Perang Uhud

2K 125 8
                                    

Perang Badar telah usai. Sisa-sisa tentara Quraisy kembali dari lembah Badar menuju kota Mekah dengan terhuyung-huyung membawa kegagalan dan kekalahan. Abu Sufyan tak ubah bagai pohon besar yang tumbang. Ia berjalan dengan kepala tertunduk, meninggalkan mayat pemuka-pemuka Quraisy di lembah Badar.

Abu Jahal, Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Umayah bin Khalaf, 'Uqbah bin Abi Mu'ith, Aswad bin Abdul Aswad Al-Makhzumi, Walid bin 'Utbah, Nadhir bin Harits, 'Ash bin Sa'id, Tha'imah bin 'Adi dan puluhan tokoh seperti mereka tewas di Perang Badar.

Orang-orang Quraisy tidak mau menelan kekalahan pahit ini begitu saja. Mereka mulai mempersiapkan diri, menghimpun semua kekuatan untuk menebus kekalahan mereka. Quraisy benar-benar bertekad untuk perang, membalas dendam.

Segera, setelah kekalahan tersebut, Abu Sufyan mendesak para penduduk Mekah untuk melancarkan serangan balasan. Abu Sufyan berhasil mengumpulkan sekitar seribu unta dan seribu lima ratus dinar. Selain soal balas dendam, serangan ini juga berfungsi untuk mengamankan rute perdagangan ke Negeri Syam bagi pedagang-pedagang Mekah.

Abu Sufyan memimpin sendiri pasukan Quraisy berjumlah 3.000 orang terlatih, termasuk di dalamnya pasukan berbaju zirah. Tak hanya itu, mereka juga diperkuat 200 orang pasukan kavaleri. Keberangkatan itu terjadi setahun setelah perang di Badar (625 Masehi) pada bulan Syawal tahun ketiga Hijriah.

Sasaran utama perang kali ini adalah dua orang: Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan Hamzah radhiyallahu 'anhu.

Memang, dari pembicaraan mereka sebelum perang, saat mengatur strategi, diketahui bahwa Hamzah berada pada urutan kedua sesudah Rasulullah.

Sebelum berangkat, mereka memilih seseorang yang diberi tugas untuk menyelesaikan rencana mereka terhadap Hamzah. Orang itu adalah seorang budak Habsyi yang memiliki kemahiran tingkat tinggi dalam melempar tombak. Dalam peperangan nanti ia hanya ditugaskan untuk membunuh Hamzah dengan tombaknya yang mematikan. Ia tidak boleh berpaling dari tugasnya, apapun yang terjadi di perang itu.

Mereka menjanjikan imbalan yang sangat besar untuk si budak. Jika berhasil, ia akan merdeka, bebas dari perbudakan. Saat itu, Wahsyi adalah budak milik Jubair bin Muth'im. Dan paman Jubair tewas di Perang Badar. Jubair berkata, "Bergabunglah dengan pasukan perang. Jika kamu berhasil membunuh Hamzah kamu bebas."

Mereka membawanya kepada Hindun binti 'Utbah, istri Abu Sufyan, agar disemangati untuk melaksanakan rencana yang mereka inginkan.

Di Perang Badar, Hindun telah kehilangan ayah, paman, saudara, dan putranya. Berita yang sampai kepadanya, Hamzahlah yang membunuh beberapa orang dari keluarganya itu, dan yang lain dibunuh oleh pasukan Islam yang lain.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika Hindun paling bersemangat untuk menyalakan peperangan. Ia ingin mendapatkan kepala Hamzah, berapa pun harga yang harus dibayar.
Berhari-hari sebelum peperangan dimulai, Hindun hanya sibuk menggembleng dan memotivasi Wahsyi. Menjelaskan tugas yang harus dilakukan.

Jika Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, Hindun akan memberinya perhiasan yang paling berharga yang dimiliki seorang wanita. Ia menyentuh anting-antingnya yang bermatak permata dan kalung emas yang memenuhi lehernya. Ia berkata, "Jika kamu bisa membunuh Hamzah, semua ini menjadi milikmu."

Air liur Wahsyi mengalir. Ia ingin peperangan itu segera berlangsung. Ia sudah membayangkan kalau dirinya merdeka dan tidak lagi menjadi budak belian. Ia juga akan mendapat perhiasan yang sekarang ada pada wanita bangsawan Quraisy itu.

Itulah konspirasi yang direncanakan. Perang ini hanya ditujukan untuk Hamzah.

*****

Rombongan pasukan ini berjalan dari Mekah sampai tiba di dua mata air di Lembah Sabkhah dari saluran air di atas lembah yang menghadap Madinah. Pasukan muslim awalnya tidak tahu bahwa ada pemukiman pasukan dari Mekah yang berkemah dengan jarak tidak begitu jauh dari Madinah.

Hamzah, Sang Singanya Allah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang