"Vin, Daiva tidur dirumah saya."
"oh yasudah, titip anak saya."
"baik Vin, saya tutup, Assalamu'alaikum"
"waalaikumsalam"
Begitulah percakapan Devin [papah Daiva] dengan Kia lewat telepon genggam nya.
"tukaan boleh, lagian papa peduli apa sii sama Daiva" ujar Daiva sambil memainkan kembali ponsel nya sembari duduk di sofa kamar Kia. Sedangkan Reyvan dan Azka sedang bermain Play Station di ruangan khusus bermain Azka sewaktu kecil dulu dan sekarang dipakai untuk bermain ps atau untuk sekedar berkumpul dengan teman-temannya, karena ruangannya bisa dibilang cukup luas.
"sst.. gaboleh bicara kaya gitu." ujar Kia yang sedang berbaring di ranjang kamar-nya. Daiva hanya menjawab Kia dengan tatapan malasnya.
Daiva beranjak dari sofa menuju dapur untuk membawakan bubur untuk Kia.
Tidak lama setelah memanaskan bubur, Daiva kembali lagi ke kamar Kia. Ketika melewati ruangan Azka, Daiva mendengar keributan yang tidak pantas untuk diributkan.
"eh bangke salah"
"lo mau kemana kampret, keatas buruan bego"
"mati lo mati"
Daiva yang mendengarnya langsung membuka pintu ruangan Azka.
"berisik woi Ibu sakit bukannya jagain malah dibuat tambah pusing" teriak Daiva yang sedang berada di ambang pintu sembari membawa nampan.
"ke kamar Ibu gakan kedenger kali" jawab Azka singkat dan hanya memandang Daiva sekilas. Pasal nya, kamar Kia berada di lantai atas sedangkan ruangan bermain Azka berada di lantai dasar.
"Ishh" Daiva kembali menutupkan pintu dengan kasar lalu melanjutkan langkah ke kamar Kia.
---
Setelah memberikan makan dan obat kepada Kia. Kia sekarang sedang tidur dengan lelap. Daiva berniat untuk bergabung dengan Azka dan Reyvan di ruangan bawah.
Ketika sedang menuruni anak tangga, kaki Daiva terpeleset di anak tangga terakhir. Daiva terjatuh, dan berteriak kesakitan. Untungnya hanya terdengar ke ruangan Azka, tidak kamar Kia.
Azka dan Reyvan yang mendengar teriakan yang sangat mereka kenali langsung melihat ke sumber suara dengan terburu-buru.
Azka dan Reyvan mendapati Daiva yang sedang meringis kesakitan di lantai. Tanpa banyak bicara, Reyvan langsung mengais Daiva untuk membawanya ke sofa.
"lagian ga hati-hati." ucap Reyvan sambil memeriksa kaki Daiva yang terkilir.
"nakal ya lo" kini Azka bersuara yang sedang berdiri disebelah Daiva.
"Daiva gapapa kali, lebay kalian." ujar Daiva sambil meringis dan memaksakan untuk berdiri.
"Ka disini ada tukang urut ga, kayanya harus diurut sebentar." ujar Reyvan sambil menahan Daiva yang sempat ingin berdiri dab terbanting kembali duduk diatas sofa.
"Daiva gamau diurut, tar juga sembuh." bantah Daiva dan memaksakan untuk berdiri lagi.
"udaa kalo lemah ya lemah, jangan so-so-an kuat."
---
Dikarenakan hari sudah semakin gelap, senja sedikit demi sedikit terlihat semakin indah, dan besok pagi pun Daiva dan Reyvan harus berangkat mencari ilmu kembali. Mereka kembali kerumah nya masing-masing. Dan kaki Daiva sudah cukup membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
T R U E
Teen Fiction"Mengapa cintaku jatuh kepada orang yang tidak tepat? Mengapa cintaku jatuh terlalu cepat? Mengapa cintaku tidak bisa memilih?" Pertanyaan itu selalu mengahantui pikiran Daiva. Rasanya ingin mengubur saja perasaan itu dalam-dalam