Chapter 5

4.8K 383 59
                                    

Waktu sudah menunjukan tengah malam, akan tetapi gadis dengan surai merah muda itu tidak juga menutup matanya.
Kedua emerald cerah itu masih setia menatap pada langit-langit kamarnya seolah ia tengah memikirkan sesuatu hal yang membuat ia tak dapat memejamkan matanya walau sebentar.

'Huuuhhh' kembali ia menghela nafas yang entah sudah ke berapa kalinya.
"Aaaaaaaa" pekiknya kemudian sambil mengacak kasar helai rambutnya frustasi.

Lelah dengan posisi telentang menatap langit-langit, ia pun memutuskan untuk membalikan badannya sambil melihat keluar jendelanya yang tidak ia tutupi dengan tirai sehingga ia dapat melihat keindahan bulan pada malam ini.

ia arahkan jari telunjuk dan juga jari tengahnya ke arah bibir tipis miliknya, ia teringat kembali akan kejadian beberapa jam yang lalu dan tanpa sadar semburat merah muncul di kedua pipinya.
"Aku berciuman dengan Neji-san" gumamnya pelan dan semakin membuat wajahnya memerah. "Kyaa....ya ampuunnnm" teriaknya kemudian, lalu ia membenamkan wajahnya ke bantal berharap mungkin dengan cara itu ia bisa segera tidur dan melupakan kejadian yang menurutnya memalukan itu.
.
.
.
.
Rambut berantakan, kantung mata menghiasi kedua matanya lengkap dengan guratan hitam dibawah matanya, jelas sekali bahwa itu adalah tampilan yang sangat berantakan, sekarang ia tahu dan mengerti kenapa sejak tadi orang-orang yang ia temui dijalan menatapnya dengan pandangan prihatin, rupa-rupanya karena tampilannya yang kelewat berantakan ini bahkan ia sendiri juga akan menatap prihatin pada orang dengan tampilan seperti ini.

Tampilan yang menunjukan bahwa orang itu benar-benar kekurangan waktu istirahatnya atau bisa dikatakan juga sebagai orang yang menderita insomnia.

Menghembuskan nafas pasrah akan pantulan dirinya dicermin, lalu ia mulai mencuci mukanya agar dapat terlihat lebih segar lagi. 'Sudah seperti Shikamaru saja aku ini' batinnya pasrah.
.
.
"Uemmm...ano..Sakura nee-san, apakah nee-san kurang tidur?" Tanya seorang wanita berambut indigo yang saat ini tengah berbaring di ranjang periksa milik Sakura.
"Ahaha.. tidak Hinata" sahut Sakura dengan tertawa garing. 'Padahal aku sudah mencuci mukaku sebanyak 5 kali, masak masih terlihat mengantuk?!' Pekik inner Sakura pasrah.
'Eh tunggu dulu, tadi ia bilang apa?' Tanya sang Inner yang nampaknya menyadari keganjilan dari kalimat Hinata.

"Hinata.. tadi kau bilang apa?" Tanya Sakura kemudian yang masih setia menempelkan stestokopnya pada perut buncit milik Hinata.
"Hemmm, aku bertanya, apakah nee-san kurang tidur?" Ulangnya lagi sambil memasang pose berpikir yang menurut Sakura nampak imut, dan entah kenapa kata 'nee-san' agak sedikit mengganggunya.
"Nee-san?" Tanya Sakura yang tak yakin.
"Are...kenapa Sakura-san? Apa aku tak boleh memanggilmu nee-san? Bukankah kau akan menikah dengan Neji nii-san, jadi sebentar lagi kita akan menjadi keluarga bukan?" Tanya Hinata sambil memainkan jari-jarinya, agaknya kebiasaan Hinata yang satu itu masih setia melekat pada dirinya dimana ia akan melakukannya saat ia sedikit gugup.

'Hahh...benar juga yaa... aku kan memang sebentar lagi akan menikah dengan Neji-san dan menjadi kakak ipar Hinata' sorak inner Sakura.
'Dan juga kakak ipar si bodoh itu' kata inner Sakura malas.
"Ahahaha.. oh iyaa.. kau benar, maaf aku hanya.. errr sedikit belum terbiasa" ucap Sakura gugup sambil menggaruk belakang lehernya yang tak gatal dan kini ia sudah tak memeriksa perut buncit Hinata.

"Aku senang sekali kalau Sakura-san akan menjadi kakak iparku" tulus Hinata sambil menggenggam tangan Sakura yang juga memberikan senyum tulusnya pada Sakura.
"Ya..aku juga senang akan menjadi kakak iparmu Hinata" balas sakura dengan sambil tersenyum tulus kearahnya.

"Ah..ohya Hinata, waktu kelahirannya sebentar lagi, jadi aku sarankan kau sudah mulai mengambil cuti mulai hari ini" jelas Sakura panjang lebar.
"Ahh.. baiklah nee-san"ucap Hinata menurut.
Melihat calon adik iparnya begitu menurut padanya, membuat ia tersenyum riang pada Hinata.
"Ah.. dan pemeriksaanmu hari ini hasilnya sangat bagus, si kecil Naruto tampak begitu sehat dan sepertinya sangat aktif" ucap Sakura yang tak kunjung melepas senyumannya.
"Ya..dia sangat mirip dengan ayahnya" sahut Hinata sambil mengelus pelan serta memandangi perut buncitnya teduh.

Mariage NejisakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang