Bram kembali ke kantor, memarkir mobilnya lalu berjalan menuju ruangannya, dimana tadi dia meninggalkan Samuel bersama Renita. Beberapa pasang mata menatapnya, namun enggan terlalu kentara menunjukkannya. Bram menduga itu karena pertengkarannya dengan Nadya tadi. Bram membuat catatan dalam hati agar tidak melakukannya lagi di sekitar kantor. General maneger yang minim ekspresi bertengkar dengan istrinya di tempat parkir, para karyawannya pasti akan menggosipinya. Tentu saja tidak didepannya. Siapa yang berani dengan Bram. Haja dengan lirikan tatapan tajamnya saja para karyawannya sudah menciut, apalagi menerima bentakkan. Jangan pernah mencoba memancing emosi pria itu.
Bram berpapasan dengan Renita didepan ruangan meeting. ''Dimana Samuel?" Dia melihat tak ada putranya bersama Renita, matanya berkeliling kesekitar, siapa tahu anaknya sedang berlarian, tapi ternyata tidak ada, akhirnya matanya kembali pada wanita bersetelan rapi didepannya.
''Samuel udah pulang."
"Pulang?" Bram menaikkan alisnya bingung. Siapa yang menjemput? Dirinya baru saja tiba, sedangkan Nadya tidak mungkin, wanita itu masih dirumah. "Sama siapa?"
"Sama pak Brata. Beliau tadi datang ke ruanganmu, ingin mendiskusikan sesuatu katanya, tapi nggak jadi karena kamu tak ada," Renita menatap pria didepannya, ketampanan pria itu tak berkurang sedikit pun, malah semakin matang. Salahkah ia membenci Nadya untuk rasa kehilangannya terhadap Bram. Dia yang menjadi kekasih Bram, tapi Nadya yang menikahinya. Bram pria yang baik, penyayang dan...setia. hal terakhirlah poin yang ia sukai sekaligus dibencinya. Jika Bram bukan laki-laki setia, pasti sudah dari dulu ia mendapatkan pria itu kembali. Namun sialnya lagi, hal itu lah yang membuatnya tergila-gila padanya. Hingga sekarang. Ia mengerang dalam hati, mengutuk kelemahannya itu.
"Oh, kalau begitu aku akan menjemputnya. Re, terimakasih sudah menjaganya tadi."
Renita mengangkat bahu dan memberi senyuman. ''Tidak masalah, Samuel anak yang manis. Aku suka bersamanya, dia anak yang pintar." Katanya, kemudian dia bertanya. "Bagaimana dengan Nadya?"
Bram sempat bingung sebentar dengan pertanyaan Renita, namun kemudian mengerti maksud pertanyaan wanita itu. "Nadya hanya salah paham, dia memang terbiasa seperti itu. Jangan khawatir, dia baik-baik saja." Bram tersenyum ramah, sorot matanya untuk Renita benar-benar tidak menunjukkan arti lain selain pertemanan dan rekan kerja.
"Dia wanita yang beruntung," Renita mendesah dengan muram. "Seharusnya----"
"Jangan lagi, Re," potong Bram. "Semuanya sudah berakhir lima tahun lalu," ia memastikan tidak ada orang disana, dan syukurnya memang tidak ada, lorong ruang meeting memang jarang didatangi karyawan kalau bukan saat meeting. "Kau harus melupakanku! Aku sudah menikah dan mempunyai anak, haruskan aku tidak mengatakannya terus. Kau tidak bosan mendengarnya? Carilah seseorang untuk menggantikanku.''
"Tapi aku nggak bisa, Bram. Rasanya sangat sulit, bahkan sangat...sulit." Renita menunduk untuk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. "Kau tahu betapa aku...aku mencintaimu."
Bram menghela napas, kepalanya mendongak dan menatap keatas untuk beberapa detik. Kemudian kembali menatap wanita didepannya. Apa yang bisa ia lakukan sekarang? Membujuk istrinya sendiri saja ia tidak pernah, ia tidak mengenal kata-kata manis untuk menenangkan perempuan. Dia dan Renita memang pernah menjadi sepasang kekasih, tapi harus Bram akui hubungan itu pun dulunya hanya sebagai selingan diantara kesibukannya dikantor. Dia tidak mencintai Renita. Peduli, iya. Ia menyukai Renita yang dewasa. Tidak pernah merengek, tidak manja, dan kala itu tertarik padanya. Ajakannya untuk menjalin hubungan pun tidak terlalu serius, namun Renita langsung mengiyakannya. Jadilah mereka berpacaran. Dan kini sudah lima tahun berlalu sejak ia mematahkan hati gadis itu, dia belum bisa melupakannya. Untuk ukuran pria sepertinya, yang kaku dan tidak romantis, tentulah bingung harus melakukan apa. Ditambah lagi sekarang Renita mulai terisak, ia semakin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Back (Play Store)
ChickLitNovel dewasa 20++ Beberapa part dalam mode private, silahkan follow terlebih dahulu... _________________________________ _________________________________ Kamu bebas dalam memilih, tetapi kamu takkan bisa terbebas dari konsekuensi pilihanmu. Nadya b...