Bab 4

213 28 8
                                    

Haris termenung. Matanya masih tertutup saat Tedi menegurnya. Ia memainkan dagu dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menyilang sambil memegang lengan kiri.

"Jika memang benar pembunuhan ini dilakukan oleh orang yang sama," Haris mulai membuka mata, "maka kasus ini benar-benar serius," lanjutnya.

Tedi dengan mulut yang selalu tidak terkontrol itu mulai menyela, "Apakah ini ulah psikopat, seperti di film-film itu?" Dokter Reza menegurnya dengan satu ayunan tangan sambil tertawa.

"Entahlah," jawab Haris, "Dokter, apakah masih ada hal yang perlu kami ketahui selain ini?"

"Oh, ya. Tunggu sebentar," Dokter Reza kembali ke meja mikroskopnya dan mengambil sebuah buku, "jika ini diperlukan, alangkah baiknya kalian menyalin laporanku ini. Saya belum sempat menyalinnya."

Tedi lalu mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari saku celananya. Di saat Tedi menyalin laporan Dokter Reza, Haris tergerak untuk mengecek laporan yang disampaikan dokter tua itu. Dua titik yang membuatnya masih penasaran yaitu apakah benar pemotongan kelamin itu hanya dilakukan oleh satu orang? Dia mengambil sebuah kaca pembesar yang tergeletak di samping mayat yang lebih besar, lalu mengarahkannya ke bagian leher mayat anak laki-laki. Setelah ia yakin, kemudian diarahkannya kaca pembesar itu ke bagian vital korban secara bergantian. Kini Haris semakin yakin dengan pengamatan kilatnya itu. Sang dokter yang sudah berpuluh-puluh tahun bekerja sebagai dokter forensik hanya tersenyum melihat kelakuan Haris tersebut.

"Baiklah," gumam Tedi sambil mengakhiri tulisannya. "Sekarang, apa yang akan kita lakukan, Sherlock Holmes?" lanjut Tedi yang dari tadi ingin mengomentari Haris, tetapi ia harus menyelesaikan tulisannya.

"Kembali ke markas," jawabnya ringan, "tapi sobatku yang baik hati, sebelum kita berpamitan dengan dokter gila di ujung sana itu, sebaiknya kita mengucapkan terima kasih atas hasil autopsi ini."

"Baiklah," jawabnya dengan muka menahan tawa, sementara itu Dokter Reza mengangguk.

"Hei, Haris. Apa kau lupa janjimu tadi pagi di pemakaman itu?" cegat sang dokter sebelum Haris meninggalkan ruangan.

"Tentu tidak. Kami sudah menaruh pesananmu di resepsionis sebelum kami kemari."

"Kalau begitu, terima kasih, Sherlock," ucap sang dokter saat menutup pintu ruangannya.

"Kenapa semua orang memanggilku Sherlock?" ucap Haris dengan muka memerah. Tedi yang berjalan di sampingnya merasa tidak tahan melihat orang yang dikaguminya itu jadi salah tingkah.

"Ah, tidak usah dipikirkan."

"Tedi, apakah ada kabar dari Eka Munawar?"

"Entahlah, dari tadi aku belum membuka ponsel. Haris, kau tahu kan yang aku salin dari laporan Dokter Reza itu adalah hasil dari sampel tulang serta sayatan pada tubuh mayat?"

"Ya, aku tahu itu. Senjata yang digunakan oleh pembunuh merupakan senjata tajam sejenis golok dan cutter."

"Bagaimana kau...," ucap Tedi tidak percaya saat memasuki pintu mobil, "tolong jelaskan kepadaku bagaimana kau tahu itu?"

"Kau tahu kan, aku dari tadi mengamati bagian tubuh di atas ranjang yang mirip seperti ikan asin itu?"

"Ya, tapi Kau hanya sebentar melihatnya?"

"Bagiku itu sudah cukup." Haris menyalakan mobilnya.

"Bagaimana kau bisa sampai pada kesimpulan bahwa pelaku menggunakan senjata sejenis golok dan pisau cutter?" Tedi terus mencerca Haris dengan pertanyaan-pertanyaan itu.

"Itu sangat mudah dan aku tidak menduga-duga hal itu. Pertama aku harus mengumpulkan semua informasi mengenai senjata apa saja yang mampu membuat luka seperti itu di kepalaku. Setelah itu, aku melihat bagian sambungan pada tulang paha korban yang terpotong. Pada bagian sisinya itu telah remuk akibat hantaman berulang. Seseorang berusaha memenggalnya berulang kali hingga akhirnya terputus. Tentu untuk mencapai dasar tulang, senjata itu harus melewati sekitar satu sampai dua sentimeter dari kulit dan daging, senjata yang digunakan haruslah tajam, mungkin sangat tajam untuk membuat sekali tebasan. Kemudian untuk mencapai tekanan yang dalam, senjata itu haruslah berat saat dihujamkan agar sampai ke bagian tulang dan mempercepat proses pemotongan. Senjata yang digunakan juga haruslah memiliki panjang sekitar 30 hingga 40 sentimeter. Pertanyaanya adalah, senjata seperti apa yang ada di pikiranmu dengan deskripsi seperti itu? Di samping itu, senjata tersebut masih bisa disembunyikan, tidak seperti jika kita menggunakan pedang katana. Kita lihat, bahwa dari sekian data yang dihimpun di TKP pertama, tidak ada sama sekali senjata yang hilang di tempat itu, bahkan si pemilik rumah sudah mengonfirmasikan bahwa di rumah itu tidak ada benda tajam yang seperti deskripsiku."

"Lalu, bagaimana dengan pisau cutter? Kenapa tidak memakai pisau yang lebih tajam dari itu seperti pisau bedah mungkin?"

"Aku sependapat denganmu, mengenai pisau bedah itu," ujar Haris, hingga membuat Tedi tersenyum sumringah. "Namun, jika menggunakan pisau bedah, itu mungkin akan terlalu berlebihan. Dengan harga yang mahal, juga dengan risiko akan mudah sekali terlacak oleh orang-orang seperti kita ini, aku rasa itu tidak mungkin. Namun, ini hanya sebatas hipotesis dan aku hanyalah seorang manusia biasa yang bisa salah," jelas Haris kepada Tedi.

"Kau tahu, Haris, aku merasa duduk di samping detektif fiktif karya Conan Doyle itu?"

"Kau sama seperti sahabatku sewaktu sekolah dulu. Dulu aku juga mengaguminya karena dia bisa memecahkan kasus pembunuhan dan skandal di sekolah, bahkan dia lebih jago dariku. Selain itu, dia sangat tergila-gila dengan Sherlock Holmes. Dia berencana membuka jasa detektif swasta setelah lulus. Tapi setelah lulus aku sudah berangkat ke Bandung dan menetap di sini, kemudian menjalani pelatihan menjadi polisi sampai akhirnya aku diterima dan di sinilah aku sekarang. Dan aku masih belum tahu di mana dia sekarang. Tapi, sudahlah itu cuma masa lalu, sekarang kita fokus dengan urusan kita."

"Baik Sherlock."

"Hentikan omong kosong itu, Tedi."

"Baiklah, baik...."

Kendaraan yang Haris bawa, kini telah mendekati Jalan Merdeka. Beberapa menit kemudian kendaraan mereka sudah terparkir di depan markas besar Polres Bandung. 

PlagiatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang