Safina berjalan kesana kemari. Kuku jemari tangannya yang lentik menjadi saksi kecerobohan gadis itu, karena sedari tadi kukunya ia gigiti.
"Buku Kimia gue, di mana ya?"
Rena yang melihat sedari tadi mendengus. "Buku lo 'kan di pinjem Rega, Saf!"
Saat itu juga, Rena merasa menyesal telah memberi tahu Safina. Lihat, kini Safina berjingkrak-jingkrak heboh dengan teriakan kerasnya, membuat Rena ingin melempar sepatunya ke kepala Safina.
"GILAAA! GUE NYARI KEMANA-MANA TERNYATA DI PINJEM? DEMI APA!"
Rena mengangguk lemah, ia lelah, lebih baik diam.
Safina diam sejenak. "Emang waktu kapan?
Rena mengerutkan dahinya. "Kapan, apanya?"
Safina mendekati sahabatnya. "Kapan minjemnya? kok gue lupa?"
Rena berdiri. "Waktu om Fir'aun bunuh diri!" sahutnya lalu meninggalkan Safina yang memasang wajah bodohnya.
"Sejak kapan Rena punya om?" gumam Safina sambil meniup poninya.
Setelah berdiam sesaat, mata safina membulat. Gadis itu sadar, ia dibodohi. Tapi... ia bepikir kembali,disini yang bodoh siapa? Dirinya atau Rena?
Om Fir'aun, ya?
______________________________________
Langkah kakinya terhenti seketika. Mata lelaki itu mengerjap pelan, mencoba menjelaskan pandangannya. Kepalanya menggeleng tak percaya. Otaknya terlalu lambat bekerja, hingga membuat tubuhnya kaku beberapa saat. Gadis yang begitu dicintainya tergeletak bersimbah darah dan mungkin sudah tak bernyawa lagi.
Ini gak mungkin!
Terlalu sulit baginya memepercayai semua yang dilihatnya. Rasanya seperti godam yang menghantam dadanya, begitu keras dan menyakitkan. Kakinya mulai berjalan mundur tanpa menoleh sebentar ke belakang, dan...
BRRAAKKKK!!!!
Suaranya begitu nyaring, membuat setiap pasang mata memerhatikan ke sudut ruangan kelas.
"Rega!" sentak Pak Wiryo setelah membanting buku tebal ke meja Rega.
Rega mengangkat kepalanya dari lipatan tangan. Wajah polosnya terlihat jelas dengan mata yang mengerjap, sesekali tangan lelaki itu menguceknya. Iris gelapnya belum bekerja sempurna karena proses pengumpulan kesadaran. Namun, guru dihadapannya membuat tak-tik yang bisa mngembalikan kesadarannya dengan cepat.
"Akhh...!"
"Kamu ya, di pelajaran saya malah terbang ke pulau mimpi! Yang lain pada mikir, kamu enak nyantai!" ujar Pak Wiryo dengan nada tingginya.
"Akhh... lepasin, pak."
Rega terus meringis. Jeweran gurunya ternyata begitu panas bercampur pedih, seperti jeweran Mamanya namun lebih parah mamanya. Memang, posisi seorang ibu tak pernah bisa tergantikan, contohnya hukuman jeweran itu.
Pak Wiryo terus menjewer telinga kanan Rega, tanpa mendengarkan ringisan kesakitan muridnya itu. Namun, tak lama Pak Wiryo melepaskan dan menyuruh Rega keluar dari kelas.
Sialan!
Rega menggerutu pelan. Remaja laki-laki itu sedikit menyayangkan dirinya karena ceroboh, tertidur saat pelajaran. Tapi, disisi lain ia memikirkan mimpinya yang mengerikan, menurutnya. Mimpi yang begitu nyata dimatanya dan Rega tak akan membiarkan jika semua itu terjadi.
Kepala Rega menggeleng cepat. "Cuma mimpi, don't be afraid!" gumamnya pelan.
Dengan malas Rega berjalan menyusuri lorong koridor yang sepi, karena saat ini jam pelajaran. Tangan kirinya merogoh saku celana abu-abu yang dipakainya, mengeluarkan headset dengan kabelnya seperti zipper dan menyambungkan dengan ponselnya yang berwarna hitam. Sebuah lagu dari salah satu penyanyi papan atas mulai memenuhi indra pendengarannnya.
Dilihatnya jam yang melingkar pas di pergelangan tangannya sesaat. Kemudian Rega memutar tubuhnya, Rega memutuskan untuk pergi ke kantin sambil menunggu teman-temannya istirahat.
Di pojok kantin yang sedikit tertutup, Rega dapat melihat beberapa anak nakal yang sengaja membolos sedang mengobrol. Saat tengah mencari tempat, mata Rega terhenti di salah satu bangku, tidak terlalu tengah dan tidak terlalu pojok. Strategis, pikirnya.
Sebelumnya Rega mendekati ke salah satu pedagang untuk memesan minuman, sambil menunggu teman-temannya keluar. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, Rega mendekati tempat yang menjadi incarannya tadi.
"Ah, jadi anak nakal sekali-kali nggak papa kali." gumamnya sambil mengeluarkan smartphone dari saku celananya.
Jemarinya bergerilya di atas layar, mengetikkan beberapa kata di room chatnya.
Gue d kntn, ksih tau yg lain.
Setelah mengirimnya, Rega meletakkan smartphone berwarna hitam itu di atas meja di samping minuman rasa jeruk yang tadi ia pesan.
Tak lama, suara nyaring bel penanda istirahat terdengar. Tak lama juga, Rega dapat melihat beberapa murid SMA Dharma memasuki area kantin. Mata Rega tak henti menatap ke arah pintu masuk, menunggu teman-temannya datang. Lebih tepatnya, salah satu perempuan dari kedua teman perempuannya.
"REGA!"
Baru beberapa saat Rega memikirkannya, suara gadis itu terdengar.
Jodoh ini mah, kalo bukan pokoknya jodohin Ya Allah!
Rega sudah hapal dengan perilaku Safina yang seperti itu, begitu heboh, ceria, dan menyebalkan disaat yang bersamaan. Gadis itu berlari mendekati meja bundar yang di tempati Rega, meninggalkan kedua temannya jauh di belakang.
Safina duduk di hadapan Rega, Evan di samping kiri Safina berarti di hadapan Rena. Evan bangkit dari duduk nyamannya, karena akan memesan makanan.
"Mau makan apa, Ren?" tanya Evan pada Rena, namun matanya menatap Safina.
"Samain aja, Van." jawab Rena.
Lalu tubuh Evan menghadap Safina, "Lo, apa?"
Safina diam, berpikir sejenak.
"Lama, lo!" sambar Evan dan berlalu begitu saja.
Safina melongo, tadi ia ditanya tapi saat sedang berpikir ia langsung ditinggalkan. Rega dan Rena yang memperhatikan hanya tertawa pelan.
"Lo kelamaan sih, Saf." ujar Rega sambil meminum es jeruknya.
Rena mengangguk setuju sambil tertawa. "Bener banget lo, Reg."
Sedangkan Safina, gadis itu mencibir kedua temannya.
"Apaan deh." gumamnya.
Setelah menunggu beberapa saat, makanan mereka datang. Makanan Safina sama seperti Evan dan Rena yaitu, Bakso dan es teh. Sedangkan Rega, lelaki itu sudah makan terlebih dahulu.
Mereka menghabiskan waktu istirahatnya di kantin bersama-sama, menceritakan segala hal yang menurut mereka menarik. Apalagi, Safina yang selalu bersuara paling keras dari semuanya. Membuat beberapa murid ilfeel.
_____________________
Safina berjalan seorang diri menuju gerbang sekolahnya. Teman-temannya telah pulang terlebih dahulu dengan alasan masing-masing. Menyebalkan, menurut Safina.
Gadis itu tersenyum dan balas menyapa jika ada yang menyapanya. Maklum saja, karena Safina salah satu murid populer di sekolahnya.
"Huh, bete banget gue." gerutu Safina sambil menendang-nendang kerikil kecil di hadapannya.
Jika biasanya, teman-temannya akan setia menunggu sampai dirinya di jemput sopir keluarga atau ibunya. Kini, teman-temannya begitu menyebalkan karena meninggalkannya.
Rega, lo nyebelin!
Safina memejamkan matanya, tak habis pikir dengan batinnya yang menyebut nama Rega disaat seperti ini.
"Bodoh! Rena suka Rega, lo harus ngalah, Saf!" ujarnya
Jika rasa yang ia miliki ini salah, lalu mengapa tercipta? Safina begitu menyayangkan hatinya yang berlabuh di tempat yang salah. Tapi... apakah ada yang tahu, kemana hati akan jatuh? Selain Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAPRAVO
Fiksi RemajaCerita rumit dan sulit ala anak SMA. terdiri dari 4 orang remaja beranjak dewasa yang sedang tejangkit virus asmara. ini kisah Safira, Rega, Evan dan Rena. cerita cinta dan persahabatan. pengorbanan, kesakitan dan segalanya bercampur. Tapi, ketika...