3

31 21 14
                                    

Terik sang surya pun mulai menyengat, tapi tidak dengan tim basket Rega. Rega terus berlatih basket bersama teman-temannya ditengah lapangan. Alhasil, mereka sekarang menjadi sorotan kaum hawa disekolah itu.

Tidak diragukan lagi, tubuh Rega yang tegap dan tinggi, serta kulit putih dengan rambut pirangnya itu menarik pandangan murid yang ada disana.

"Wah liat deh! Cool banget kan?"

"Unchh idaman gua..."

"Semangat!!!"

"Wahh keringatnya, unyu bangett!"

Begitulah sorak cewek-cewek yang ada disekolah itu. Sebenarnya ini adalah jam pulang, tapi mereka? Mereka malah asik melihat aksi Rega bersama teman-temannya yang menurutnya lebih kece dari pada apapun itu.

"Huftt!" Safina lagi-lagi mendengus kesal dan dengan cepat melipat tangannya di dada. Percuma aja, dia udah berusaha menerobos kerumunan cewek-cewek itu tapi tetep tidak bisa.

"Dih cewek alay!" dercak Safina kesal.

'Mau lihat tapi nggak bisa, mau balik kekelas takut dikejar lagi sama fens' batin Safina masih dilema.

"Ah bodo! Masuk aja ke kelas."

Safina pun memutuskan untuk kembali kekelasnya dan menunggu sampai acara itu selesai.

Beberapa menit sudah berlalu, Safina yang sedari tadi duduk manis didalam kelas hanya bisa diam sambil memegang sebotol air mineral dan sebuah handuk kecil. Ia sebenarnya ingin sekali melihat aksi Rega dari dekat, tapi apalah daya dengan semuanya.

"Hai Saf." sapa Evan tiba-tiba sudah didepan Safina.

"Hai juga." balas Safina dengan tersenyum manis padanya.

'Lah! Senyum apaan tuh? Kok... Manis gitu? Tuh kan jantung gua jadi disko' Evan hanya bisa pasang muka cengo sambil memegang dadanya pelan.

"Evan!" Safina menyadarkan evan yang entah sedang memikirkan apa.

"Eh.. Iya." sautnya gugup.

"Apaan sih Van? Aneh lo! Biasa aja liatnya, gua tau gua itu cantik." pede Safina sambil membenarkan rambutnya.

"Hahaha iya," kekeh Evan. "Tapi sayang bukan milik gua ya Saf." imbuhnya lebih pelan dari sebelumnya.

"Hah? Apa Van? Nggak denger gua elah!" tanya Safina membenarkan ucapan Evan barusan.

"Apa sih lo! Kepo!" kekehnya langsung mencubit pipi Safina sekilas.

"Hahaha biarin! Penting cantik." saut Safina tertawa hebat, tapi disisi lain,

sakit! Sakit melibihi rasa sakit yang luar biasa, melihat dia akan menjadi milik orang lain.

Rasa ini salah! Rasa ini harusnya nggak pernah ada. Rasa untuk dia,

Ya, dia Safina. Aku mencintaimu lebih dari apapun itu. Tapi aku sadar rasa ini tidak akan terbalas untuk selamanya. Karena, Aku tau hatimu selamanya bukan untukku.

Berbahagialah bersama dia. Dia orang yang kamu sayang, orang yang kamu puja. Seseorang yang selalu menjadi topik penting dalam setiap do'a mu bersama Tuhan.

Dan Aku? Aku hanya bisa mengikhlaskanmu bersamanya. Karena hanya bersamanya, kamu akan selalu bahagia. Hanya bersamanya....

"Eh Van! Gua keluar dulu gapapa kan ya?" suara itu pun mengejutkan Evan.

"Eh.. Em.. Iya iya gapapa." Safina dengan sangat cepat berlari sambil membawa sebotol air mineral dan handuk itu pun pergi menuju lapangan untuk mengahampiri Rega.

Tapi langkahnya berhenti cukup dari kejahuan. Ia terlambat, sudah ada Rena disana. Tapi kenapa? Kenapa rasanya sakit sekali melihat mereka berdua. Matanya memenas, tapi ia berusaha menahannya. Seperti kata orang, 'sakit tapi tak berdarah'.

Tiba-tiba Evan sudah berdiri tepat disamping Safina. Dia menatap Safina dalam, ia tahu apa yang Safina rasakan saat ini, dan inilah rasa yang selama ini dia rasakan. Sakit!

"Woii Saf! Malah ngejogrok dimari lo! Udah, yuk panggil mereka. Kita diskusikan buat acara promnight nanti." ucap Evan mengalihkan pikiran Safina. Safina hanya mengangguk pelan.

Mereka berdua pun akhirnya menghampiri Rega dan Rena yang sedang berada dipinggir lapangan.

"Wah, asik bener ya kalian! Kita kan lagi disuruh Bu Dona untuk persiapin promnight nanti, kenapa malah berduaan disini?" ucap Evan dengan suara lantang.

Tapi Rega? Rega hanya bisa menatap Safina dalam, ia tahu gadis itu berusaha menyembunyikan tangisnya tapi dia hanya diam.

"Yaudah, ayuk!" saut Rena. Mereka berempat pun berjalan berdampingan menuju kelas.

Setibanya dikelas mereka duduk melingkar. "Gimana? Udah ada ide buat tema nya?" tanya Evan pada ketiga temannya itu.

"Temanya pesta dansa gimana? Asik tauk!" seru Rena memberikan usulnya.

"Iya benar tuh! Gua juga setuju." imbuh Safina.

"Lo gimana Ga?" tanya evan.

"Gua ngikut aja." jawabnya santai.

"Oke! Temanya udah selesai, lokasinya?" tanya Evan lagi.

"Di lapangan aja, luas!" usul Rega antusias. Semua pun mengangguk setuju.

"Oke! Tema sama lokasi udah ditentuin, tinggal persiapin barang dan keperluan yang akan dibutuhkan untuk promnight-nya oke." ucap Evan.

"Oke, lusa kan?Berarti kita harus kerja ekstra nih. Semangat semua!!" semangat Rena.

"Yeahhh...." Sorak mereka semua.

***

Hari ini tepat 7 jam acara akan dimulai. Tapi mereka masih ada dilapangan sekolah untuk mempersiapkan acara promnight nanti malam.

"Huhh, capek nggak sih?" lesuh Safina.

"Banget!" saut Rega tak kalah capek.

"Lah!" teriak safina tiba-tiba.

"Apa???" saut ketiga temannya itu tak kalah kepo.

"Gua belom siapin baju buat acara nanti malem. Gimana ini? Nanti kalo mendadak kan jadi nggak cantik! Terus kalo nggak cantik fens gua pada lari semua, terus kalo nggak ada fens gua jadi nggak terkenal lagi, terus kalo nggak terkenal, Duhhh! gimana nasib gua...!" omel Safina panjang lebar. Ketiga temannya hanya menatap Safina sambil mengelus dadanya sabar.

Sabar telah diberi temen idiot kayak Safina, dan ini adalah anugrah bukan musibah. Ingat anugrah!

"Babi!! Gua kira apaan lo." kesal Rega.

"Udah! Orang cantik mah bebas...." sindir Rega dan Evan bersamaan sambil membuang muka.

"Lah! Hahaha...! Makasih fensku, ternyata anda semua masih ingat sama saya." tawa Safina hebat sambil terjungkal-jungkal.

Teman-temannya itu lagi-lagi dibuat bingug. Ini bukan lagi anugrah, tapi ini adalah musibah!

"Butuh diruqiyah nih bocah!" ucap Evan datar.

"Iya." saut Rega.

5 menit pun berlalu, ketiga temannya itu masih membiarkan Safina sampai puas ketawa.

"Hahaha!" tawanya mulai memelan dan hampir tak terdengar lagi.

"Udah?" tanya Rega datar.

"Ya udah, yuk pulang." ucap Safina langsung beranjak kekelas untuk mengambil tasnya untuk pulang.

"Asem tuh anak! Ditungguin, eh malah duluan!" dercak Evan.

Rega segera membuntuti Safina dari belakang. "Dandan yang cantik ya!" bisiknya lembut ditelinga Safina.

Safina tersenyum tipis lalu pergi meninggalkan Rega dan berjalan ke arah Rena dan Evan.

"Eh gua duluan ya, Lo pada harus dandan yang oke! Biar banyak fens kayak gue hahaha." ucapnya sekilas lalu meninggalkan kedua temannya itu.

"Badakk lo saf!" teriak Rena dan Evan bersamaan.

ZAPRAVOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang