2. Eight in New Cage

223 72 46
                                    

Setelah baca ku tagih bintangnya ya. Hihi.
Author di sini hanya mau bilang I love you yang udah baca ❤️

***

Lorcan masuk dalam kamar mandi yang berada di ujung rumah Lucien. Memang penerangan di sana redup, ditambah lagi tubuh Lorcan yang memiliki arwah gelap memperkeruh suasana.

Gadis itu mendengkam dirinya sendiri di dalam bak, ia hanya mengikuti perintah dari Alettra untuk segera pergi, namun hasilnya pasti akan sama dengan mereka yang berada di luar, mati di tangan Lorcan.

Api yang memenuhi rumah Caron kian bertambah, hanya panas dan sesak yang dirasakan gadis berumur delapan tahun ini, jantungnya berdegup kencang dan badannya membeku walaupun udara panas.

Lorcan memberikan uluran tangannya, siasat setan ini pintar juga untuk mengelabui gadis kecil seperti Caron. Perempuan yang ingin dicelakai Lorcan hanya diam, ia menatap manik mata pria itu lekat-lekat seolah tidak ada rasa takut sama sekali.

Kedua matanya hijau menyala, samar tertutup oleh rambutnya yang panjang dan lebat. Jubahnya yang tebal pun memengaruhi bentuk fisik Lorcan sehingga tubuhnya terlihat dua kali lebih besar.

Lorcan tersenyum picik, Caron adalah santapannya yang terakhir hari ini. Menariknya, Lucien yang menyebabkan mimpi buruk ini terjadi. Ayahnya sendiri yang membunuh keluarganya melalui Lorcan.

"Jangan menatapku seperti itu. Sekali hentakan kau juga akan mati, masuk ke pundi-pundi pembuangan metabolismeku." kata Lorcan dengan suara beratnya. Bibirnya sudah memerah sampai ke dagu tajamnya.

Ia sama sekali tidak tampan, melainkan makhluk menyeramkan yang pernah Caron lihat. Bahkan wajahnya lebih buruk dibandingkan musuh Harry Potter.

Caron sama sekali tidak takut. Ia tidak takut mati, ia ingin bertemu Gwyneth dan menanyakan apa yang terjadi saat Caron tidak ada di sampingnya saat itu.

Gadis itu juga ingin menemui ibunya, serta memarahi ayahnya yang menjadi batu utama kecelakaan ini terjadi. Ia ingin marah sejadi-jadinya. Mata Caron memerah, ia menatap Lorcan benci, lantas gadis itu memukul Lorcan sekuat yang ia dapat pukul.

Lorcan tertawa lagi membiarkan tenaga anak itu terkuras untuk hal yang tidak berguna. Yang nantinya akan membuat ia makin tersiksa sebelum mati seperti yang lain.

"Pukul aku sepuasmu, bocah. Sebentar lagi satu per satu dari bagian tubuhmu akan ku potong, lalu ku giling seperti pembantumu di sana."

Lorcan menyeret tubuh Caron secara paksa. Meski Caron berusaha melepaskan diri, ia tetap kalah. Di rumah yang kini sudah tidak terbentuk, hanya tersisa Lorcan dan Caron. Ia melihat semua keluarganya mati, tepat dihadapannya.

Caron mencintai ibunya, belum genap sembilan tahun ia hidup dan nasibnya berakhir tragis.

"Sekarang, gi-"

"Bunuh aku! Iblis jelek! Sudah lama aku ingin mati! Paling tidak aku tidak berdosa karena membunuh diriku sendiri."

Ucap Caron memotong perkataan makhluk itu. Gadis itu untuk kedua kalinya menatap mata Lorcan tajam, pilihannya sudah bulat, ia hanya ingin mati daripada membunuh dirinya sendiri akibat depresi.

Ia bahkan tidak sudi hidup dengan bayang-bayang hutang yang ayahnya ciptakan. Ditambah menjadi anak yatim piatu? Itu yang paling Caron benci.

Gadis itu diam menunggu aksi keji Lorcan terhadap dirinya, namun alih-alih siaga bahwa ia akan mati, dadanya sesak penuh oleh asap.

Yang Caron inginkan bukannya meninggal secara tersiksa seperti saat ini, ia ingin dirinya segera pergi tanpa rasa sakit seperti yang lainnya. Ya walaupun ia sendiri tidak menjamin apakah kematian Alettra dan lainnya sempat merasakan sakit atau tidak.

Caron juga berpikir siapa yang akan mengurus kuburan ibunya nanti bila ia sendiri binasa. Namun daripada hidup dengan was-was, lebih baik nasibnya sama dengan seluruh anggota keluarganya.

Rumahnya semakin tidak terbentuk, gadis itu batuk karena proses respirasinya terhambat, rasanya sesak dan sulit sekali menjangkau oksigen di tempat ini.

Lorcan mengeluarkan samurainya, lantas berjalan membelah mayat yang bersimbah darah.

Terimakasih Lucien, berkat pria tua itu, Lorcan tidak perlu menambah nyawanya selama satu tahun kedepan.

◆ ♠ ◆

Dada Caron terasa masih sangat sesak, pelipisnya bengkak akibat benturan keras yang ia alami di kamar mandi terakhir gadis itu menempati rumahnya.

Ia duduk bersila dan menatap langit-langit kamar. Ini bukan kamarnya, bahkan rumahnya sudah habis dalam waktu tiga puluh menit. Serta orang tuanya yang binasa hanya dalam hitungan detik membuat Caron masih tidak percaya dengan apa yang ia alami.

Bocah berumur delapan tahun kini menatap dirinya di cermin, menampar pipinya berkali-kali hingga menimbulkan warna merah tua.

Ia hidup, seharusnya Lucien dan Alettra juga masih hidup. Atau mungkin yang semalam hanya mimpi buruk anak itu?

"Kau sudah bangun, Nona." sapa salah satu pelayan dengan membawa nampan berisi air hangat dan roti lapis keju-cokelat.

Sebelumnya, Caron tidak pernah melihat pelayan ini di rumahnya. Memang kapan Alettra merektut pelayan tanpa sepengetahuan Caron?

"Di mana Mama? Kenapa dia tidak berada di sampingku saat ini?" tanya Caron yang tentunya membuat heran pelayan di hadapannya.

"Dia berada di luar." jawab wanita muda itu. Keperawakannya tinggi dan putih. Bahkan ia adalah pelayan tercantik yang pernah Caron lihat.

"Beritahu Mama Alettra untuk segera ke sini ya." suruh Caron. Ia masih belum mengerti bahwa kedua orang tua kandungnya telah hilang dari muka bumi ini.

"Maksud anda, Ratu Coralettra?"

Nama ibunya bukan Coralettra, tapi Alettra. "Terserah kau menyebutnya apa, aku lapar, Bi."

"Tentu anda lapar, anda tertidur selama satu minggu sejak Tuan Lorcan membawamu ke sini."

Mungkin ini yang menyebabkan lambung gadis itu terasa perih, ternyata ia belum makan selama seminggu.

Dan lorcan,

Mengapa ia menjadi amnesia sekarang? Umurnya baru delapan tahun namun ia lupa segalanya, seolah ini adalah hidup baru yang Caron alami. Jangan bilang bahwa ia menjelma sebagai gadis di dunia paralel yang memiliki ibu bernama Coralettra yang mirip dengan ibunya. Dan Lorcan? Siapa pemilik nama aneh itu?

"Doris, kau bisa pergi sekarang, dan lepas topengmu. Kembalilah memangsa." kata pria yang membuka pintu tanpa bersuara sedikit pun.

Caron dan Doris serempak menoleh ke sumber suara, berbeda dengan Caron yang menatap aneh pria itu, Doris malah menunduk sedalam-dalamnya dan beralih keluar ruangan dengan membungkukkan tubuhnya saat berpas-pasan dengan pria bertubuh kekar itu.

"Sudah cukup waktumu untuk tidur? Atau masih kurang?" tanya Lorcan pada anak kecil ini.

Caron menggelengkan kepalanya, "Siapa kamu?"

"Rasanya baru terakhir kita bertemu di kamar mandi satu minggu yang lalu."

◇♠◇

Xoxo
Gimana part yang ini? Menurut kalian kenapa ya Lorcan baca Caron ke rumahnya?

Pokonya jangan sampai ketinggalan part ke-3 nanti yaa! Seremmya cuman di part pertama dan kedua kok haha, sisanya nggak sesuai dengan dugaan.

Thanks yang udah vote!

LORCANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang