2 :

31 20 11
                                    

Terlihat seorang gadis berjalan lesu. Wajahnya terlihat sedang kelelahan.

Safina Nadira, gadis itu bersyukur akhirnya semua siswa diperbolehkan pulang setelah mengikuti bermacam perlombaan yang diadakan oleh sekolah.

Namun hari ini baru awal perlombaan, masih ada dua hari lagi. Itu artinya selama dua hari kedepan ia akan telat pulang lagi.

Ketika baru sampai di rumah, ia ingat dengan tugasnya membuat pita dan bendera yang belum selesai. Tapi karena merasa sangat kelelahan ia berinisiatif akan mengerjakannya setelah makan malam saja.

Sesampainya di kamar, ia bergegas untuk mandi, kemudian menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan.

Selesai makan, Safina membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya. Awalnya ia ingin berbaring sejenak untuk mengurangi penat, baru setelah itu ia mengerjakan tugasnya membuat pita dan bendera.

Namun sepuluh menit Safina berbaring, belum ada tanda-tanda ia akan bangun. Seperti kebiasaannya, tugas itu terlewati begitu saja.

Pagi telah tiba, dan Safina belum mengerjakan tugasnya. Ia lupa lagi dengan tugasnya.

***

Safina benar-benar telah lupa dengan tugasnya. Ia berangkat sekolah dengan perasaan tenang. Tanpa merasa ada beban.

Safina juga lupa jika hari ini ia mengikuti lomba menari yang mengharuskannya datang lebih awal.

Padahal ketika diberitahu jika ia mengikuti lomba menari dan ia harus datang lebih awal, ia mengiyakannya seolah-olah ia benar-benar mengerti.

Sesampainya di sekolah, ia disambut oleh omelan teman-temannya yang kesal dengan perbuatan Safina.

"Lo baru datang dan lo belum siap-siap, Safina? Lo ingat gak kalo hari ini lo ikut lomba menari?" tanya Evan selaku ketua kelas yang harus membimbing anggotanya.

Safina yang ditanya seperti itu oleh Evan seketika merasa terkejut, ia benar-benar lupa dengan lomba menari itu, "Astaga, Van. Gue lupa! Gimana ini?" Safina balik bertanya.

"Ya lo sana cepat ke ruang ganti! Disana udah ada baju yang bisa lo pake dan periasnya juga ada disana," ucap Evan memberi arahan pada Safina.

"Ayo, Fin! Gue temenin," ajak Rena yang tidak ikut-ikutan memarahi Safina. Ia sudah sangat paham dengan sifat Safina, dan ia memakluminya.

Safina mengangguk kemudian berjalan menuju ruang ganti diikuti oleh Rena.

"Eh, tunggu! Pita sama benderanya udah lo buat, Fin?" tanya Evan sedikit meninggikan suara agar Safina dapat mendengarnya karena Safina sudah sedikit jauh darinya.

Safina mendengar teriakan Evan. Ia merasa tubuhnya kaku, lalu ia berbalik badan. Bukannya merasa bersalah, ia malah tersenyum lebar kemudian berkata, "Belum. Gue lupa."

Evan sudah sangat sabar dengan perilaku Safina. Tapi kali ini ia benar-benar akan kehabisan kesabaran. Ia mencoba untuk sabar, "Safina, gue udah cukup sabar selama ini sama tingkah lo ya! Gue gak mau tau, pokoknya hari ini pita dan bendera itu harus ada."

Seperti biasa, Safina mengiyakannya namun belum tentu ia bisa menepati. "Iya. Tapi bantuin gue ya!"

"Iya," jawab Evan pasrah.

Rena sangat menyayangkan sifat temannya yang satu itu. Ia akan berusaha membantu temannya agar tidak terus-terusan di tegur oleh Evan. "Tenang, Fin. Ntar gue bantuin."

Safina merasa senang karena Rena bersedia membantunya juga. Ia memeluk Rena kemudian berucap, "Makasih Renaku sayang."

Rena membalas pelukan Safina beberapa detik, lalu melepaskannya karena teringat Safina harus segera menuju ruang ganti. "Udah pelukannya. Ayo ke ruang ganti! Kalo nggak ntar lo makin di marahin sama Evan loh."

"Ayo!" ucap Safina bersemangat.

***

Sesampainya Safina di ruang ganti, ia melihat teman-temannya yang juga mengikuti lomba menari sedang dirias oleh perias yang disewa oleh sekolah.

"Pagi, semua! Safina yang kece sudah datang," teriaknya melengking hingga terdengar ke seluruh penjuru ruangan.

"Astaga, Fin. Suara lo!" protes Amel yang merasa terganggu dengan teriakan Safina.

"Pagi, Safina," lain halnya dengan Amel yang protes, justru Gea menyambutnya. Wajar saja, Gea adalah teman Safina yang sama hebohnya dengan dirinya.

"Safina, cepat kamu bersiap-siap! Sebentar lagi lomba akan dimulai," perintah bu Riri selaku wali kelas Safina.

"Siap, Bu!" jawab Safina tegas. Lalu ia segera mengganti pakaian dengan pakaian yang akan digunakan untuk menari.

***

Lomba menari telah usai, Safina telah tampil sebaik mungkin. Tinggal menunggu hasilnya saja.

"Karena lo udah selesai nari, ayo kita lanjutkan buat pita sama benderanya!" ajak Evan mengingatkan Safina dengan tugasnya.

"Kok lo ingat sih, Van. Kan gue males," jawab Safina malas.

"Eh gak ada males-males, kemaren lo sendiri yang bilang mau ngerjain," omel Evan.

"Ya sudah, ayo! Gue bantuin kok, Fin," ajak Rena membuat Safina sedikit bersemangat.

"Gue bantuin juga, Fin," ucap Rega yang tiba-tiba saja datang.

"Nah udah banyak yang mau bantuin lo, Fin. Jangan males-males dong. Ayo ke kelas! Di sana udah gue siapin bahan-bahannya," perintah Evan.

***

Dua jam telah berlalu, Safina dan teman-temannya telah menyelesaikan pita dan benderanya.

"Huh, akhirnya siap juga," ucap Rega sambil meluruskan kedua tangannya.

"Makasih ya udah bantuin gue," Safina tidak lupa berterimakasih kepada Evan, Rena, dan Rega yang telah membantunya.

Rega menjawab dengan mengacungkan jempolnya.

Rena tersenyum, kemudian menjawab, "Sama-sama, Fin. Gue kan temen lo. Jadi gue harus dong bantuin lo."

Evan mengangguk pertanda setuju dengan jawaban Rena.

"Eh, besok ada lomba apa aja, Van?" tanya Safina pada Evan.

"Lomba basket. Rega ikut tuh," jawab Evan sambil melirik Rega.

"Waah, semangat ya Rega! Lo pasti bisa," ucap Safina memberi semangat untuk Rega tidak lupa disertai dengan senyuman manisnya.

Rega merasa hatinya bergetar melihat senyuman dari seseorang yang selama ini ia sukai. Ia mencoba menetralkan degupan jantungnya, kemudian dengan tersenyum ia menjawab ucapan Safina, "Iya, Fin. Makasih ya."

Evan merasakan aura orang yang sedang kasmaran berdeham membuat Rega dan Safina tersadar jika mereka tidak hanya berdua, "Ehm, ada bau-bau orang lagi jatuh cinta nih."

Safina tersentak kemudian dengan gugup ia menjawab, "Apa sih, Van. Siapa yang jatuh cinta. Ngaco lo."

"Iya nih. Lo apa sih, Van," sambung Rega.

***

Seperti hari sebelumnya, Safina pulang dari sekolah dengan langkah yang lesu. Namun hari ini ia sedikit bersemangat karena Rega mengantarkannya pulang.

"Makasih ya, Reg. Lo hati-hati ya!" pesan Safina pada Rega yang akan pulang kembali ke rumahnya.

"Iya sama-sama. Lo masuk gih!" perintah Rega.

"Ya udah, gue masuk dulu ya," pamit Safina, lalu ia masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam rumah, Safina memegang dadanya yang berdegup sangat kencang. Ia tersenyum mengingat kejadian beberapa menit lalu.

ZAPRAVOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang