Hari ini hari minggu. Dan masih pagi. Terdengar bunyi bel.
Nadya yang sedang menyuapi Samuel mangan pun terpaksa menghentikan kegiatannya. "Makan sendiri dulu ya bang, mama mau buka pintu dulu."
"Iya, Ma," jawab Samuel patuh.
Nadya mengernyit ketika mendapati Renita didepan rumahnya. Sejak menikah dengan Bram, tidak sekalipun ia datang berkunjung. Kecuali pagi ini. Kontan saja Nadya terkejut.
"Bram ada?" tanya wanita itu tanpa salam lebih dulu.
"Mau perlu apa?" Nadya tidak akan dengan mudah membiarkannya masuk, apalagi tujuannya menemui suaminya. Ini akhir pekan, hal penting apa yang tidak bisa menuggu besok sampai harus mendatangi rumahnya.
Renita menatap Nadya dari atas ke bawah kemudian kembali lagi ke atas dengan tatapan yang tidak sopan. Seolah mengatakan betapa jeleknya dirinya sekarang.
Nadya memang mengenakan pakaian yang berbeda jauh dengan pakaian yang wanita itu kenakan. Dirinya hanya memakai kaos usang dan celana tidur tak kalah usangnya. Sementara penampilan Renita hampir tak bercacat. Gaun ketat warna orange diatas lutut, sepatu tinggi berwarna hitam dan rambut hasil salonnya yang mahal. Belum lagi semua asesoris yang wanita itu kenakan, semakin menambah kebolehannya yang memang pada dasarnya sudah cantik. Nadya lagi-lagi harus mengakui kalau mantan pacar suaminya ini memang cantik.
"Bram yang menyuruhku datang," dengan senyuman palsu ia mengibaskan rambut panjangnya. ''Boleh aku masuk?"
Nadya menimbang-nimbang kebenaran dari apa yang dikatakan Renita. Buat apa pagi-pagi sekali Bram meminta wanita ini datang? Apa tidak bisa agak siangan lagi.
Meskipun berat di dalam hati, Nadya melebarkan pintu agar Renita bisa masuk. Bagaimana pun ia tak mungkin mengusir wanita itu. Bukan tidak mungkin Bram akan marah padanya. Siapa tahu kedatangan Renita memang penting.
"Bram di ruang kerjanya sebelah sana," Nadya menunjuk letak ruangan kerja suaminya. Sejak bangun tadi Bram memang langsung masuk kesana. Bram bahkan meminta dibuatkan kopi dan diantar keruang kerjanya.
Nadya melihat Renita masuk keruangan Bram setelah wanita itu mengetuk pintu. Ada perasaan asing yang tiba-tiba menggeluti hati Nadya begitu Renita hilang dibalik pintu. Pemikiran Suaminya dan Renita didalam sana hanya berdua saja membuat dia sedikit cemas. Tapi dengan cepat ia mengenyahkan kekhawatiran itu. Ia harus percaya pada Bram, suaminya.
Memutuskan untuk kembali pada putranya, Nadya melihat nasi anaknya sudah hampir habis. "Anak Mama pintar," pujinya. "Makannya banyak." Nadya duduk didepan anaknya yang juga duduk di karpet ruang tamu. Samuel makan sambil menonton film kartun.
"Kata Papa harus makan banyak biar cepat besar, Ma." Samuel sangat mendengarkan apa yang Ayahnya katakan. Meskipun Nadya yang selalu bersamanya, tapi Samuel sangat mengidolakan Bram. Nadya mengusap kepala Samuel dengan sayang. Ia tersenyum tanpa mengucapkan apa pun. Mungkin Samuel lah alasannya bertahan selama ini. Kalau tidak ada Samuel, Nadya tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.
Alasan yang sama juga mungkin berlagu untuk Bram, Nadya merenung masam. Mungkin kalau Nadya tidak melahirkan Samuel, Bram mungkin sudah meninggalkannya. Bram sangat menyayangi Samuel. Tapi apakah pria itu juga menyayanginya? Meski dengan hati sesak karena luka, Nadya harus terima bahwa ia tidak tahu apakah Bram menyayanginya.
Setelah sarapannya habis, Samuel naik ke sofa dan tiduran disana sambil menonton. Nadya membawa piring kotornya kedapur. Ia membuat susu untuk Samuel dan memberikannya pada anak itu.
"Abang nonton dulu, ya."
"Mama mau kemana?"
"Beresin dapur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Back (Play Store)
Chick-LitNovel dewasa 20++ Beberapa part dalam mode private, silahkan follow terlebih dahulu... _________________________________ _________________________________ Kamu bebas dalam memilih, tetapi kamu takkan bisa terbebas dari konsekuensi pilihanmu. Nadya b...