5. Membuka kembali.

5 1 0
                                    

"Sasa" panggil Arvan .
Arsa yang sedang membaca buku menoleh. Ia tersenyum hangat -seperti biasanya-.
Arvan menarik kursi dan duduk dihadapan Arsa.

"Kayaknya gue jatuh cinta sama Citra", ucap Arvan to the point.
Buku tebal yang Arsa baca jatuh seketika. Ucapan Arvan seperti bom yang meledak ditelinga Arsa.

Arsa tidak menyangka Arvan menyukai kakak kelasnya itu. Seharusnya ia peka ketika Arvan selalu bercerita tentang Citra, namun ...entahlah!.

Arvan menatap Arsa bingung dan memungut buku bacaan Arsa.
"Kenapa?" Tanya Arvan bingung. Arsa menggeleng. Tangannya bergerak mengambil alih bukunya.

"Menurut lo, dia juga suka nggak sama gue?" Tanya Arvan mulai menerawang .
Arsa bingung harus menjawab apa, karrna didalam sana, batinnya sedang berperang .

Bayangan Citra yang selalu meminta tolong kepada Ariel untuk memberikan hadiah hadiah kepada Alex - sepupu Ariel-memenuhi ingatannya. Lalu, bagaimana dengan Arvan?.

Lamunan Arsa buyar, ia dipaksa kembali kedunia nyata, ketika Arvan menggoyang goyangkan lengannya pelan. Arsa Lo kenapa bengong?" Tanya Arvan. Pandangan matanya mengimtidasi Arsa.
Arsa menggeleng dan kembali membuka buku bacanya . Ia berpura pura membaca padahal gadis itu sedang menetralisir jantungnya berpacu kencang dan sesak.

Arvan merampas buku tersebut, "sasa! Lo kenapa?"suara Arvan sedikit membentak. Arsa menunduk, ia sangat takut Arvan marah. Air mata yang ditahan sedari tadi berjatuhan dari pelupuk matanya.
"Lo nggak suka gue jatuh cinta sama citra?"
Jleb. Arsa menelan ludah nya susah payah.
"S-suka kok!"jawab Arsa. Tangannya meremas remas telunjuk kirinya.

Gigi Arvan terkatup rapat, rahangnya mengeras. Arvan menarik tangan Arsa dengan paksa dan memperlihatkan jari jari nya yang meremas telunjuk kirinya.
"Gue tau lo bohong , sa!" Tandas Arvan sarkastis.

Arsa mendongakkan wajahnya -lebih tepatnya memberanikan diri- menatap Arvan.
Arvan tersentak saat melihat bulir bulir air mata dipipi Arsa, wajahnya seketika melunak. Tangan kanannya menghapus bekas air mata Arsa dipipi cubby nya.
"Gue. Takut ." Ucap Arsa penuh penekanan.
Arvan mengernyit, "takut ?takut kenapa?" Tanya Arvan
"Gue takut lo sakit hati" ujar Arsa pelan. Arvan semakin binggung.
"Sakit hati kenapa?" Arvan mulai geram dengan Arsa yang berbelit-belit.
"Kak Citra itu suka sama...kak Alex" cicit Arsa
Bola mata Arvan melebar,ia termenung sejenak, benarkah? Arvan menggelengkan kepalanya.
"Nggak mungkin! Lo tau darimana?" Tanya Arvan.
Arsa menelan selivanya ,ia tau sahabatnya terluka tapi jika ia tidak memberitahukannya, maka sahabatnya itu akan tersakiti lebih dalam.

Tapi....apakah Arvan akan percaya kepadanya?, Arsa tetap bergeming.
"Gue.nggak. percaya!" Tegas Arvan.

Lalu, ia melangkah keluar dari kamar Arsa.

Tanpa ia sadari ia telah sangat menyakiti Arsa dengan tidak percaya kepadanya. Ini kali pertamanya seorang Arvan Raditya tidak mempercayai sahabatnya.

Entah mengapa Arsa merasa was was hadirnya orang ketiga yang akan mengubah segalanya.

***
Angin dingin berhembus masuk kedalam kamar Arvan, yang baru saja selesai mengerjakan shalat isya.

Niat awalnya adalah ingin langsung bergelung dalam selimut, tapi karena Arka sudah duduk bersila diatas tempat tidurnya dengan ponsel Arvan ditangannya.
Entah apa yang ia lihat dari ponsel Arvan. Bahkan Arvan tidak mengetahui kapan Arka mengambil ponselnya itu.

Arvan ikut duduk disamping Arka. Ia menyandarkan punggungnya disandaran tempat tidur.matanya menatap langit langit kamar dengan lekat.

"Van, ini foto lo sama siapa?" Tanya Arka tiba tiba. Arvan melotot, ia langsung menoleh dan merampas phonselnya dari Arka.

"Nggak siapa siapa" elak Arvan.
Arka dan Ari tidak mengetahui hubungan persahabatannya dengan Arsa yang kandas satu tahun lalu.
Karna setelah ia meninggalkan Arsa,ia baru mengenal Arka dan Ari.

Arvan menyimpan langsung  phonselnya.Ketika Arvan sedang melamun, Arka membuka pintu balkon.

Senyuman sumringah langsung terbit diwajah Arka. Matanya menatap Arsa yang sedang berdiri tengah mendongak menatap langit.

"Arsa!" seru Arka. Orang yang dipanggil menoleh dan tersenyum manis.
"Kak Arka?".
"lagi ngapain?" tanya Arka dengan suara yang cukup keras.
Lamunan Arvan buyar, ia menengok keluar. Dengan ragu-ragu Arvan ikut melangkah keluar.matanya langsung bersitatap dengan Arsa. Dalam waktu cukup lama mereka hanyut dalam tatapan masing-masing.
Sadar dengan apa yang terjadi, Arsa memalingkan wajahnya dan memutar tumitnya untuk masuk kembali kedalam kamarya.

Hati Arvan mencelus, pandanganya tiba-tiba sendu. Apa mungkin ia menyesal karena telah meninggalkan Arsa?.

Sedangkan Arka hanya mengernyit bingung. Kerutan didahinya menjelaskan bahwa drinya sedang bertanya-bertanya.

Arka masuk kedalam kamar Arvan, ia duduk diatas tempat tidur Arvan.
"lo kenal dekat  sama Arsa?" Tanya Arka ketika sudah duduk disofa kamarnya.

Arvan menoleh sekilas, hanya sekilas dan kembali berpaling.
"nggak" singkat, padat, namun penuh kebohongan.

"kok nggak? Kan tetangga?!" tanya Arka lagi.
Arvan menghela nafasnya dan menatap Arka, "emang kalu tetangga harus dekat?" ketus Arvan. Moodnya tiba-tiba buruk. Ia memutuskan untuk tidak menggubris Arka dan membuka room chatnya dengan Citra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dont Say You Hate Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang