengan kesalnya ia memutar tubuhnya 180° kebelakang,menghadap orang yang telah menghentikan langkahnya."ada apa?"tanyanya ketus.
Ariel menyeringai,membuat Arsa semakin jengkel.kalau tidak mengingat,Ariel adalah sahabatnya setelah Arvan pergi,Arsa sudah mendepaknya ke Afrika sana.
"Anak kelas 12 habis TAWURAN"jawab Ariel heboh.Arsa memutar bola matanya malas,sudah biasa Arsa mendengar hal itu.
"Dia lagi?"tanya Arsa setelah lama diam.Ariel mengangguk.
Dia maksud Arsa adalah Arvan,Arsa tak habis pikir dengan perubahan sikap Arvan,yang menjadi berandalan 1 tahun belakangan ini padahal sebentar lagi dia akan lulus.
Arsa kembali memutar tumitnya,dengan gaya acuh tak acuh Arsa kembali melangkahkan kakinya kedepan ,meninggalkan Ariel yang melongo."Sa,lo nggak kesana?"tanya Ariel saat gadis bekaca mata bulat itu sudah menyejajarkan langkahnya dengan Arsa.
Arsa menoleh sekilas hanya sekilas,lalu kembali menatap lurus kedepan lagi" ngapain gue kesana?"tanya Arsa balik.
Ariel mendengus kesal,ia menatap Arsa dengan malas"lo kan, anak pmr?!!"
Arsa berhenti dan kembali nenoleh kepada Ariel "kan masih ada yang lain?!!"balas Arsa ketularan malas Ariel.mulut Ariel menganga,ia tak habis pikir ,apakah Arsa tak sedikit pun peduli? pikir Ariel.namun Ariel bukanlah siapa-siapa yang berhak untuk merasa jengkel kepada Arsa,karena semua orang punya alasan begitu juga dengan Arsa. "Lo nggak peduli,gitu?"tanya Ariel lagi.Arsa kembali memutar tubuhnya kedepan namun tak melangkah maju.ia seperti sedang melamun.gue peduli! Batin Arsa. "Untuk apa peduli sama orang yang nggak peduli sama dirinya sendiri?"tanya Arsa ketus.Ariel diam,ia paham dan mengerti dengan perasaan Arsa.
***
Walaupun Arsa audah menahan diri agar tidak pergi ke uks, namun karena tugasnya sebagai anggota pmr ,mau tak mau Arsa harus berada di uks sekolahnya.
Dan sekarang dia sedang mengobati anak laki laki kelas 12 yang ikut dalam tawuran antara sekolahnya dengan sekolah lain.

Arsa sangat enggan untuk menghampiri ranjang paling ujung di uks ,karena yang berbaring adalah Arvan.MANTAN SAHABATNYA.Namun terpaksa Arsa harus mendekti Arvan lagi,karena laki laki itu selalu membentak adik kelasnya yang berniat mengobatinya.Dan apakah Arsa takut? Tentu saja tidak!.Arsa sangat mengenal Arvan dengan baik,bahkan sangat baik!.

Arsa meremas handuk kecil yang ia celupkan kedalam wadah yang berisi air panas dingin.Lalu,Arsa berjalan mendekati Arvan yang sedang tiduran sambil memejamkan matanya.

Tanpa ba bi bu lagi Arsa langsung manekan handuk tersebut kepipi Arvan yang lembam,otomatis Arvan mengaduh kesakitan "AWWW...!".
Ia memolototi Arsa dengan sangar,tapi gadis itu malah tak acuh. "Pegang nih!" seru Arsa sambil menunjuk handuk yang ia pegang kepada Arvan,laki laki itu ingin protes tapi sekali lagi Arsa menekan pipinya dengan sangat keras.
Arvan menepis tangan Arsa kasar "pelan pelan!bukanya ngobatin malah bikin parah!"ketus Arvan.Arsa memutar bola matanya dan menatap mata Arvan dengan malas "lo pikir gue peduli,apa?"komentar Arsa ketus.
Arvan sempat terdiam tapi hanya sebentar, laki laki itu menepis tangan Arsa yang kembali  mengobatinya.
"Gue nggak mau diobatin sama lo!"ucap Arvan,memandang Arsa sengit.
Arsa mengangkat satu alisnya, "thank's ya! lo udah bebasin gue dari kerjaan gue" ucap Arsa.
Dia langsung berlalu meninggalkan Arvan yang semakin menatapnya sinis.ia tidak akan membiarkan Arsa tenang semudah itu.
"Lo mau kemana?"tanya Arvan.kaki kanan Arsa yang baru saja hendak melangkah keluar uks, berhenti diawang awang.ia kembali menurunkan kakinya dan memutar tubuh kebelakang.
"Ada apa lagi?" tanya Arsa malas sambil mengernyit.
Arvan bangkit dari tidurannya dengan susah payah karena tubuhnya benar benar parah,Arsa yang panik langsung menghampiri Arvan dengan langkah cepatnya.
Gadis itu membantu Arvan untuk duduk dan menyandar dikepala ranjang uks.Arvan tertegun.
"Enak aja main pergi,pekerjaan lo masih banyak!" kata Arvan ketus.Arsa mengernyitkan dahinya lagi, pekerjaan apa? Pikir Arsa.
"Hah? maksud lo?"tanya Arsa bingung.
"Lo belum ngobatin gue!"jawab Arvan dengan cengiran menyeramkan.
Arsa semakin bingung, tadi Arvan tidak mau diobatin sekarang dia minta diobatin. Ada yang mencurigakan?!! Batin Arsa ."tadi lo nggak mau diobatin sekarang minta diobatin, mau lo apaan sih?" Geram Arsa.gadis itu kembali berjalan mendekati Arvan.
" terserah gue dong!"balas Arvan sarkas.Arsa menghela nafasnya, jika dia terus berdebat dengan Arvan,bisa bisa ia tidak masuk kelas.

Arsa mulai mengobati luka luka memar disiku, diwajah, dipelipis bahkan disudut bibir Arvan.
Setelah gadis itu selesai,ia kembali merapikan kotak p3k yang digunakannya.
"Udah selesai, sekarang gue mau masuk kelas" kata Arsa. Bel masuk sudah berbunyi satu jam yang lalu,dan Arsa tidak ingin ketinggalan pelajaran.
Ketika Arsa akan pergi, tangannya dicekal oleh Arvan dan terpaksa Arsa kembali menoleh. "Tunggu dulu! Gue nggak mau lo pergi!" Tahan Arvan.
Arsa tertegun,bolehkah dia berharap?. Arsa menggelengkan kepalanya pelan, nerusaha mengenyahkan pikirann yang hanya akan jadi angan angan.dan itu terbukti setelah Arvan kembali bersuara " gue butuh orang buat suruh suruh".
Arsa menelan ludahnya getir ,memeng Arsa tak lagi berarti bagi Arvan!. Ah! Arsa lo jangan terlalu banyak bermimpi! Rutuk Arsa dalam hati.
Entah dorongan apa, Arsa malah mengangguk menyetujui permintaan Arvan,bukan permintaan tapi perintah.
***
Teng teng teng!
Bel berbunyi menandakan semua pelajaran hari ini telah usai.
Arsa menyimpan ponselnya kedalam saku rok abu abunya.ia berdiri dari kursi yang tak jauh dari tempat Arvan tempati.
"Gue pergi dulu" ucapnya pamit.Arvan menoleh,
"Thank's, udah mau bolos padahal lo ada ulangan hari ini " ucap Arvan menyeringai jahil.

Arsa menganga,ia ingat sesuatu dan saat itu juga ia berteriak histeris  "ASTAGA...!!!!".

Arsa menatap Arvan yang terbahak bahak. Ia semakin geram, lalu Arsa mendekati Arvan dan menatapnya tajam.
"Puas lo ngerjain gue?!!lo mau dengar penderitaan gue yang lainnya?" Ucap Arsa, matanya sudah memerah mungkin sebentar lagi akan menangis, ia memberi jeda sejenak ,Arvan tercekat.
"Gue nggak tidur semalaman karena belajar dan sekarang apa? Lo udah nyia nyiain usaha gue " tandas Arsa,ia langsung melangkah keluar uks dengan air mata yang sudah tak bisa ia bendungi lagi. Dan sayangnya Arvan melihatnya.

Arvan tercenung "seharusnya gue seneng dong?!!dia kan udah sengsara,tapi...kenapa gue ngerasa bersalah?" Gumam Arvan.
Ia memutar otaknya mencari jawaban dari pertanyaan yang ada di kepalanya namun ia tidak menemukan apapun, otaknya seperti kosong. Lalu,ia mengacak acak rambutnya frustasi dan diwaktu bersamaan ia meringis karena terlalu banyak bergerak.

Dont Say You Hate Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang